pencemaran minyak tersebut. Pencemaran minyak di laut dapat menyebabkan dampak yang lebih luas karena terbawa arus dan gelombang laut.
6.3.2 Sumber minyak dari sungai yang bermuara ke Selat Rupat
Sungai-sungai di Kota Dumai umumnya merupakan sungai abadi yaitu sungai yang airnya dapat mengalir sepanjang tahun. Sungai-sungai tersebut
memegang peranan penting bagi masyarakat Dumai karena dapat mendukung akses prasarana transportasi dan industri. Berdasarkan perannya terdapat 5 sungai
penting yang mengalir dari daratan dan bermuara ke Selat Rupat, sungai-sungai tersebut adalah Sungai Buluhala, Sungai Mampu, Sungai Mesjid, Sungai Dumai
dan Sungai Pelintung. Hasil pengukuran konsentrasi minyak pada air sungai tersebut dapat dilihat pada Gambar 19.
Berdasarkan Gambar 19, Sungai Mesjid dan Sungai Dumai merupakan dua sungai yang konsentrasi minyaknya tinggi. Konsentrasi minyak rata-rata di muara
Sungai Mesjid dan Sungai Dumai masing-masing adalah 3.8 ppm dan 3.5 ppm. Kedua sungai tersebut memberikan kontribusi besar terhadap input polutan
minyak di perairan Selat Rupat dan berpotensi besar terhadap pencemaran minyak di Selat Rupat. Berdasarkan bakumutu, konsentrasi minyak pada air kedua sungai
tersebut telah melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Sedangkan tiga sungai lainnya Sungai Buluhala, Sungai Mampu dan Sungai Pelintung
konsentrasi minyak rata-ratanya masih di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Debit air sungai-sungai yang bermuara ke Selat Rupat dapat dilihat
pada Gambar 20.
1 2
3 4
S.Bulu Hala S.Mampu
S. Mesjid S.Dumai
S.Pelintung Ko
n sen
tr asi
Min y
ak p
p m
N a m a S u n g a i
Gambar 19 Input minyak ppm dari muara sungai ke Selat Rupat
2005 2006
2007 2008
2009
Gambar 20 Debit rata-rata air sungai yang bermuara ke Selat Rupat m
3
jam Berdasarkan Gambar 20, Sungai Mesjid memiliki debit air tertinggi yaitu
±137 862 m
3
jam, kemudian diikuti oleh Sungai Buluhala dengan besar debit ± 119 000 m
3
jam. Sebaliknya, Sungai Pelintung merupakan sungai yang memiliki debit air terkecil yaitu ± 55 000 m
3
jam. Input minyak dari muara sungai tidak seperti halnya input effluen industri, karena penyebaran dan kelarutan minyak
tidak sama di berbagai kedalaman sungai hingga sedimen dasar perairan. Menurut Lee et al. 2005, sedimentasi minyak hanya terjadi pada minyak yang memiliki
berat jenis lebih besar dari pada air atau pada saat minyak mengikat lebih banyak sedimen sehingga menjadi lebih padat, berat dari air yang akhirnya tenggelam
dan bergabung dengan sedimen. Pengukuran konsentrasi minyak pada air permukaan dan sedimen di muara Sungai Dumai dan Sungai Mesjid dapat dilihat
pada Tabel 14. Tabel 14 Konsentrasi minyak di air permukaan dan sedimen muara sungai
Konsentrasi Minyak ppm Muara Sungai Dumai
Muara Sungai Mesjid 2006
2007 2008
2009 2006 2007 2008 2009 di permukaan air ppm
3.5 3.3
2.9 3.5
3.6 3.9
3.4 3.8
di sedimen ppm 0.03
0.08 0.05
0.07 0.05
0.12 0.06
0.09 Ratio minyak di airsedimen
122.8 40.5
64.4 48.9
69.2 33.3
55.3 43.9
Sumber: PT. CPI, Pelindo dan PT. Pertamina Dumai, PPLH UNRI.
Tabel 14 memperlihatkan konsentrasi minyak di air permukaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sedimen. Pada umumnya konsentrasi minyak pada air
20 40
60 80
100 120
140 160
Sungai Buluhala Sungai Mampu
Sungai Mes jid Sungai Dumai
Sungai P elintung D
e b
it R
a ta
-r a
ta x
1 M
3 j
a m
dan sedimen muara Sungai Dumai dan Sungai Mesjid memperlihatkan adanya fluktuasi setiap tahunnya. Konsentrasi minyak pada air muara Sungai Dumai
berkisar 2.9-3.5 ppm dan pada sedimen berkisar 0.028-0.081 ppm, sedangkan di muara Sungai Mesjid konsentrasi minyak di air permukaan berkisar 3.4-3.9 ppm
dan pada sedimen berkisar 0.052-0.117 ppm. Pada umumnya rata-rata konsentrasi minyak pada air dan sedimen muara Sungai Mesjid lebih tinggi daripada Sungai
Dumai. Pada muara Sungai Mesjid selama empat periode 2006-2009, rata-rata
konsentrasi minyak dalam air permukaan adalah sekitar 50 kali konsentrasi minyak pada sedimen, sedangkan di muara Sungai Dumai konsentrasi minyak
pada air permukaan mencapai 69 kali konsentrasi minyak dalam sedimennya. Menurut Ali 2008, penyebaran minyak di perairan tergantung pada jumlah,
karakteristik dan tipe minyak, kondisi cuaca, gelombang dan arus.
6.3.3 Sumber minyak dari pelabuhan