Penilaian Gizi Secara Langsung

D. Penilaian Status Gizi

Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

1. Penilaian Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Pengukuran yang mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan dana yang cukup besar serta dapat digunakan untuk pengukuran pada penelitian ini adalah antropometri. a. Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai umur dan tingkat gizi. Pengunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidaksembangan ini terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proposi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak dewasa dapat menggunakan metode antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan indeks masa tubuh yaitu pembagian antara berat badan BB per tinggi badan TB dalam kuadrat. Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Laporan FAOWHOUNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index BMI dikenal dengan Indeks Massa Tubuh IMT. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Berikut adalah rumus IMT : Keterangan : IMT = Indeks Massa Tubuh BB = Berat Badan kg TB = Tinggi Badan m 2 Kemudian diklasifikasikan hasil pengukuran sehingga diketahui dalam ketegori bagaimana orang tersebut. Tabel 2.5 Klasifikasi IMT Dewasa Menurut Depkes RI 2004 Kategori IMT Klasifikasi 17,0 Kurus kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 – 18,4 Kurus kekurangan berat badan tingkat ringan 18,5 – 25,0 Normal 25,1 – 27,0 Kegemukan kelebihan berat badan tingkat ringan 27,0 Gemuk kelebihan berat badan tingkat berat Sumber : Depkes RI, 2004 Pengukuran antropometri untuk mengetahui persen lemak tubuh seseorang, di antaranya yaitu 1 Underwater weighing penimbangan dalam air,2 Pengukuran dengan alat bioelectrical impedanceanalysis BIA, 3 Dual-energy X-ray absorptiometry, serta 4 Skinfoldassessment pengukuran tebal lemak, 5 The Bod Pod alat pengukuran Fahey, et.al, 2004. IMT = BBkg TB m 2 Underwater weighing penimbangan dalam air, yaitu dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan sifat lemak terhadap daya angkat air, yaitu lemak mengapung dalam air sementara massa bukan lemak tenggelam dalam air. Metode pengukuran ini tergolong rumit dan membutuhkan kesediaan individu untuk masuk ke dalam air sehingga cukup sulit dilakukan. Alat ini akurat untuk menentukan persen lemak tubuh Fahey, et.al, 2004. The Bod Pod yang menggunakan alat laboratorium khusus yang tertutup dan akan memberi tekanan udara pada tubuh sehingga diperoleh besar volume tubuh. Melalui metode tersebut, persen lemak tubuh dapat dikalkulasikan dari volume tubuh Fahey, etal, 2004. Bioelectrical impedance analysis BIA merupakan teknik yang memanfaatkan aliran listrik kecil tidak dapat dirasakan untuk mengetahui lemak tubuh karena lemak merupakan isolator listrik sehingga semakin lambat aliran listrik dari satu kutub ke kutub lain, semakin tinggi persen lemak tubuh seseorang. digunakan jumlah resistensi terhadap arus listrik berhubungan dengan jumlah jaringan lemak bebas dalam tubuh dan dapatdigunakan untuk mengetimasi persen lemak tubuh. Pada saat ini telah dikembangkan alat portable yang terkomputerisasi sehingga dapat langsung menghasilkan persentase lemak tubuh pada monitornya. Metode ini adalah yang paling populer digunakan karena ketersediaan alat-alat BIA yang variatif serta mudah dipakai untuk masyarakat umum Fahey et.al, 2004. Dual-energy X-ray absorptiometry merupakan metode yang dilakukan dengan memanfaatkan sinar-X yang biasa digunakan untuk mengukur kepadatan tulang. Sinar-X dipaparkan pada tubuh seseorang sehingga komposisi tubuh dapat direfleksikan dan dianalisa dengan komputer. Hasil pengukuran dengan teknik tersebut tergolong sangat akurat, namun membutuhkan biaya mahal serta menggunakan alat yang tidak dapat dipindahkan. Biasanya dapat ditemukan dipusat kebugaran dan klinik oleharaga. Fahey, et.al,2004. Skinfold assessment pengukuran tebal lemak yang dilakukan melalui pengukuran tebal lemak subkutan pada area tertentu dengan menggunakan skinfold caliper alat untuk mencubit lipatan kulit sekaligus mengukur ketebalannya dalam satuan milimeter sehingga dapat diperoleh persen lemak tubuh dengan tepat. Metode ini tidak rumit, murah dan praktis untuk pengukuran komposisi tubuh, namun sangat rawan kesalahan dan membutuhkan standar pelatihan yang sama sehingga hasil menjadi akurat Fahey, et.al, 2004. Tabel 2.6 Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Perempuan Kategori Persen Lemak Tubuh 19 tahun 20-29 tahun Baik Sekali 17,0 18,0 Baik 17,1-22,0 18,1-23,0 Cukup 22,1 -27 23,1-28 Buruk 27,1- 32,0 28,1 -33 Buruk Sekali ≥ 32,1 ≥ 33,1 Sumber : Depdiknas Pengembangan Olaharaga, 2012

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung