minyak yang memiliki berat molekul besar di perairan yang arusnya relatif tenang dapat meningkatkan distribusi minyak ke perairan yang dalam karena proses
sedimentasi.
6.3.4 Evaluasi Tingkat Pencemaran Minyak di Selat Rupat
Menurut Lee et al. 1978, tingkat pencemaran perairan dapat dievaluasi berdasarkan konsentrasi oksigen terlarut dan BOD
5
di perairan tersebut. a. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut berperan penting bagi organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Menurut Clark 2003, konsentrasi minyak yang tinggi di
perairan akan menyebabkan tingginya pemakaian oksigen terlarut untuk proses penguraian degradasi sehingga konsentrasi oksigen terlarut menurun. Hasil
pengukuran konsentrasi oksigen terlarut di perairan Selat Rupat dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Tingkat pencemaran di perairan Selat Rupat berdasarkan oksigen terlarut
Gambar 22 memperlihatkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut rata-rata di perairan Selat Rupat berkisar 6.0-6.2 ppm. Konsentrasi minyak yang tinggi
membutuhkan oksigen yang banyak untuk menguraikannya sehingga konsentrasi oksigen terlarut di perairan menjadi rendah. Berdasarkan konsentrasi oksigen
terlarutnya, maka perairan Selat Rupat termasuk kriteria tercemar ringan TR. Menurut Mangkoedihardjo 2005, penyebab utama berkurangnya kadar
oksigen terlarut dalam air disebabkan karena adanya zat pencemar organik termasuk minyak yang dapat mengkonsumsi oksigen. Konsentrasi oksigen terlarut
5.9 5.95
6 6.05
6.1 6.15
6.2
Pulau Ketam TR Lubuk Gaung TR
Pelintung TR DO ppm
6.2 6
6.1
Ko n
sen tr
asi o
k sig
en ter
lar u
t
p p
m
Lokasi wilayah perairan Selat Rupat
meningkat di lokasi yang berjauhan dengan pelabuhan. Di Perairan Lubuk Gaung dan perairan Pelintung konsentrasi oksigen terlarut masing-masing 6,0 ppm dan
6.1 ppm. Oksigen terlarut tertinggi terdapat di Perairan Pulau Ketam yaitu dengan konsentrasi rata-rata 6.2 ppm. Apabila dibandingkan dengan lokasi lain, perairan
Pulau Ketam relatif lebih baik karena tidak banyak aktivitas pelabuhan dan industri yang mempengaruhinya. Namun di perairan ini masih terdapat minyak
dengan konsentrasi yang hampir mendekati bakumutu 1 ppm. Keberadaan minyak di wilayah ini berasal dari sumber-sumber pelabuhan transportasi kapal
dan input dari daratan muara sungai dan effluent yang ikut terbawa oleh arus saat surut. Kriteria tingkat pencemaran yang disebabkan oleh pencemaran minyak
juga dapat di ketahui dari nilai BOD
5
Gambar 23.
Gambar 23 Tingkat pencemaran di perairan Selat Rupat berdasarkan BOD
5
BOD
5
merupakan indikator untuk mengetahui besarnya pemakaian oksigen terlarut oleh mikroorganisme dalam proses penguraian minyak. Semakin
banyak jumlah minyak yang diuraikan oleh mikroorganisme akan semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan dan semakin tinggi nilai BOD. Berdasarkan
Gambar 23, BOD
5
di perairan Selat Rupat berkisar 3.3-4.8 ppm. Berdasarkan nilai BOD
5
, Perairan Pulau Ketam, Lubuk Gaung dan Pelintung termasuk kriteria tercemar ringan.. Semakin jauh dari wilayah pelabuhan makin kecil nilai BOD
5
seiring dengan berkurangnya konsentrasi minyak di perairan. Perairan Pulau Ketam merupakan perairan yang memiliki BOD
5
terkecil yaitu 3.3 ppm. Indikator ini menunjukkan semakin mengecilnya pengaruh pencemaran minyak di wilayah
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5 5
Per. Pulau Ketam TR
Per. Lubuk Gaung TR
Perairan Pelintung TR
BOD-5 3.3
4.8 4.1
B OD
5 d
i Pe
r a
ir a
n S
e la
t R
u p
a t
p p
m
Lokasi wilayah perairan Selat Rupat
perairan tersebut. Kriteria tercemar ringan merupakan alasan utama bagi
stakeholders terkait khususnya pemerintah ADPEL, Pelindo dan Kantor Lingkungan Hidup Dumai, pengusaha migas dan pengelola angkutan kapal
dalam melakukan penyelamatan terhadap ekosistem Perairan Selat Rupat.
6.4 KESIMPULAN