1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera jasmani, mental, sosial, dan spiritual kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kecacatan WHO,
2013. Kemudian kebugaran jasmani adalah suatu kondisi dimana seorang individu memiliki energi yang cukup dan vitalitas untuk menyelesaikan tugas sehari- hari dan
kegiatan rekreasi aktif tanpa kelelahan yang tidak semestinya Nieman, 1998. Sehingga kebugaran dapat menentukan derajat kesehatan seseorang.
Kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan yang ditandai oleh kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat dan
berhubungan dengan resiko rendah penyakit kronis. Diperlukan aktivitas fisik yang aktif ditambah dengan latihan fisik yang benar, teratur dan terukur untuk mencapai
kebugaran yang optimal. Namun kenyataan dilapangan dengan majunya dunia teknologi memberikan kemudahan aktivitas dan memanjakan manusia sehingga
menjadikan kurang gerak yang dilakukan hypokinetic, seperti penggunaan remote control, komputer, lift dan tangga berjalan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik
yang akan menimbulkan penyakit akibat kurang gerak Depkes, 2002. Kemudian daya tahan kardiorespirasi, kebugaran musculoskeletal kekuatan
otot dan daya tahan, fleksibilitas dan komposisi tubuh yang optimal adalah komponen terukur kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Dari beberapa
komponen tersebut komponen kebugaran yang paling penting dan berhubungan langsung dan utama dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespiratori Fatmah,
2011. Daya tahan kardiorespirasi yang tinggi menunjukkan kemampuan bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang
cukup besar dalam periode waktu yang lama berhubungan langsung dan utama dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespiratori Fatmah, 2011.
Kebugaran daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan seluruh tubuh dan melanjutkan gerakan memperpanjang waktu tanpa
kelelahan yang tidak semestinya. Sistem kardiorespiratori berguna untuk mensuplai dan membawa oksigen untuk berbagai jaringan dalam tubuh kita Prentice, 2004.
Bugar tidaknya seseorang dapat dinilai dari kekuatan maksimum pergerakan otot dan sendi, percepatan gerakan maksimum dan kemampuan maksimum pengambilan
oksigen Fatmah, 2011. Kebugaran aerobik daya tahan kardiorespiratori dapat dinilai secara langsung
dengan tes laboratorium yang disebut pemasukan oksigen VO
2max
. Uji kebugaran aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode
langsung dengan pengukuran kapasitas aerobik VO
2max
menggunakan douglas bag selama melakukan aktivitas fisik dan metode tidak langsung dapat dilakukan dengan
metode prediksi detak jantung Astrad, 1977 dalam Fatmah, 2011. Pada individu yang bugar, detak jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena sistem
kardiorespiratori bekerja lebih efisien Anspaugh, 1997. Diperlukan suatu parameter yang mampu menguji kesehatan jasmani seseorang.
Step tes merupakan salah satu jenis pengukuran tingkat kebugaran seseorang,
diantaranya dengan metode YMCA Young Men’s Christian Association3 minutes
menggunakan tes naik turun bangku dalam waktu yang paling singkat dan perhitungan paling sederhana sehingga dapat digunakan pada populasi yang banyak,
berdasarkan tingkat norma kebugaran daya tahan kardiorespiratori yaitu dikatakan bugar jika denyut nadi seteleh tes berkisar antara 50-102 kalimenit bagi laki-laki dan
52- 113 kalimenit bagi perempuan Nieman, 2007. Data dari Behavioral Risk Factor Surveillance System BRFSS survey tahun
2001-2003 pada masyarakat Asia dan Hawaii atau masyarakat di Kepulauan Pasifik lainnya diperoleh data 61 memiliki tubuh yang tergolong tidak bugar Kruger, 2004
dalam Cassandra, 2011. Seperti halnya kondisi kebugaran pada masyarakat Indonesia menurut data Sport Development Index SDI pada tahun 2006 menujukkan
kondisi yang rendah yaitu 1,08 masuk dalam ketegori baik sekali, 4,07 baik, 13,55 sedang, 43,90 kurang, dan 37,40 kurang sekali Maksum dalam
Cassandra, 2011. Di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang no. 36 tentang kesehatan yang
mengamanatkan bahwa upaya kesehatan olahraga ditunjukkan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat serta meningkatkan prestasi belajar,
kerja dan olahraga. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia oleh Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2011 telah mengadakan kegiatan kebugaran
jasmani. Dengan a danya konsep “beraktivitas fisik agar sehat dan bugar” diharapkan
masyarakat dapat melaksanakan upaya pencegahan dan penananggulangan dampak negatif akibat kurang berolahraga dan cedera olahraga Kemenkes RI, 2011.
Berdasarkan laporan dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa institusi terhadap
generasi muda dan orang dewasa pada dasawarsa terakhir ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kebugaran jasmani orang Indonesia secara umum kurang baik atau
termasuk dalam kategori rendah FORMI,2011. Tingkat kebugaran yang rendah banyak dialami oleh perempuan khususnya
pada usia remaja dibandingkan dengan laki-laki, hal ini diperkuat dengan penelitian kebugaran yang dilakukan pada siswi kelas II Sekolah Menengah Kejuruan Pangudi
Luhur Tarcisius dengan menggunakan Harvard Step Test menunjukkan bahwa status kebugaran sebanyak 78,1 berada pada kriteria kurang, 15,6 berada pada kriteria
sedang, dan 6,3 berada pada kriteria baik Eliyus, 2005 dalam Mustakim, 2010. Penelitian yang dilakukan pada remaja putri usia 18-19 tahun di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia menunjukkan bahwa berdasarkan norma tes kebugaran 86,7 mahasiswi tergolong tidak bugar sedangkan berdasarkan nilai
median denyut nadi setelah tes diketahui 54,7 tergolong tidak bugar yang dihitung dengan metode step tes YMCA 3 minute Indrawagita, 2009. Kemudian penelitian
dari 30 orang responden remaja usia 18 hingga 23 tahun yang diteliti, 22 orang berada pada level buruk Indriawati, 2005.
Kebugaran sangatlah penting bagi kesehatan remaja, salah satunya kesehatan jantung. Apabila seorang remaja menjaga kebugarannya maka sistem kardiovaskular
akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara Sumosardjuno, 1992. Kebugaran yang kurang akan mencerminkan kekurangan pula dalam kemampuan bekerja, baik
lama maupun daya tahannya untuk bekerja ataupun prestasi kerjanya Turhayati, 2000.
Dampak dari rendahnya tingkat kebugaran adalah secara langsung akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja dan produktivitas dan dalam jangka waktu
yang lama akan menimbulkan penyakit jantung koroner dan penyakit degeneratif lainnya. Penyakit jantung koroner Coronary artery disease CAD masih menjadi
penyebab kematian nomor satu. Jumlah penyakit kardiovaskular CVD merupakan yang terbesar dari seluruh kematian, yang berjumlah 17,3 juta jiwa setiap tahunnya,
kemudian diikuti penyakit kanker sebanyak 7,6 juta jiwa dan diabetes sebanyak 1,3 juta jiwa. Disamping itu, jumlah kematian akibat CVD ini menggambarkan 30 dari
seluruh kematian di dunia dengan 7,3 juta orang diantaranya berhubungan dengan penyakit jantung koroner dan 6,2 juta orang diantaranya berkaitan dengan penyakit
stroke WHO, 2013. Penyakit CVD dan diabetes erat kaitannya dengan kejadian obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 miliar orang dewasa dan lansia di dunia
mengalami overweight, dengan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta perempuan diantaranya mengalami obesitas WHO, 2013. Di Indonesia penyakit
jantung memiliki prevalensi 7,2 , diabetes melitus 1,1 , dan kanker 0,4 . Rata- rata kota Jakarta yang paling banyak prevalensi kejadian penyakit tidak menular
tersebut Riskesdas, 2007. Aktivitas fisik memberikan keuntungan kesehatan yang terbanyak dan bahwa
tingkat kebugaran aerobik yang lebih tinggi dapat mencegah dari penyakit yang berdampak kepada kematian Sharkley, 2003. Selanjutnya penelitian oleh Lloyd,
et.al. 1998 memecahkan hipotesis bahwa terdapat kolerasi yang positif antara latihan fisik dengan kebugaran kapasitas kardiorespiratori pada perempuan remaja
dan dewasa. Kemudian terdapat faktor lain yang berhubungan dengan kebugaran
pada perempuan selain dari aktivitas fisik. Diketahui jenis kelamin termasuk salah satu faktor yang menentukan tingkat kebugaran kardiovaskuler Haskell and Kiernan,
2000. Laki-laki memiliki kondisi tubuh yang lebih bugar dari pada perempuan Mustakim, 2010.
Kemudian berdasarkan hasil penelitian tentang kebugaran yang dilakukan Pegawai Negeri Sipil PNS Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas pada
perempuan usia 19-52 tahun terdapat hubungan yang bermakna antara persen lemak tubuh dengan kebugaran dengan mengukur VO
2max
Wijayanti,2006. Asupan makanan untuk memperoleh zat gizi juga menjadi salah satu penentu
status kebugaran. Penelitian disuatu negara memberikan hasil bahwa asupan gizi sumber energi karbohidrat dan lemak lebih memberi pengaruh kuat pada
kemampuan kardioresporatori kebugaran perempuan dibandingkan dengan laki-laki Paul,et.al, 2004 dalam Prawestri 2011. Selain itu, sebuah studi juga menyatakan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan gizi berupa zat gizi mikro dengan kebugaran pada perempuan remaja maupun dewasa. Lloyd, et.al, 1998.
Penelitian terkait kebugaran diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara kebugaran mahasiswi angkatan 2009 usia 18-19 tahun dibandingkan dengan
angkatan 2010 usia 20-21 tahun Oranobuka, 2011 dalam Sharkley, 2011. Tingkat kebugaran jasmani pada perempuan lebih rendah dibandingkan pada laki-laki
Hermanto,dkk, 2012. Pada perempuan, kebugaran daya tahan kardiorespiratori mempengaruhi secara signifikan dengan penyebab kematian Blair, et.al. 1996 dalam
Prawestri, 2011.
Dari data penelitian diatas diketahui bahwa kebugaran diberbagai tingkatan dunia, Asia maupun Indonesia masih menunjukkan tingkat kebugaran pada level
rendah terutama pada perempuan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa banyaknya perempuan dalam usia 17-21 tahun yang memiliki
tingkat kebugaran dalam skala yang rendah. Dimana pada usia tersebut rata-rata adalah usia sekolah sebagai siswa dan mahasiswa. Kebugaran daya tahan
kardiorespiratori pada masa sekolah penting untuk mendukung aktivitas kerja dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kegiatan belajar dan menyelesaikan studi dan
sebagai pencegahan terhadap terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik yang jika tidak dicegah
akan menimbulkan kematian. Kemudian pada perempuan kebugaran menjadi penting karena manfaatnya akan berdampak pada siklus kehidupan selanjutnya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait kebugaran daya tahan kardiorespiratori hubungannya dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti IMT, persen lemak tubuh, asupan gizi dan aktivitas fisik pada rentang usia mahasiswa khususnya perempuan yang dimulai sejak dini.
B. Rumusan Masalah