10.3. Respon lingkungan wilayah terhadap pencemaran minyak
Berbagai aktivitas industri, transportasi, pengolahan dan distribusi minyak di pesisir Pantai Dumai menyebabkan Selat Rupat rawan terhadap pencemaran
minyak, sebaliknya perairan ini peka terhadap minyak. Kawasan Selat Rupat memiliki kepekaan yang berbeda terhadap polutan minyak sesuai karakteristik
lingkungan di wilayah tersebut. Berdasarkan tingkat kepekaannya, maka wilayah penelitian Selat Rupat dibagi atas tiga bahagian, yaitu wilayah yang sangat peka,
wilayah yang peka dan wilayah kurang peka. Wilayah termasuk kategori sangat peka adalah wilayah dengan sumberdaya
pesisir yang mudah rusak akibat tercemar minyak. Selain itu sumberdaya alamnya memiliki produktivitas yang tinggi dan memiliki kontribusi besar terhadap
ekosistem dan masyarakat di sekitarnya. Lokasi yang tercakup dalam wilayah ini adalah wilayah Lubuk Gaung. Wilayah peka adalah wilayah yang memiliki
sumberdaya yang mudah rusak dan memerlukan waktu yang lama untuk memperbaharuinya. Wilayah yang termasuk peka adalah wilayah Pulau Ketam.
Wilayah yang kurang peka adalah wilayah yang dicirikan oleh tipe penutupan non mangrove
dan pemukiman. Lokasi yang termasuk dalam kategori kurang peka adalah wilayah Pelintung yang dicirikan oleh penutupan belukar, vegetasi non
mangrove serta pemukiman.
Wilayah yang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda terhadap polutan minyak. Wilayah yang sangat peka akan
memberikan respon negatif yang dapat membahayakan ekosistem di sekitarnya walaupun konsentrasi minyaknya relatif rendah. Sebaliknya, wilayah yang kurang
peka akan memberikan respon yang tidak membahayakan saat polutan minyak memasuki wilayah tersebut. Berdasarkan kondisi eksisting, wilayah Pelintung dan
Pulau Ketam memberikan respon aman terhadap pencemaran minyak, namun wilayah Lubuk Gaung memberikan respon yang cukup berbahaya karena
memiliki vegetasi mangrove yang relatif baik dan merupakan wilayah tangkapan. Menurut NOAA 2002, kepekaan suatu perairan ditentukan oleh garis
pantai termasuk tipe sedimen, gelombang dan arus laut dan kemiringan pantai, sumberdaya biologi terutama vegetasi yang tumbuh di sekitar pantai dan
pemanfaatan wilayah pesisir dan laut daerah pelabuhan, pemukinan nelayan,
pariwisata dan lain-lain. Berdasarkan garis pantai, Lubuk Gaung, Pesisir Rupat Barat dan Selatan memiliki pantai yang landai dengan kemiringan 3 ,
gelombang laut dengan morfologi pantai yang terlindung, memiliki tipe substrat dasar yang didominasi oleh sedimen pasir berlumpur sehingga memiliki kepekaan
yang sangat tinggi. Sedimen sangat rentan terhadap minyak karena bersifat impermiabel, minyak dapat berpenetrasi dan terkubur ke dalam sedimen, sehingga
saat terjadi pencemaran minyak sangat sulit memulihkannya. Keberadaan minyak di Selat Rupat yang sangat peka dengan pasang-surut
setiap selang waktu enam jam sekali menyebabkan minyak terperangkap dan tidak mampu keluar mencapai laut lepas Selat Malaka. Minyak yang memiliki
molekul resisten berpotensi untuk terakumulasi dan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem perairan termasuk mangrove. Polutan minyak masuk ke
ekosistem mangrove pada saat air pasang, dan saat air surut minyak akan terjebak dan menempel pada akar mangrove dan permukaan sedimen. Minyak yang
terjebak pada ekosistem mangrove sulit untuk dibersihkan. Kontaminasi minyak pada ekosistem mangrove dapat menutup akar nafas sehingga menyebabkan
rontoknya daun. Menurut NOOA 2002, lapisan minyak akan menutupi seluruh sistem perakaran mangrove yang mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada
lentisel akar nafas, sehingga pertukaran gas O
2
dan CO
2
akan terputus. Apabila hal ini terus berlanjut dapat mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi resiko kerusakan lingkungan terhadap minyak perlu dilakukan pengendalian pencemaran minyak di perairan.
10.4 Pengendalian pencemaran minyak yang efektif di Selat Rupat