256
XII. KEBIJAKAN DIVIDEN
Setiap pemegang saham baru yang berasal dari PUT I ini akan memperoleh hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan pemegang saham lama Perseroan termasuk hak atas pembagian
dividen sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembagian dividen harus disetujui oleh pemegang saham dalam RUPS Tahunan
berdasarkan usulan dari Direksi Perseroan. Perseroan mengusulkan kebijakan dividen tunai maksimum 20 dari laba bersih Perseroan setelah
pajak dengan mempertimbangkan tingkat kesehatan keuangan Perseroan dan kebutuhan dana yang diperlukan untuk investasi dalam rangka pengembangan usaha, yang keputusannya ditetapkan
melalui RUPS Perseroan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan. Sampai dengan ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun 2015 yang dilaksanakan
pada 19 Mei 2015, Perseroan tidak membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham Perseroan.
Tidak terdapat pembatasan negative covenant terhadap pembagian dividen yang dapat merugikan pemegang saham publik.
257
XIII. PERPAJAKAN
Pajak Penghasilan atas dividen saham dikenakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang Pajak Penghasilan
No. 36 Tahun 2008 berlaku Efektif 1 Januari 2009 mengenai Perubahan Keempat Atas Undang- undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, penerima dividen atau pembagian
keuntungan yang diterima oleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis atau Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah,
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia juga tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan sepanjang seluruh syarat-syarat di bawah ini
terpenuhi: 1. Dividen berasal dari saldo laba dan,
2. Bagi Perseroan Terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dua puluh lima persen dari jumlah modal yang disetor.
Lebih lanjut dalam penjelasan pasal 4 ayat 3 huruf f di atas juga ditegaskan bahwa dalam hal penerima dividen atau bagian laba adalah Wajib Pajak selain badan-badan tersebut di atas, seperti
orang pribadi baik dalam negeri maupun luar negeri, firma, perseroan komanditer, yayasan dan organisasi sejenis dan sebagainya, maka penghasilan berupa dividen atau bagian laba tersebut tetap
merupakan objek pajak. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 651KMK.041994 tanggal
29 Desember 1994 tentang “Bidang-Bidang Penanaman Modal Tertentu Yang Memberikan Penghasilan Kepada Dana Pensiun Yang Disetujui Menteri Keuangan Republik Indonesia Tidak
Termasuk Sebagai Objek Pajak Penghasilan”, maka penghasilan yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
berupa dividen dari saham pada Perseroan Terbatas yang tercatat di BEI, tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan.
Adapun penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak berupa dividen merupakan objek pemotongan pajak yang dipotong oleh pihak yang wajib membayarkannya dari jumlah bruto sesuai
dengan peraturan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut: 1. Sebesar 10 dan bersifat final apabila penerima dividen adalah wajib pajak orang pribadi dalam
negeri Pasal 17 ayat 2c UU PPh No. 362008 dan Peraturan Pemerintah RI No. 192009; 2. Sebesar 15 apabila penerima dividen adalah wajib pajak dalam negeri selain wajib pajak orang
pribadi namun apabila Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh dividen tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100 seratus persen
atau sebesar 30 dari penerimaaan brutonya PPh Pasal 23 Ayat 1 huruf a dan Ayat 1a UU PPh No. 361998;
Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud oleh pasal 23 pada ayat 1, antara lain tidak dilakukan atas dividen yang diberikan kepada Wajib Pajak dalam negeri sebagai berikut:
- Dividen yang dibayar kepada bank yang berkedudukan di Indonesia - Dividen yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 4
ayat 3 huruf f, sebagaimana tersebut di atas; - Dividen yang dibayarkan kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah mendapat
pengesahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dari saham pada Perseroan Terbatas yang tercatat di BEI.
3. Sebesar 20 atau tarif sesuai dengan perjanjian penghindaran pajak berganda P3B apabila penerima dividen adalah wajib pajak luar negeri. Tarif sesuai P3B dikenakan dalam hal
pembayaran dilakukan kepada mereka yang merupakan penduduk dari suatu Negara yang telah menandatangani suatu perjanjian penghindaran pajak berganda dengan Indonesia, dengan
memenuhi pasal 26 Undang-undang No. 36 Tahun 2008.
258 Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1994 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di BEI, juncto Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 tahun 1997 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 41 tahun
1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di BEI dan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak No. SE-07PJ.421995 tanggal 21 Februari 1995 perihal Pengenaan
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Transaksi Penjualan Saham di BEI seri PPh Umum No. 3 juncto SE-06PJ.41997 tanggal 20 Juni 1997 perihal Pelaksanaan Pemungutan PPh atas
Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di BEI, telah ditetapkan sebagai berikut: Atas penghasilan yang yang diterima atau diperoleh oleh orang pribadi dan badan dari transaksi
penjualan saham di BEI dipungut pajak penghasilan sebesar 0,1 satu per seribu dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan dan bersifat final. Penyetoran pajak penghasilan yang terutang dilakukan
dengan cara pemotongan oleh penyelenggara BEI melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham.
1. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 0,5
lima per seribu dari nilai saham perusahaan pada saat Penawaran Umum Perdana. 2. Pemilik saham diberikan kemudahan untuk memenuhi kewajiban pajaknya berdasarkan
perhitungan sendiri sesuai dengan ketentuan di atas. Dalam hal ini, pemilik saham pendiri untuk kepentingan perpajakan dapat menghitung final atas dasar anggapannya sendiri bahwa sudah
ada penghasilan. Penyetoran tambahan pajak penghasilan dilakukan oleh Perseroan atas nama pemilik saham pendiri dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 satu bulan setelah saham
tersebut diperdagangkan di BEI. Namun apabila pemilik saham pendiri tidak memanfaatkan kemudahan tersebut, maka penghitungan pajak penghasilannya dilakukan berdasarkan tarif
pajak penghasilan yang berlaku umum sesuai pasal 17 Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 10
tahun 1994.
PEMENUHAN PERPAJAKAN PERSEROAN
Sebagai perusahaan publik, Perseroan taat kepada aturan perpajakan yang berlaku, diantaranya Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU KUP
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 dan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan UU PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36
Tahun 2008. Sehubungan dengan pemenuhan pajak penghasilan, maka Perseroan telah menghitung, menyetor
dan melaporkan Pajak Penghasilan PPh Badan setiap tahunnya melalui Surat Pemberitahuan SPT PPh Badan sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku. Pelaporan SPT PPh Badan
Terakhir adalah tahun 2014, dimana berdasarkan SPT PPh Badan Tahun 2014 tersebut, Perseroan telah memberikan kontribusi PPh Badan sebesar Rp844.502.596.
CALON PEMBELI SAHAM DALAM PUT I INI DIHARAPKAN UNTUK BERKONSULTASI DENGAN KONSULTAN PAJAK MASING-MASING MENGENAI AKIBAT PERPAJAKAN YANG TIMBUL
DARI PEMBELIAN, PEMILIKAN MAUPUN PENJUALAN SAHAM YANG DIBELI MELALUI PUT I INI.
259
XIV. LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL