6.3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Perairan Selat Rupat di pengaruhi oleh aktivitas di daratan Kota Dumai dan aktivitas transportasi di Selat Rupat itu sendiri. Minyak dari daratan masuk
input ke perairan Selat Rupat dari aktivitas industri baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas industri di pesisir pantai Dumai langsung
mengalirkan effluent ke laut melalui saluran outlet, sedangkan aktivitas lain yang ada di daratan mengalirkan efluennya ke sungai dan melalui muara sungai masuk
ke laut. Input polutan dari pelabuhan dan transportasi kapal dapat diketahui dari konsentrasi minyak terukur di pelabuhan. Berdasarkan hal itu, secara aktual
pencemaran minyak di perairan Selat Rupat dapat dievaluasi dari konsentrasi minyak di perairan laut Selat Rupat dibandingkan dengan referensi dan baku
mutu yang telah ditetapkan.
6.3.1 Sumber minyak dari industri migas yang masuk ke Selat Rupat
Industri migas di pesisir Pantai Dumai merupakan sumber utama minyak yang langsung masuk ke Selat Rupat setelah melalui proses pengolahan. Data
konsentrasi minyak dan debit effluent tahunan 1999 –2009 dari industri migas
dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Debit dan konsentrasi minyak rata-rata effluent industri migas di Pesisir Dumai tahun 1999-2009
Berdasarkan Gambar 17, konsentrasi minyak di outlet efluen industri migas yang masuk ke Selat Rupat memperlihatkan adanya fluktuasi. Konsentrasi
minyak tertinggi terlihat pada tahun 2002 dan 2003, namun pada tahun 2004 hingga 2009 kecenderungan terus menurun. Apabila konsentrasi minyak di
effluent tersebut dibandingkan dengan bakumutu PerMenLH No.04 Tahun 2007,
maka konsentrasi minyak terukur tahun 2002 hingga 2007 telah melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan, namun pada tahun 2008-2009 konsentrasi
minyak telah menurun hingga dibawah bakumutu yang berlaku. Apabila dilihat dari jumlah debit effluent, debit tertinggi terjadi pada tahun 2001, yaitu 906 492
m
3
bulan dan terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu 467 721 m
3
bulan. Berdasarkan konsentrasi minyak dan debit effluent maka input minyak dari
industri migas di perairan Selat Rupat dengan menggunakan pendekatan Mitsch Goesselink 1993 dapat diketahui Gambar 18.
Gambar 18 Input polutan minyak tonbulan dari industri migas di pesisir Pantai Dumai yang masuk ke Selat Rupat
Pada Gambar 18, polutan minyak yang masuk dari aktivitas industri migas ke Selat Rupat setiap bulannya berkisar 5.2
– 17.6 ton. Jumlah minyak terbesar masuk ke Selat Rupat terjadi pada tahun 2007 dan terkecil terjadi pada tahun
2000. Besarnya input minyak dari industri migas merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat pencemaran minyak di perairan Selat Rupat.
Menurut Supriharyono 2000, tingkat kerusakan akibat pencemaran minyak bergantung pada jumlah dan konsentrasi minyak di perairan, jenis dan
sifat kimia minyak yang mencemari serta kepekaan ekosistem terhadap dampak
pencemaran minyak tersebut. Pencemaran minyak di laut dapat menyebabkan dampak yang lebih luas karena terbawa arus dan gelombang laut.
6.3.2 Sumber minyak dari sungai yang bermuara ke Selat Rupat