tembang  ini  diatur  dalam  ketentuan  dalam  satu  bait  sapadeswara  terdiri  dari  4 baris  padapala;  satu  bait  dibagi  menjadi  dua,  masing-masing  terdiri  dari  dua
baris  yang  disebut  sapadadirga;  jumlah  suku  kata  dalam  tiap  baris  disebut salampah  salaku,  dan  paling  sedikit  terdiri  dari  lima  suku  kata  lampah  5;
menggunakan  pedhotan,  khususnya  bagi  tembang  ageng  yang  berlampah  tujuh atau  lebih
77
.  Contoh  dari  jenis  tembang  ini  adalah  Citramengeng
78
,  Sikarini, Bangsapatra
79
,  Citrarini  dan  Madayanti
80
.  Berikut  ini  adalah  syair  tembang Citrarini yang diciptakan oleh KRT Madukusuma
81
: Langen pradangga, ngesti lebdeng pra siswa
Mardi mardawa kagunan karkarena Mung haywa kemba miwah mengeng ing karna
Antep ing sedya lir parta mangsah yuda.
2.3.1.4 Tembang Dolanan
Istilah  tembang  dolanan  pada  awalnya  digunakan  untuk  menyebut  jenis tembang  permainan  anak.  Namun  pada  perkembangannya,  istilah  ini  pun
digunakan  untuk  menyebut  tembang-tembang  hasil  kreasi  baru  dan  digunakan untuk  membedakannya  dengan  tembang-tembang  klasik  yang  adi  luhung
82
.
77
Subuh,  Gamelan  Jawa  Inkulturasi  Musik  Gereja:  Studi  Kasus  Gending-gending  Karya  C. Hardjasoebrata, 47.
78
R. Ng. Ranggawarsita, Mardawalagu, 22.
79
R. Ng. Ranggawarsita, Mardawalagu, 26.
80
Purwadi, dkk., Ensiklopedi Kebudayaan Jawa, Bina Media, Yogyakarta 2005, 528.
81
Purwadi, dkk., Ensiklopedi Kebudayaan Jawa, 528.
82
Rahayu Supanggah seperti dikutip dalam Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 48.
Beberapa  tembang  dolanan  karya  C.  Hardjasoebrata  yang  cukup  populer  adalah Sinten Nunggang Sepur, Sapa Munggah Gunung, Kupu Kuwe, Go Jago, Bagong
Ngamuk
83
,  Kursi  Jebol,  Adiku,  Omahku,  Buta  Cakil  Untu  Telu,  Kathok  Putih, Palang Sepur
84
. Berikut ini adalah contoh syair tembang Omahku
85
:
Kowe tak kandhani prenahe omahku Nurut dalan iki ana omah jejer telu
Latar jembar gilar-gilar Omah gedhong anyar lawang kaca nganggo gambar
Sing wetan cete ijo, sing kulon cete kuning. Sing tengah campuran ijo royo-royo sulak kuning
Aja wedi-wedi kowe ndang mlebua wae, Nanging aja gedhong kuwi, omahku presis mburine.
2.3.1.5 Beberapa Jenis Tembang Lain
Sindhenan  adalah  tembang  yang  dinyanyikan  secara  tunggal  oleh  seorang pesinden  atau  waranggana.  Sulukan  adalah  tembang  yang  dinyanyikan  oleh
dalang pada awal atau akhir suatu gending, atau di tengah-tengah pocapan dengan tujuan  untuk  menciptakan  suatu  suasana  tertentu  yang  diharapkan.  Sebagai
contoh,  tlutur  digunakan  untuk  menciptakan  suasana  prihatin  dan  sedih,  kawin digunakan  untuk  menciptakan  suasana  bersemangat,  dan  ada-ada  digunakan
83
Subuh,  Gamelan  Jawa  Inkulturasi  Musik  Gereja:  Studi  Kasus  Gending-gending  Karya  C. Hardjasoebrata, 66.
84
Subuh,  Gamelan  Jawa  Inkulturasi  Musik  Gereja:  Studi  Kasus  Gending-gending  Karya  C. Hardjasoebrata, 85.
85
Subuh,  Gamelan  Jawa  Inkulturasi  Musik  Gereja:  Studi  Kasus  Gending-gending  Karya  C. Hardjasoebrata, 85.