Aktivitas industri Aktivitas transportasi laut dan pelabuhan

68 Hutan mangrove di pesisir Pantai Dumai didominasi oleh koloni bakau hitam Rhizophora mucrodata, bakau putih Rhizophora apiculata, tumbuhan api-api Avicennia sp., tanjang Bruguiera gymnorrhiza, tenggar Ceriops tagal, dan pedada Sonneratia sp.. Pada beberapa lokasi juga terdapat lenggadai Bruguiera parviflora, nyirih Xylocarpus granatum, buta-buta Exoecaria agallocha, dan nibung Oncosperma tigillarida. Berdasarkan interpretasi citra satelit tahun 1991, 2002 dan 2008 luas kawasan mangrove di pesisir Pantai Dumai memperlihatkan kecenderungan menurun, yaitu dari 9 206.01 ha tahun 1991, 7 364.06 ha tahun 2002 dan 5 863.32 ha tahun 2008. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa luasan mangrove di pesisir Pantai Dumai telah mengalami penyusutan dari tahun 1991 hingga 2008 seluas ± 3 342.7 ha. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa dari tahun 1991 setiap tahunnya luasan mangrove di Selat Rupat berkurang sebesar 196,6 ha. Penurunan luasan mangrove ini berpotensi mempengaruhi ekosistem perairan di sekitarnya terutama biota perairan termasuk ikan. Menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan yang berperan sebagai tempat berkembang biaknya berbagai biota laut serta pelindung pantai dari gempuran ombak dan aberasi.

5.3.4 Aktivitas di sekitar Selat Rupat

Dumai adalah salah satu kota pelabuhan utama di Propinsi Riau, yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Posisinya yang strategis, Kota Dumai berkembang pesat menjadi salah satu pintu gerbang Indonesia dengan Negara Malaysia. Posisi tersebut mendukung wilayah pesisir Kota Dumai tumbuh sebagai kota industri dan jasa.

5.3.4.1 Aktivitas industri

Dumai juga dikenal sebagai kota minyak karena di kota ini terdapat dua perusahaan minyak terbesar yaitu Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional PERTAMINA Unit Pengolahan II yang bergerak dalam bidang pengolahan dan pendistribusian minyak dan gas bumi dalam negeri. Selain itu juga terdapat PT. Chevron Pacific Indonesia PT.CPI yang bergerak di bidang pertambangan serta ekspor minyak dan gas bumi. 69 PERTAMINA UP II Dumai mampu mengolah minyak mentah jenis sumatera light crude yang dihasilkan PT. CPI menjadi produk bahan bakar minyak BBM. Proses produksi di kilang minyak Pertamina UP II Dumai didukung oleh instalasi tanki penimbunan, pelabuhan, dan perkantoran. Kapasitas produksi kilang minyak Pertamina Dumai dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Produksi industri minyak di kilang migas pesisir Pantai Dumai No. Produk Jumlah barelbulan BBM 1 Premium 88 3 385 047 2 Avtur 1 484 048 3 Kerosene 3 827 273 4 ADO automotif diesel oil 13 144 040 5 Ref. Fuel Oil 1 545 593 Non –BBM 1 LPG 461 196 2 Green Cok 962 800 3 LSWR low sulfur waxy residu 335 625 Sumber : Pertamina UP-II Dumai 2008 Posisi Dumai yang strategis merupakan lokasi pilihan bagi perusahaan eksploitasi migas sebagai lokasi penimbunan dan pengapalan loadingunloading minyak. Seluruh minyak yang berasal dari lapangan operasi PT CPI ditampung di dalam 16 tanki timbun yang berkapasitas total + 5.1 juta barel CPI 2004.

5.3.4.2 Aktivitas transportasi laut dan pelabuhan

Pelabuhan Dumai merupakan salah satu pelabuhan utama di Propinsi Riau dengan posisi geografis yang strategis dan menguntungkan karena mempunyai perairan yang cukup dalam yang dilindungi oleh pulau-pulau. Pulau-pulau tersebut meliputi Pulau Rupat, Pulau Ketam, Pulau Babi, Pulau Payung dan Pulau Mampu sehingga pelabuhan ini relatif tenang dari terpaan ombak serta iklim yang cukup menunjang sepanjang tahun. Pelabuhan Dumai berperan sebagai tempat distribusi dan koleksi minyak mentah, CPO dan turunannya, serta hasil-hasil bumi lainnya. Jenis minyak mentah yang diangkut berupa LSWR, Naptha, jet petroleum dan coke. Negara-negara tujuan ekspor adalah India, USA, Cina, Korea, Singapura, Malaysia Bappeko 2008. Pelabuhan ferry di Kota Dumai melayani pergerakan regional maupun internasional. Pergerakan regional menuju Bengkalis, Sungai Pakning, Tanjung Balai, Karimun, 70 dan Batam. Pelabuhan tersebut juga melayani pergerakan internasional menuju Malaysia dengan menggunakan kapal ferry cepat. Jumlah kunjungan kapal dan penumpang di Kota Dumai setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kunjungan kapal dan penumpang di Pelabuhan Dumai Uraian T a h u n 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kunjungan Kapal 6420 6165 7321 7332 7256 4153 4089 Penumpang Naik 451.315 423.456 394.403 398.804 346.895 380.551 375.903 Penumpang Turun 561.214 448.72 410.924 366.918 368.975 333.477 356.285 Total Penumpang 1.012.529 872.176 805.327 765.722 715.87 714.028 732.188 Sumber: ADPEL 2009 Berdasarkan Tabel 9, kunjungan kapal di Pelabuhan Dumai setiap tahunnya memperlihatkan adanya fluktuasi. Pada tahun 2002 hingga 2004 kunjungan kapal memperlihatkan kecenderungan meningkat. Hal ini disebabkan karena meningkatnya volume perdagangan dengan negara tetangga terutama Malaysia dan Singapura. Namun peningkatan kunjungan kapal tersebut berbandingan terbalik dengan jumlah penumpang kapal. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan tarif biaya transportasi antara kapal laut dengan pesawat udara. Biaya perjalanan menggunakan kapal laut tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan transportasi udara sehingga jumlah penumpang kapal mengalami penurunan. Pada tahun 2004 hingga 2006 jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Dumai cenderung stabil, namun pada 2007 dan 2008 jumlah kunjungan kapal cenderung mengalami penurunan karena berkurangnya minat masyarakat menggunakan angkutan kapal untuk bepergian. Pelabuhan Dumai juga merupakan pelabuhan eksport dan import komoditi dengan menggunakan jasa angkutan laut. Jenis komoditi eksport umumnya berasal dari minyak bumi dan gas serta angkutan barang non migas. Ekspor ini berasal dari luar Dumai yang memanfaatkan jasa pengiriman melalui Pelabuhan Dumai. Jumlah bongkar muat migas dan barang non migas di Kota Dumai setiap tahunnya dapat dilihat pada Gambar 14. 71 Gambar 14 Jumlah bongkar-muat kapal di Pelabuhan Dumai ADPEL 2009 Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa bongkar-muat minyak dan gas migas serta barang di Pelabuhan Dumai dari tahun 2006 hingga tahun 2008 memperlihatkan kecenderungan berfluktuasi. Bongkar-muat minyak dan gas memperlihatkan kecenderungan menurun seiring dengan menurunnya produksi minyak di Propinsi Riau, sedangkan bongkar muat non migas memperlihatkan kecenderungan meningkat.

5.3.4.3 Aktivitas perikanan