Sintaks atau langkah- langkah proses pembelajaran inquiry

peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah : 1 Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 2 Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inquiry serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. 3 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar peserta didik. b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan teka teki itu. Beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam merumuskan masalah, diantaranya: 1 Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh peserta didik. Peserta didik akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, pendidik sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, pendidik hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada peserta didik. 2 Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka teki yang jawabannya pasti, artinya pendidik dapat mendorong agar peserta didik dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal peserta didik mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti. 3 Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh peserta didik. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inquiry, pendidik perlu yakin terlebih dahulu bahwa peserta didik sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. c. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan kemampuan menebak berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektal. Tugas dan peran pendidik dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumukan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya peserta didik mampu menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.

4. Landasan Model Inquiry Learning

a. Teori Paiget

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual suatu organisme didasarkan pada dua fungsi, yaitu fungsi organisasi dan adaptasi. Fungsi organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mensistematikkan atau mengorganisasikan proses-proses fisik atau proses- proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan struktur kognitif. Di samping itu, semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya. 31 31 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2003, h.131. Adaptasi tersebut dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggunaan struktur kognitif yang telah ada, dan akomodasi adalah proses perubahan struktur koginitif. Dalam proses asimilasi, orang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Dalam proses akomodasi, orang melakukan modifikasi struktur kognitif yang sudah ada untuk menanggapi respon terhadap masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Jika dalam proses asimilasi, seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi pada lingkungannya maka akan terjadi ketidakseimbangan, yaitu ketidaksesuaian atau ketidakcocokan antara pemahaman saat ini dengan pengalaman baru. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus-menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keseimbangan disequilibrium – equilibrium . Tetapi bila terjadi keseimbangan kembali, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada sebelumnya. 32 Teori Piaget tersebut yang mendasari teori konstruktivistik. Menurut teori konstruktivistik, perkembangan intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Anak secara aktif membangun pengetahuannya dengan terus menerus melakukan akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi yang diterima. Implikasi dari teori piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1 Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekadar hasilnya. 32 Ibid, h. 132 2 Menekankan pada pentingnya peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, pengetahuan diberikan tanpa adanya tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri melalui preses interaksi dengan lingkungannya. 3 Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan sehingga pendidik harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau kelompok kelompok kecil. 33 Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran inquiry cocok bila diterapkan dalam kegiatan pembelajaran karena inquiry menyandarkan pada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan dan penguasaan materi pelajaran baru. Selain itu, yang dinilai dalam pembelajaran inquiry adalah proses menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik.

b. Teori Gestalt

Teori Gestalt menekankan kepada proses-proses intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, dan pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam proses belajar. 34 Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight . Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu 33 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007, h.15. 34 Nana Sudjana. Teori-teori Belajar untuk Pengaja ran. Jakarta : Fakultas Ekonomi Unibersitas Indonesia, 1991, h.24.

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE PRAKTIKUM VIRTUAL TERHADAP PENINGKATAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH DI SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG

1 6 198

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING BERBASIS PERFORMANCE ASSESSMENT TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS VII PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

3 22 221

PENGARUH PRAKTIKUM VIRTUAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG

5 26 155

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN RBL (RESOURCE BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK MATERI BIOLOGI KELAS X SMA

2 18 192

PENGARUH PERFORMANCE ASSESMENT DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG

0 1 170

Pengaruh performance assesment dengan pendekatan jelajah alam sekitar terhadap keterampilan proses sains dan konsep diri peserta didik SMP Negri 19 Bandar Lampung

0 0 170

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENERAPAN MODEL BOUNDED INQUIRY LABORATORY PESERTA DIDIK KELAS XI MIA 2 DI SMA NEGERI 1 SUKOHARJO.

0 0 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LAB TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN PESERTA DIDIK KELAS X SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 112

PENGARUH MODEL RESOURCE BASED LEARNING (RBL) DISERTAI TEKNIK DIAGRAM FISHBONE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Quasi Eksperimen Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 201

0 5 317

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIPE 7E TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA MATERI ORGANISASI TINGKAT JARINGAN PESERTA DIDIK KELAS XI IPA DI SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 106