bahwa kebugaran daya tahan kardiovaskuler berhubungan terbalik dengan persen lemak tubuh Gutin, et.al, 2002.
8. Asupan Gizi
Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kebugaran karena berkaitan dengan aktivitas fisik dan status gizi. Keadaan atau status gizi sangat
ditentukan oleh kebiasaan makan yang baik dalam jangka waktu yang lama Proyek Pengembangan Kesehatan Olahraga RI, 1985.
Proses pencapaian kebugaran tidak terlepas dari pengaturan gizi. Pada awalnya pengaturan gizi hanya fokus pada penanggulangan defisiensi zat gizi untuk
pencegahan penyakit kronis. Namun, dampak dari perubahan gaya hidup dan peningkatan umur harapan hidup maka konsep bugar mulai diterapkan. Konsep
bugar yang dimaksud adalah kemampuan untuk hidup aktif dan sehat dan membutuhkan kualitas hidup yang baik dimana adanya kecukupan dan
keseimbangan zat gizi mikro dan makro Fatmah, 2011. Asupan gizi yang harus dipenuhi diantaranya energi, protein, vitamin, dan mineral.
a. Energi
Peningkatan aktivitas fisik atau intensitas olahraga yang dilakukan seseorang diiringi dengan peningkatan pemakaian energi Wardlaw, 1999 dalam
Indrawagita, 2009. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan pada atlet yang membutuhkan berat badan yang ringan dan rendah konsumsi
energinya cendrung memiliki rendahnya kekuatan kardiores piratori Pařízková,
1989.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita dan pria berusia 47 – 48 tahun
menyatakan bahwa zat gizi yang berpengaruh lebih kuat pada komponen kebugaran persen lemak tubuh jika dibandingkan dengan laki-laki adalah
berupa makronutrien, yaitu karbohidrat dan lemak Paul, et.al, 2004 dalam Indrawagita, 2009.
b. Protein
Protein adalah salah satu zat gizi esensial yang sangat penting. Protein memiliki fungsi fisiologis yang penting. Protein memilki fungsi fisiologis untuk
mengoptimalkan performa aktivitas fisik. Survei menyatakan bahwa banyak sekolah menegah dan perguruan tinggi atlet mempercayai bahwa performa atlet
meningkat karena performa aktivitas fisik Williams, 2002. Sebuah penelitian yang dilakukan di Georgia, AS pada 80 orang remaja dan
anak-anak obesitas menyatakan bahwa terdapat hubungan hampir bermakna nilai p = 0,063 antara kebugaran daya tahan kardiovaskuler dengan asupan
protein. Namun, hubungan tersebut bersifat terbalik, yaitu semakin kecil konsumsi protein, semakin tinggi daya tahan kardiovaskulernya atau sebaliknya
Gutin, et.al, 2002. Selain itu, penelitian lain menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi menurut
IMT pada bebagai ras dan golongan umur Slattery, 1992. c.
Vitamin A Vitamin A adalah salah satu vitamin larut lemak. Secara teoritis, defisiensi
vitamin A dapat mempengaruhi performa aktivitas fisik Williams, 2002. Penelitian lain yang dilakukan pada wanita menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara konsumsi buah dengan kesehatan kardiovaskuler. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
β- karoten berasal dari vitamin A dalam darah dengan daya tahan kardiovaskuler
Lloyd, 1998. Penelitian-penelitian sepuluh tahun terakhir menunjukkan kemungkinan hubungan antara
β-karoten dan vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini dikaitkan
dengan fungsi beta-karoten dan vitamin A sebagai antioksidan yang mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dan sistem perlawanan tubuh terhadap
mikrorganisme atau proses merusak lainnya Schmidt, 1991 dalam Almatsier, 2006.
d. Vitamin B
1
Vitamin B
1
atau thiamin merupakan jenis vitamin yang larut dalam air, berpengaruhterhadap kebugaran sesuai dengan fungsinya sebagai koenzim
dalam mengatur metabolisme glikogen dalam otot William, 2002. Vitamin B lainnya secara signifikan meningkatkan daya tahan kardiorespiratori Manore,
2000. B
1
adalah bagian dari sebuah koenzim dikenal sebagai thiamin pirofosfat, yang diperlukan untuk mengubah piruvat ke Asetil KoA untuk
masuk ke dalam krebs. Thiamin sangat penting untuk fungsi normal dari sistem saraf dan penurunan energi dari glikogen dalam otot Williams, 2002.
e. Zat Besi Fe
Zat besi memiliki fungsi utama dalam tubuh sebagai alat transportasi dan utilitas dari oksigen. Fungsi zat besi penting dalam penggunaan oksigen dalam
tubuh. Fungsi ini terutama penting bagi seseorang yang melakukan latihan
aerobik berupa daya tahan dan harus memiliki asupan yang cukup Williams, 2002. Zat gizi bersatu dengan protein hemoglobin dalam sel darah merah
sehingga dapat membantu melepaskan energi sebagai bahan bakar untuk kerja sel Hoeger dan Boyle, 2001. Penelitian menyatakan bahwa penurunan
kebugaran VO
2max
pada wanita non anemia dengan defisiensi Fe dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya simpanan
zat besi dalam tubuh Zhu dan Haas, 1997. f.
Seng Zn Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar dihampir semua sel.
Sebagian besar seng berada dalam hati, prankreas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat,
spermatozoa, kulit dan rambut, dan kuku Almatsier, 2006. Status seng yang rendah dapat menghambat fungsi alat-alat tubuh yang berperan dalam
mengoptimalkan kebugaran. Seng yang rendah mengakibatkan menurunnya konsentrasi Zn serum yang berhubungan dengan rusaknya fungsi-fungsi otot,
termasuk dalam menurunnya kekuatan dan meningkatnya kecenderungan untuk menjadi lelah dan turunnya tenaga selama puncak kerja, kemudian status Zn
yang rendah menyebabkan menurunnya fungsi fisik dan penampilan Ramayulis, 2008 dalam Cassadra, 2011.
C. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa