KESIMPULAN STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN

memiliki posisi tawar untuk memberikan tekanan kepada pemerintah dalam mengendalikan pencemaran minyak melalui regulasi yang ada dan memberikan sanksi kepada stakeholder yang terlibat langsung dalam pencemaran perairan.

5. Level V nelayan

Nelayan merupakan stakesholder yang terkena dampak akibat terjadinya pencemaran minyak di perairan. Pencemaran minyak di perairan dapat memberikan dampak langsung terhadap kehidupan nelayan yaitu berkurangnya hasil tangkapan dan pendapatan nelayan di sekitarnya. Nelayan tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan pencemaran di perairan dan memiliki ketergantungan dependence yang besar terhadap stakeholder lainnya termasuk pemerintah dalam mengendalikan pencemaran minyak di perairan laut. Pencemaran minyak di perairan Selat Rupat ini pada dasarnya dapat dikendalikan melalui kerjasama yang sinergis berbagai stakesholder dalam pengelolaan lingkungan dengan menggunakan instrumen regulasi peraturan perundang-undangan dan memberikan sanksi tegas kepada pihak yang melanggar yang menyebabkan terjadinya pencemaran minyak di perairan.

8.4 KESIMPULAN

Pada dasarnya, pencemaran minyak di perairan disebabkan oleh aktivitas berbagai stakeholder meliputi pelaku industri di daratan dan pelaku transportasi kapal. Komitmen berbagai stakeholders begitu penting dalam mengendalikan pencemaran minyak di Selat Rupat. Pemerintah merupakan stakeholder kunci dalam pengendalian pencemaran minyak di perairan laut, khususnya Selat Rupat. Pemerintah mempunyai kemampuan yang besar driver-power untuk mengendalikan pencemaran minyak di Selat Rupat dengan berbagai instrumen regulasi melalui peraturan perundang-undangan yang ditetapkannya dan memiliki kekuasaan untuk memberikan sanksi bagi stakesholder yang melanggar. Stakeholder industri migas dan pengelola kapal juga berperan penting dalam pengendalian pencemaran minyak dengan melaksanakan prosedur tetap protap yang berlaku. Stakeholders LSM dan masyarakat merupakan stakeholders yang mampu mendorong dan bersuara vokal untuk mengendalikan pencemaran minyak di perairan. Nelayan N merupakan stakesholder yang terkena dampak akibat terjadinya pencemaran minyak di perairan.

IX. MODEL PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT RIAU

Abstrak Perairan Selat Rupat memiliki karakteristik lingkungan yang peka dengan berbagai jenis vegetasi mangrove. Kawasan ini rawan terhadap pencemaran minyak. Input minyak di Selat Rupat berasal dari muara sungai, effluent industri migas dan aktivitas pelabuhan. Kondisi eksisting wilayah Pulau Ketam dan Pelintung saat penelitian termasuk kriteria aman terhadap polutan minyak, sedangkan wilayah Lubuk Gaung termasuk kriteria cukup berbahaya terhadap pencemaran minyak. Pengendalian pencemaran minyak di perairan ini dilakukan secara holistik menggunakan metode pendekatan sistem dinamik dengan program Stella 9.02 . Pengendalian pencemaran minyak di perairan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen teknologi dan regulasi baik dilakukan secara bersama- sama gabungan maupun parsial. Penerapan skenario I pengendalian gabungan menggunakan instrumen regulasi peraturan perundang-undangan dan teknologi oilboom dan dispersant lebih mampu menurunkan resiko bahaya di kawasan Selat Rupat dibandingkan skenario II penggunaan teknologi dan skenario III penggunaan regulasi. Kombinasi teknologi dan instrumen regulasi juga mampu mengendalikan pencemaran minyak di wilayah Lubuk Gaung dan menjadikan wilayah tersebut aman. Status aman terhadap pencemaran minyak mampu meningkatkan hasil tangkapan nelayan di kawasan Selat Rupat. Kata Kunci: Selat Rupat, model dinamik, skenario pengendalian

9.1 PENDAHULUAN

Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka yang terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan Pulau Rupat Propinsi Riau. Pulau Rupat merupakan sebuah pulau yang termasuk wilayah admistrasi Kabupaten Bengkalis dan pada umumnya masih belum memiliki aktivitas selain perkebunan rakyat. Oleh sebab aktivitas di Kota Dumai sangat mempengaruhi ekosistem perairan Selat Rupat.