4. Status Kesehatan
Status kesehatanmerupakan salah satu determinan atau faktor penentu dari kebugaran kardiovaskuler daya tahan kardiovaskuler Malina dan Bouchard,
1989 dalam Haskell dan kiernan, 2000. Kemampuan untuk menjalani aktivitas fisik yang lebih berat dari biasanya dapat diketahui dengan menggambarkan
status kesehatan seseorang. Hal tersebut juga diperlukan sebelum melakukan tes kebugaran sehingga status kesehatan responden dapat dikontrol.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan adalah kuesioner Par-Q Physical Activity Readiness Questionnaire.
Kuesioner tersebut melihat status kesehatan melalui enam pertanyaan yang meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter, ada atau tidaknya nyeri
dada saat beraktivitas dan tidak beraktivitas, rasa pusing atau pengalaman kehilangan kesadaran, masalah tulang dan sendi, obat tekanan darah atau jantung
yang sedang dikonsumsi serta alasan lain yang berhubungan dengan kesehatan Health Canada, 1998.
5. Kebiasaan Konsumsi Rokok dan Alkohol
Kebiasaan merokok terutama berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler. Pada asap termbakau terdapat 4 karbonminoksida CO. Daya ikat afinitas
CO pada hemoglobin sebesar 200-300 kali lebih kuat dari oksigen. Hal ini berarti CO lebih cepat mengikat hemoglobin daripada oksigen. Hemoglobin berfungsi
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, dengan adanya ikatan CO pada hemoglobin maka akan menghambat pengangkutan oksigen kejaringan tubuh
Astrand, 1992.
Karbondioksida dari rokok mengurangi suplai oksigen dari darah ke jaringan dan sel tubuh. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah dan mengahalangi
peredaran darah. Alkohol juga dapat memberikan akibat yang merugikan kepada kesanggupan jantung dalam memberikan sambutan kepada olahraga Kuntaraf,
1992. Seperti faktor risiko penyakit kardiovaskuler, merokok menjadi salah satu
yang berhubungan dengan kejadian jantung koroner. Perokok dengan konsumsi rendah kandungan tar, nikotin, memiliki risiko lebih kecil dibandingkan dengan
perokok yang mengonsumsi lebih banyak zat berbahaya tersebut. Tetapi itu semua berbahaya dan dapat berisiko terhadap kematian. Bucher, 1985.
6. Aktivitas Fisik
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani, latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur akan mempengaruhi
atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh Depkes, 1994 dalam Fatmah, 2011. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh
akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dilakukan berulang-ulang
dan bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran. Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik, sedangkan olahraga adalah aktivitas fisik
yang mempergunakan otot-otot besar yang bersifat baik kompetitif maupun non kompetitif. Aktivitas fisik merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
tingkat kebugaran seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa latihan fisik merupakan salah satu faktor yang menghambat proses penuaan yang
ditandai dengan penurunan kapasitas aerobik dan kekuatan otot yang akan menurunkan tingkat kebugaran Astrad, 1992.
Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam dua kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur kegiatan olahraga dan aktivitas fisik tidak terstruktur
kegiatan sehari-hari seperti berjalan, bersepeda dan berkerja Williams, 2002. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi risiko terhadap
penyakit seperti cardiovakuler disease CDV, stroke, diabetes mellitus dan kanker kolon. Selain itu juga memberikan efek positif terhadap penyakit seperti
kanker payudara, hipertensi, osteoporosis, dan risiko jantung, kelebihan berat badan, kondisi muskuloskletal, gangguan mental dan psikologikal dan
mengontrol perilaku yang berisiko seperti merokok, alkohol, serta juga dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja WHO, 2008 dalam Fatmah, 2011.
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, di antaranya yaitu Astrad, 1992 :
1 Peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung.
2 Penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi
kerja otot jantung. 3 Mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung.
4 Peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik. 5 Peningkatan metabolisme tubuh berkaitan dengan gizi tubuh.
6 Meningkatkan kemampuan otot. 7 Mencegah obesitas
Kebiasaan olahraga didefinisikan sebagai suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi fungsi tubuh yang hasilnya
adalah meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangkan kualitas olahraga adalah penilaian terhadap aktivitas olahraga berdasarkan frekuensi dan lamanya berolahraga
setiap kegiatan dalam seminggu. Olahraga dapat meningkatkan kebugaran apabila memenuhi syarat-syarat berikut Depkes, 1994 dalam Fatmah 2011:
a. Intensitas latihan
Makin besar intensitas latihan, makin besar pula efek latihan tersebut. Intensitas kesegaran jasmani sebaiknya antara 60-80 dari kapasitas aerobik
yang maksimal. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk berolahraga kesehatan adalah antara 72 dan 78 dari denyut nadi maksimal.
b. Lamanya latihan
Jika kita menghendaki hasil latihan yang baik, berarti cukup bermanfaatkan bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya, maka harus berlatih
sampai mencapai training zone yaitu selama 15-25 menit. c.
Frekuensi latihan Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas dan lamanya
latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali seminggu minimal 30 menit setiap berolahraga.
d. Cara Pengukuran Aktivitas Fisik
Pengukuran aktivitas fisik tergolong kompleks dan tidak mudah. Berbagai pendekatan telah dikembangkan diantaranya adalah klasifikasi
pekerjaan, obeservasi perilaku, penggunaan alat sensor gerakan, penandaan
fisiologi detak jantung serta penggunaan kalorimeter. Namun, metode yang paling sering digunakan saat ini adalah self-reported survey survei dengan
pelaporan diri Haskell dan Kiernan, 2000. 1
International Physical Activity Questionnaire IPAQ International Physical Activity Questionnaire IPAQ merupakan
kuesioner internasional yang dirancang untuk mengukur aktivitas fisik pada orang dewasa pada 7 hari sebelumnya. Jenis aktivitas fisik lebih spesifiknya
terbagi menjadi aktivitas berjalan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat IPAQ, 2005. Aktivitas sedang adalah aktivitas yang menggunakan tenaga
fisik sedang sehingga membuat bernafas agak lebih kuat daripada biasanya serta dilakukan minimal 10 menit. Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang
menggunakan tenaga fisik kuat sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya dan dilakukan minimal 10 menit. Menurut WHO 2011 beberapa jenis
aktivitas sedang dan berat adalah seperti pada tabel 2.3 Tabel 2.3
Jenis Aktivitas Fisik Sedang dan Berat
No Aktivitas Fisik Sedang Aktivitas Fisik Berat
1 Berjalan cepat
Berlari 2
Menari Mendaki bukit
3 Berkebun
Bersepeda cepat 4
Melakukan pekerjaan rumah tangga menyapu, mengepel
Aerobik 5
Berburu Berenang cepat
6 Bermain dengan anak-anak
Bertanding olahraga sepak bola, voli, basket
7 Badminton
Menyekop atau menggali parit 8
Membawamemindahkan barang 20 kg
Membawamemindahkan beban 20kg
Sumber : WHO, 2011
Skor total nilai aktivitas fisik dilihat dalam MET-menitminggu berdasarkan penjumlahan dari aktivitas berjalan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat dalam
durasi menit dan frekuensi hari. MET merupakan hasil dari perkalian dari Basal Metabolisme Rate dan METs-menit hasil dari dihitung dengan mengalikan skor
METs dengan kegiatan yang dilakukan dalam menit. Nilai METs untuk berjalan adalah 3,3; aktivitas sedang adalah 4,0; dan aktivitas berat adalah 8,0.
Berikut merupakan cara perhitungan aktivitas fisik menurut IPAQ 2005.
7. Status Gizi