2,212,9 ton pada tahun 2020. Peningkatan hasil tangkapan ini secara langsung dapat meningkatkan pendapatan nelayan di sekitarnya.
Wilayah Lubuk Gaung tidak mudah mengalami perubahan respon terhadap resiko menjadi sangat aman klas 1, karena wilayah ini merupakan wilayah yang sangat
peka terhadap minyak. Walaupun konsentrasi minyak yang mencemari kecil, namun respon terhadap minyak di wilayah Lubuk Gaung sangat tinggi. Oleh
sebab itu, wilayah ini perlu diprioritaskan dalam pengendalian pencemaran minyak di Selat Rupat.
9.3.4 Skenario pilihan dalam pengendalian pencemaran minyak di Selat Rupat
Apabila dibandingkan skenario I dengan skenario II dan skenario III dalam pengendalian pencemaran minyak, maka skenario III ternyata lebih efektif,
hal ini dapat dilihat dari konsentrasi minyak yang terurai dan jumlah tangkapan nelayan yang lebih tinggi dibandingkan dengan skenario lainnya. Skenario III
mampu menguraikan minyak lebih banyak dibandingkan dengan skenario I dan II Tabel 24.
Tabel 24 Skenario pilihan dalam pengendalian pencemaran minyak di Selat Rupat
Tahun KOND. EKSISTING
SKENARIO I SKENARIO II
SKENARIO III Minyak
ppm Pendapatan
USx1000 Minyak
ppm Pendapatan
USx1000 Minyak
ppm Pendapatan
1000 Minyak
ppm Pendapatan
USx1000
2010
28 5.262,3
23.7 5.406,4
22.8 5.461,6
17.4 5.574,9
2011
30.3 5.347,0
23.7 5.408,5
21.6 5.421,7
13.5 5.498,6
2012
29.7 5.314,3
23.7 5.408,2
22.5 5.437,7
16.3 5.553,7
2013
29.1 5.322,8
23.7 5.408,2
21 5.425,0
14.3 5.513,9
2014
28.6 5.331,3
23.7 5.408,2
21.5 5.446,3
15.7 5.542,6
2015
27.9 5.338,9
23.7 5.408,2
20.3 5.439,6
14.7 5.521,8
2016
27.4 5.347,6
23.7 5.408,2
20.5 5.456,2
15.5 5.536,9
2017
26.8 5.355,7
23.7 5.408,2
19.6 5.454,1
14.9 5.526,0
2018
26.2 5.364,1
23.7 5.408,2
19.5 5.4,6,7
15.3 5.533,9
2019
25.6 5.372,3
23.7 5.408,2
18.8 5.467,9
15 5.528,2
2020
25 5.381,1
23.7 5.408,2
18.6 5.478,2
15.2 5.532,3
Keterangan: 1 ton ikan = US 2500
Berdasarkan tiga skenario tersebut, Skenario III lebih efektif dibandingkan skenario I dan skenario II. Hal ini dapat dilihat dari penurunan
konsentrasi minyak di perairan dan jumlah tangkapan nelayan yang mempengaruhi pendapatan. Penggunaan skenario III mampu menurunkan
konsentrasi minyak yang sebelumnya 42 ppm tahun 2005 hingga 15.2 ppm
terdegradasi 63.6 , sedangkan skenario I dan II masing-masing mengalami penurunan hingga 23.7 ppm terdegradasi 43.6 dan 18.6 ppm terdegradasi
55.7 . Kombinasi teknologi oilboom dan dispersant dan regulasi peraturan perundang-undangan lebih efektif mengendalikan pencemaran minyak di Selat
Rupat sehingga menjadikan wilayah tersebut aman terhadap resiko pencemaran minyak. Status aman mampu meningkatkan hasil tangkapan dan pendapatan
nelayan di sekitarnya. Selanjutnya skenario II lebih efektif dibandingkan skenario I yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi oilboom dan dispersant
secara parsial lebih mampu menurunkan konsentrasi minyak di perairan dibandingkan skenario I. Oleh sebab itu perlu komitmen yang tinggi dari
pemerintah dalam penerapan instrumen regulasi peraturan perundang-undangan dalam pengendalian pencemaran minyak di perairan laut. Pemerintah selaku
stakeholder kunci juga harus mampu memberikan insentif kepada stakeholder
yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap lingkungan serta memberikan sanksi tegas bagi pihak yang melanggar demi kelestarian lingkungan.
9.4 KESIMPULAN