Aspek Regulasi Pengendalian Pencemaran Minyak di Perairan

dari kebanyakan peristiwa pencemaran minyak yang kemudian mengacu pada kegelisahan dan gangguan publik dengan aktivitas rekreasi seperti berjemur, menyelam dan pemancingan.

2.4 Pengendalian Pencemaran Minyak di Perairan

Pencemaran laut oleh minyak akan mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya dan kerusakan ekosistem, oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengendalian. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999, pengendalian pencemaran danatau perusakan laut adalah setiap upaya atau kegiatan pencegahan danatau penanggulangan danatau pencemaran danatau perusakan laut. Menurut Etkin 1999, pada saat terjadi pencemaran minyak di perairan laut, minyak akan menyebar dan menyebabkan terjadinya lapisan minyak yang bergerak di atas permukaan air slick. Penyebaran minyak disebabkan oleh adanya arus dan gelombang. Proses dinamika pesisir menyebabkan terjadinya fenomena transformasi gelombang yang dapat menimbulkan arus menyusur pantai dan interaksinya dengan pantai. Upaya pengendalian pencemaran minyak di laut harus dilakukan secara holistik melalui tiga aspek sebagai landasan yaitu aspek legalitas, aspek perlengkapan dan aspek koordinasi.

2.4.1 Aspek Regulasi

Aspek regulasi yang digunakan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Instrumen peraturan perundang-undangan ini merupakan intrumen yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan usaha dan atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan terjadi pencemaran minyak di perairan Selat Rupat. Pemerintah melalui instansi teknisnya berperan dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian terjadinya pencemaran minyak yang ditimbulkan oleh berbagai aktivitas industri migas dan aktivitas transportasi kapal dan pelabuhan yang berada di sekitar Selat Rupat. Peraturan Perundang-undangan yang berperan dalam pengendalian pencemaran minyak di perairan meliputi: a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 memuat tentang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan, pemeliharaan meliputi konservasi, pencadangan dan pelestarian sumberdaya alam, pengawasan dan sanksi administrasi, pidana dan denda yang tegas bagi pihak yang melanggar 110 halaman. b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, memuat tentang transportasi air, pelabuhan, keselamatan dan keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan laut 206 halaman. c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut, yang memuat perlindungan laut, pencegahan pencemaran dan kerusakan laut, penanggulangan pencemaran dan perusakan laut, pemulihannya 9 halaman. d. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim, yang memuat pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari pengoperasian kapal, perlindungan laut, pencegahan pencemaran dari kegiatan di pelabuhan, tanggung jawab pemilik atau operator kapal dan pemberian sanksi administratif bagi yang melanggar. e. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan yang memuat tentang jenis-jenis angkutan air, pengusahaan angkutan di perairan, tanggungjawab dan sistem informasi 49 halaman. f. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi 13 Halaman. g. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 04 Tahun 2005 tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal. Peraturan ini memuat tentang pencegahan pencemaran oleh minyak dari kapal, peralatan penanggulangan awal pencemaran minyak oleh kapal, tanggung jawab pemilik atau operator kapal,dan pencucian tangki kapal dan dumping. h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Lingkungan, khususnya Bab IV pasal 11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 ini memuat tentang baku mutu air laut untuk pelabuhan lampiran I, baku mutu air laut untuk wisata bahari lampiran II dan baku mutu air laut untuk biota laut - lampiran III 11 halaman. Keberadaan instrumen regulasi ini merupakan kontrol bagi stakeholders untuk mencegah terjadinya pencemaran minyak di perairan. Pada lingkup internasional tahun 1954 Badan Maritim Internasional IMO, international maritime organization menghasilkan konvensi internasional mengenai pencegahan pencemaran di laut oleh minyak international convention for the prevention of pollution of the sea by oil . Konvensi ini lalu diperbaharui pada tahun 1973 yang merupakan upaya awal dalam mengatasi dampak pencemaran di laut. Indonesia yang masuk dalam keanggotaan organisasi ini wajib melaksanakan aturan-aturan yang ditetapkan oleh IMO. Pencegah dan penanggulangan pencemaran minyak di laut bertujuan untuk meminimalisasi kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan laut. Tugas ini harus diimbangi dengan dua faktor yaitu adanya fasilitas yang memungkinkan untuk bergerak dinamis, dan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai.

2.4.2 Aspek Teknologi