Dimensi Eklesiologis Makna Tangga Nada Pelog dalam Liturgi

wujud partisipasi umat dalam perayaan. PUMR 79b menunjukkan, bahwa Kudus adalah bagian integral dari Doa Syukur Agung yang harus dilambungkan oleh seluruh jemaat bersama iman. Bentuk partisipasi umat ini merupakan wujud pembaruan untuk gending Jawa, mengingat lagu Jawa sebenarnya hanya menggunakan satu tunggal dalang, sinden, macapat, dan masyarakat Jawa kurang mengenal lagu bersama. Proses inkulturasi telah sampai pada tahap penyesuaian dan memunculkan bentuk-bentuk aklamasi, anamnese, proprium, serta ordinarium, yang memberikan tempat bagi umat untuk ambil bagian di dalamnya. Secara sosiologis, orang Jawa mementingkan aspek kebersamaan. Musik gamelan adalah musik komunal, yang membutuhkan antara 10 sampai 15 pemain. Masing-masing instrumen dapat dimainkan dengan sebagaimana mestinya dan indah, jika dimainkan dalam kesatuan dengan yang lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan musik orkestra Barat yang memungkinkan adanya bentuk konserto yang memperlawankan antara satu alat musik dengan keseluruhan orkestra. Instrumen gamelan itu bersifat saling membutuhkan satu sama lain. Tidak mungkinlah seseorang mengiringi suatu lagu hanya dengan menggunakan gong atau kempul. Gong maupun kempul dapat dimainkan sebagaimana mestinya bila digabungkan dengan alat-alat lain, seperti bonang, saron, demung, kendang, gender, rebab, siter dan gambang. Cara memainkan alat musik yang bersama-sama ini menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa yang mengutamakan aspek sosialitas. Orang-orang hadir dan berkumpul dalam satu tempat yang sama dan memainkan alat musik yang menjadi bagiannya masing-masing untuk menciptakan ritme yang berbeda namun ada dalam satu kesatuan. Demikian pula iringan gending Gereja perlu dibuat dengan kerja sama antara pemain. Ciri musik gamelan Jawa adalah heterofoni, yaitu semua pemain memainkan balungan yang sama dengan adanya variasi-variasi yang dimainkan pada waktu yang sama. Kesatuan bunyi ini menciptakan suatu bunyi yang indah. Selain itu, ada pula bentuk dialog yang tercipta di dalam teknik main bersama ini: pemain kendang memainkan ritme tertentu untuk mempercepat ataupun memperlambat tempo permainan, sinden dan rebab berdialog dengan saling menirukan melodi masing-masing, dan suatu kalimat lagu di dalam musik gamelan diakhiri dengan bunyi gong 40 . Teknik main bersama-sama ini mengandaikan adanya sekelompok pemain. Dalam liturgi, teknik ini dibawa dan semakin memperjelas aspek kebersamaan dan partisipasi.

4.2.3 Dimensi Kristologis

Misteri Kristus dapat semakin diperjelas dengan musik liturgi melalui syair dan lagunya. Isi syair dapat membantu umat untuk memperdalam misteri iman yang sedang dirayakan di dalam liturgi 41 . Syair yang dibuat harus sesuai dengan ajaran Katolik dan ditimba dari Kitab Suci dan sumber-sumber liturgi bdk. SC 121. Melalui lagu, umat dapat terbantu untuk berkontemplasi dan merenung pada 40 Karl-Edmund Prier, SJ., Inkulturasi Musik Liturgi, Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta 1999, 21. 41 Emanuel Martasudjita, Pr., Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 196. misteri iman yang dirayakan. Lagu yang sesuai dengan jiwa perayaan liturgi akan menciptakan suasana yang mendukung untuk doa dan perjumpaan umat dengan Allah 42 . Kriteria musik liturgi di sini bukan pada popularitas lagu di tengah umat, tetapi pada adanya kecocokan antara musik dengan jiwa dan misteri iman akan Kristus yang dirayakan di dalam liturgi 43 . Seperti sudah diungkapkan di atas, syair diutamakan di dalam gending Gereja. Syair harus bersumber dari Kitab Suci dan sumber-sumber liturgi. Gending-gending Gereja yang merupakan hasil terjemahan dari nyanyian Gregorian tidak mengalami masalah dalam hal isi, sejauh terjemahannya betul, karena syair Latin yang diterjemahkan bersumber dari sumber-sumber tradisi Gereja. Contoh gending Gereja yang bersumber pada Kitab Suci adalah Pindha Sangsam KA 241 yang bersumber dari teks Mazmur 42: 1-12. 42 Emanuel Martasudjita, Pr., Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 197. 43 Emanuel Martasudjita, Pr., Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 197.