Dimensi Liturgis Inkulturasi Musik Liturgi

Musik liturgi menjadi musik khusus yang digunakan upacara-upacara liturgi. Melaluinya, umat beriman dapat “mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena, entah dengan memupuk kesatuan hati, entah dengan memperkaya upacara suci dengan kemeriahan yang lebih semarak ” SC 112. Seni membantu manusia untuk mengungkapkan dirinya secara lebih mendalam dalam ungkapan doa, iman dan rasa syukur pada Allah di dalam liturgi. Berbeda dengan musik profan, musik liturgi memiliki tujuan untuk “kemuliaan Allah dan pengudusan Umat beriman” SC 112. Dua hal ini merupakan relasi vertikal-dialogis antara manusia dengan Allah: katabatis dan anabatis 86 . Segi katabatis adalah gerakan turun dari Allah kepada manusia. Allah menawarkan diri agar manusia memperoleh keselamatan. Ini merupakan pengudusan yang dilakukan Allah pada manusia. Sedangkan, segi anabatis adalah gerakan naik dari manusia kepada Allah. Manusia menganggapi tawaran Allah tersebut dengan menyembah dan memuliakan Allah 87 . Konsili membuka kesempatan agar kesenian-kesenian sejati dapat masuk ke dalam ibadat. Kriteria utamanya adalah kesesuaian dengan tujuan musik liturgi, yaitu demi kemuliaan Allah dan pengudusan umat beriman. Karenanya, diandaikan adanya proses pemilihan dan pemilahan antara kesenian yang sejati dan tidak sejati 88 . Kriteria utama musik liturgi dalam dimensi ini adalah bagaimana suatu musik atau nyanyian dapat membantu umat dalam berliturgi, 86 E. Martasudjita, Pr., Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 119. 87 E. Martasudjita, Pr., Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 120. 88 Karl-Edmund Prier SJ., Konstitusi Liturgi Bab VI: Tentang Musik Ibadat, 4. yaitu berjumpa dengan Allah dan sesama 89 . Seni membantu manusia untuk masuk ke dalam misteri, untuk menemukan Allah yang tersembunyi.

3.2.2 Dimensi Ekklesiologis

Musik memiliki dimensi ekklesiologis, artinya musik liturgi dimaksudkan untuk mengungkapkan peran serta umat secara aktif. Konstitusi Liturgi mengungkapkan bahwa perayaan liturgi hendaknya memung kinkan “semua orang beriman dibimbing kearah keikut- sertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif” SC 14. Musik memiliki peran penting dalam membantu memasuki misteri iman dan menangkap sabda Tuhan dan karunia sakramen yang sedang dirayakan 90 . Kesesuaian antara musik liturgi dengan tema liturgi dan tempat dilaksanakannya liturgi tersebut, dapat semakin membantu umat. Bentuk musik, lagu dan alat-alat musik juga perlu disesuaikan dengan keanggunan gedung gereja bdk. LRI 40. Arsitektur gedung gereja juga menentukan sesuai tidaknya suatu alat musik digunakan. Orgel pipa pada umumnya dipasang bersamaan dengan dibangunnya gedung gereja. Besarnya gedung menentukan pula orgel yang akan dipasang di dalamnya. Karena hal inilah, masing-masing gereja memiliki suara orgel yang khas. Demikian pula arsitektur gedung gereja dari kebudayaan lain. Gedung gereja berarsitektur joglo sebagai bangunan khas masyarakat Jawa, sesuai 89 E. Martasudjita, Pr., Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 195. 90 E. Martasudjita, Pr., Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 196. dengan instrumen gamelan yang digunakan di dalamnya. Kesesuaian antara arsitektur, alat musik dan liturgi, dapat membantu umat untuk menghayati perayaan Liturgi secara lebih baik. Musik memang dapat membuat liturgi menjadi semakin semarak bdk. SC 112. Tetapi, kemeriahan liturgi tidak tergantung dari indahnya nyanyian atau bagusnya upacara. Kemeriahan yang sejati ada pada makna perayaan atau ibadat itu sendiri, dengan memperhitungkan keterpaduan perayaan liturgi tersebut serta pelaksanaan bagian-bagian sesuai dengan ciri khasnya. Musik liturgi yang indah memang diharapkan ada, namun ukuran ini tidaklah mutlak, karena tergantung dari ketersediaan tenaga-tenaga yang dapat menjalankan tugasnya secara baik bdk. MS 11. Pemazmur, solis, dan kor yang terlatih dan dapat bernyanyi dengan baik memang didambakan untuk memeriahkan suatu perayaan liturgi. Jika memang nyanyiannya terlalu sulit dan tidak tersedia tenaga-tenaga yang dapat menyanyikannya secara tepat, petugas tersebut bisa membawakannya tanpa menyanyi, yaitu dengan mendaraskannya dengan suara yang lantang dan jelas. Tapi hal ini tidak bisa dilakukan hanya demi mudahnya saja bdk. MS 9. Para pengiring, yaitu organis dan pemain alat musik lain, perlu memiliki disposisi batin yang baik saat mengiringi ibadat liturgi. Mereka hendaknya mengikuti ibadat liturgi dengan penuh kesadaran. Dengan begitu, mereka dapat memainkan alat musik tersebut dengan sebagaimana mestinya MS 67. Bermusik di dalam liturgi adalah bermusik dalam konteks berdoa. Saat para pemain musik dapat menghayati musiknya sebagai doa, ia pun dapat membantu umat yang hadir