Beberapa tembang dolanan karya C. Hardjasoebrata yang cukup populer adalah Sinten Nunggang Sepur, Sapa Munggah Gunung, Kupu Kuwe, Go Jago, Bagong
Ngamuk
83
, Kursi Jebol, Adiku, Omahku, Buta Cakil Untu Telu, Kathok Putih, Palang Sepur
84
. Berikut ini adalah contoh syair tembang Omahku
85
:
Kowe tak kandhani prenahe omahku Nurut dalan iki ana omah jejer telu
Latar jembar gilar-gilar Omah gedhong anyar lawang kaca nganggo gambar
Sing wetan cete ijo, sing kulon cete kuning. Sing tengah campuran ijo royo-royo sulak kuning
Aja wedi-wedi kowe ndang mlebua wae, Nanging aja gedhong kuwi, omahku presis mburine.
2.3.1.5 Beberapa Jenis Tembang Lain
Sindhenan adalah tembang yang dinyanyikan secara tunggal oleh seorang pesinden atau waranggana. Sulukan adalah tembang yang dinyanyikan oleh
dalang pada awal atau akhir suatu gending, atau di tengah-tengah pocapan dengan tujuan untuk menciptakan suatu suasana tertentu yang diharapkan. Sebagai
contoh, tlutur digunakan untuk menciptakan suasana prihatin dan sedih, kawin digunakan untuk menciptakan suasana bersemangat, dan ada-ada digunakan
83
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 66.
84
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 85.
85
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 85.
untuk suasana tegang atau marah. Laras dan pathet sulukan disamakan dengan laras dan pathet gending yang akan atau sudah dimainkan
86
.
2.3.2 Jenis-jenis Gending
Ada berbagai macam perbedaan jenis-jenis gending menurut para ahli. Hal ini lebih disebabkan karena perbedaan persepsi mengenai definisi kata ageng,
tengahan dan alit. Mereka tetap menggunakan ketiga kriteria ukuran tersebut dengan penerapan yang agak berbeda.
Ki Hajar Dewantara membagi gending dalam tiga kelompok, yaitu alit, tengahan, dan ageng. Gending yang termasuk dalam kelompok gending alit
adalah Ketawang, Ladrang, Gangsaran, Tropongan, dan Bibaran. Kecuali bentuk tersebut, gending alit lain memiliki pola tabuhan instrumen struktural yang
berbeda, yaitu Sampak, Playon, Srepegan, Ayak-ayak dan Prenesan. Gending tengahan terdiri dari gending-gending dengan pola kendang Candra, Sarayuda,
Gandrung-gandrung, dan Lahela. Beberapa lagu yang termasuk kategori gending ageng adalah gending-gending dengan pola kendang Mawur, Jangga, Semang
87
.
86
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 48-49.
87
Ki Hadjar Dewantara- M. Ng. Najawirangka, Kawruh Gending Djawa¸ Sadubudi, Solo 1936, 50-51.