Sumber pencemaran minyak di Selat Rupat

ekonomi Riau di masa depan. Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus yang memuat zona pengolahan ekspor, logistrik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi dan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi di Kota Dumai terus meningkat. Kota Dumai telah memiliki lima kawasan Industri yang strategis yaitu Kawasan Industri Dumai KID Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock Yard, Kawasan Industi Bukit Kapur dan Kawasan Industri Bukit Timah. Peningkatan aktivitas kawasan industri dapat meningkatkan frekuensi transportasi laut di Selat Rupat yang berpotensi meningkatkan pencemaran minyak di Selat Rupat. Intensitas pemanfaatan Selat Rupat yang tinggi karena berbagai aktivitas industri dan transportasi laut bisa memicu terjadinya pencemaran minyak di perairan yang menyebabkan tekanan ekologis terhadap Selat Rupat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya degradasi terhadap lingkungan perairan Selat Rupat. Pada pembahasan umum ini akan diuraikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan sub-mayor bidang pencemaran yang meliputi sumber pencemar minyak di Selat Rupat, tingkat pencemaran perairan Selat Rupat, respon lingkungan terhadap pencemaran minyak dan pengendalian pencemaran minyak yang tepat diterapkan di Selat Rupat. Uraian masing-masing elemen ini adalah sebagai berikut:

10.1 Sumber pencemaran minyak di Selat Rupat

Sumber pencemaran minyak di perairan Selat Rupat pada umumnya berasal dari aktivitas industri migas, muara sungai dan pelabuhan. Industri migas di pesisir Pantai Dumai merupakan sumber utama minyak yang langsung masuk ke Selat Rupat setelah melalui proses pengolahan. Konsentrasi minyak dari industri migas 2002 –2009 yang masuk ke Selat Rupat memperlihatkan kecenderungan menurun. Konsentrasi minyak tertinggi terlihat pada tahun 2002 dan 2003, namun pada tahun 2004 hingga 2009 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Sebelum tahun 2007, industri migas masih menggunakan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 42 Tahun 1996 lampiran IV sebagai standar Baku Mutu dengan batas maksimal untuk minyak adalah 25 ppm. Komitmen pemerintah untuk mengendalikan pencemaran minyak di lingkungan perairan mulai dilakukan dengan dikeluarkannya regulasi PerMenLH No.04 Tahun 2007 untuk industri migas. Kebijakan ini diikuti oleh upaya industri migas untuk menurunkan konsentrasi minyak di effluent agar di bawah baku mutu, sehingga pada tahun 2008-2009 konsentrasi minyak di effluent industri migas telah menurun hingga di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan 20 ppm. Kepadatan aktivitas masyarakat Kota Dumai di daratan dapat diketahui dari konsentrasi minyak di muara sungai yang masuk ke Selat Rupat. Berdasarkan survei lapangan, terdapat 5 sungai yang memiliki kontribusi terhadap pencemaran minyak di Selat Rupat. Sungai-sungai tersebut adalah Sungai Buluhala, Sungai Mampu, Sungai Mesjid, Sungai Dumai dan Sungai Pelintung. Berdasarkan konsentrasi minyak, Sungai Mesjid dan Sungai Dumai merupakan dua sungai yang memberikan kontribusi besar terhadap input polutan minyak di perairan Selat Rupat. Konsentrasi minyak rata-rata di muara Sungai Mesjid dan Sungai Dumai masing-masing adalah 3.8 ppm dan 3.5 ppm. Berdasarkan bakumutu, konsentrasi minyak pada kedua sungai tersebut telah melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Sedangkan tiga muara sungai lainnya Sungai Buluhala, Sungai Mampu dan Sungai Pelintung konsentrasi minyak rata-ratanya masih di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan 1 ppm. Konsentrasi minyak rata-rata di pelabuhan migas dan pelabuhan umum masing-masing adalah 5.7 ppm dan 5.9 ppm. Apabila dibandingkan dengan bakumutu KepMenLH No.51 Tahun 2004 Lampiran I, konsentrasi minyak di kedua lokasi tersebut telah melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Menurut Supriharyono 2000, tingkat kerusakan akibat pencemaran minyak bergantung pada jumlah dan konsentrasi minyak yang masuk ke perairan, jenis dan sifat kimia minyak yang mencemari serta kepekaan ekosistem terhadap pencemaran minyak tersebut. Pencemaran minyak di laut dapat menyebabkan dampak yang lebih luas karena terbawa arus dan gelombang laut.

10.2 Tingkat pencemaran minyak di Selat Rupat