dengan irama yang metris dengan menggunakan bahasa Jawa baru
69
. Tembang- tembang macapat terdiri dari: Dandanggula, Mijil, Asmaradana, Sinom, Pangkur,
Durma, Kianti, dan Pucung
70
. Dalam perkembangannya, beberapa tembang tengahan pun masuk dalam kelompok tembang ini, yaitu Gambuh, Megatruh atau
Duduwuluh, Balabak, Wirangrong, dan Jurudemung. Tembang ageng yang masuk dalam kelompok ini adalah Girisa
71
. Setiap tembang macapat diatur dalam ketentuan gurulagu jatuhnya bunyi
akhir pada tiap baris, guruwilangan jumlah suku kata pada tiap baris, dan gurugatra jumlah baris pada tiap bait. Aturan ini bersifat tetap dan ketat, kendati
tembang ini dinyanyikan dengan cengkok atau lagu yang berbeda-beda. Masing- masing tembang macapat memiliki lebih dari satu cengkok
72
. Berikut ini adalah contoh syair Sinom
73
: Pawarta Kratoning swarga
Mangsa cacawis mring Gusti Bakal rawuh paring warta
Kratoning Allah wus prapti King Yoanes Pambaptis
Pawarta ing ngrara samun Jroning tlatah Yudhea
Martobata sira aglis Mrih widada ing tembene bagya mulya.
69
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 47.
70
R. Ng. Ranggawarsita, Mardawalagu, Sadubudi, Solo 1957, 38.
71
J. Kunst seperti dikutip dalam Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 46.
72
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 46-47.
73
Diambil dari “II. Pawarta Bab Kratoning Swarga: A. Mangsa Cacawis: Gusti Bakal Rawuh Martakake Kratoning Allah” dalam G. P. Sindhunata, SJ dan Ag. Suwandi, Injil Papat: Piwulang
Sang Guru Sejati Ing Tembang Macapat, Boekoe Tjap Petroek, Yogyakarta 2008, 67.
2.3.1.2 Tembang Tengahan atau Madya
Tembang Tengahan atau Madya adalah tembang yang banyak dipergunakan sebagai bawa, untuk memulai suatu gending. Tembang ini menggunakan bahasa
Jawa tengahan dengan diatur dalam ketentuan tembang yang sama seperti tembang macapat
74
. Contoh dari tembang jenis ini adalah Kuswarini, Kuswawirangrong, Jurudemung, Blabak, Pamiwalkung, Lontang, Girisaja,
Megatruh, Dudukwuluh, Maskumambang, Kelingan, Pamungu, Raradenok, Onanganing, dan Kalajaran
75
. Berikut ini adalah contoh tembang Megatruh
76
: Sigra milir
Sang getek sinangga bajul Kawan dasa kang jageni
Ing ngarsa miwang ing pungkur Tanapi ing kanan kering
Kang getek lampahnya alon.
2.3.1.3 Tembang Gedhe atau Ageng
Tembang Gedhe atau Ageng adalah tembang yang digunakan sebagai bawa atau suluk dalam pedalangan. Tembang ini adalah jenis tembang yang tertua dan
masih menggunakan bahasa Jawa Kawi atau Jawa Kuna. Secara ketat, jenis
74
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 47.
75
R. Ng. Ranggawarsita, Mardawalagu, 34-37.
76
Gending Ketawang Megatruh, dari M. Siswanto, dkk., Gending-gending Beksan II Ketawang, Konservatori Tari Indonesia, Yogyakarta 1975, 44.
tembang ini diatur dalam ketentuan dalam satu bait sapadeswara terdiri dari 4 baris padapala; satu bait dibagi menjadi dua, masing-masing terdiri dari dua
baris yang disebut sapadadirga; jumlah suku kata dalam tiap baris disebut salampah salaku, dan paling sedikit terdiri dari lima suku kata lampah 5;
menggunakan pedhotan, khususnya bagi tembang ageng yang berlampah tujuh atau lebih
77
. Contoh dari jenis tembang ini adalah Citramengeng
78
, Sikarini, Bangsapatra
79
, Citrarini dan Madayanti
80
. Berikut ini adalah syair tembang Citrarini yang diciptakan oleh KRT Madukusuma
81
: Langen pradangga, ngesti lebdeng pra siswa
Mardi mardawa kagunan karkarena Mung haywa kemba miwah mengeng ing karna
Antep ing sedya lir parta mangsah yuda.
2.3.1.4 Tembang Dolanan
Istilah tembang dolanan pada awalnya digunakan untuk menyebut jenis tembang permainan anak. Namun pada perkembangannya, istilah ini pun
digunakan untuk menyebut tembang-tembang hasil kreasi baru dan digunakan untuk membedakannya dengan tembang-tembang klasik yang adi luhung
82
.
77
Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 47.
78
R. Ng. Ranggawarsita, Mardawalagu, 22.
79
R. Ng. Ranggawarsita, Mardawalagu, 26.
80
Purwadi, dkk., Ensiklopedi Kebudayaan Jawa, Bina Media, Yogyakarta 2005, 528.
81
Purwadi, dkk., Ensiklopedi Kebudayaan Jawa, 528.
82
Rahayu Supanggah seperti dikutip dalam Subuh, Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-gending Karya C. Hardjasoebrata, 48.