Aktivitas perikanan Aktivitas di sekitar Selat Rupat

71 Gambar 14 Jumlah bongkar-muat kapal di Pelabuhan Dumai ADPEL 2009 Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa bongkar-muat minyak dan gas migas serta barang di Pelabuhan Dumai dari tahun 2006 hingga tahun 2008 memperlihatkan kecenderungan berfluktuasi. Bongkar-muat minyak dan gas memperlihatkan kecenderungan menurun seiring dengan menurunnya produksi minyak di Propinsi Riau, sedangkan bongkar muat non migas memperlihatkan kecenderungan meningkat.

5.3.4.3 Aktivitas perikanan

Aktivitas perikanan tangkap traditional di Kota Dumai memperlihatkan terjadinya fluktuasi dan penurunan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nelayan tradisional dan hasil tangkapannya. Seiring dengan penurunan hasil tangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan tradisional di Kota Dumai 2003 –2008 sebesar 5.3 , maka jumlah nelayan yang menangkap ikan secara tradisional juga mengalami penurunan hampir tiga kali lipat 546 menjadi 190 keluarga perikanan tangkap. Data jumlah tangkapan ikan dan jumlah nelayan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah nelayan tradisional dan jumlah tangkapan Uraian Nelayan dan Tangkapan T a h u n 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Nelayan Tradisional orang 546 547 188 185 189 190 Jumlah Tangkapan Tontahun 903 819.98 657.1 872.02 779.57 854.71 Sumber: DKP Dumai 2009 Dari Tabel 11, hasil tangkapan nelayan di Kota Dumai 2003-2008 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2003-2005 hasil tangkapan nelayan menurun, 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 B o n g k ar M u at B ar an g t o n 2006 2007 2008 T a h u n Migas t on Non Migas t on 72 Nelayan tradisional kesulitan menangkap ikan di wilayahnya bahkan nelayan setempat dengan menggunakan fasilitas yang terbatas harus menangkap ke wilayah yang jauh dari kampung mereka. Jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan tradisional Dumai dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan tradisional di Kota Dumai No Nama Lokal Nama Ilmiah 1 Belanak Mugil cephalus 2 Gelodok Periopthalmus sp 3 Gulama Otolithis argenteus 4 Sebelah Cynoglossus lingua 5 Selangat Leiognathus brevirostris 6 Biang Setipinna melonchir 7 Parang-parang Chirocentrus dorap 8 Senangin Ekutheronema tetradoctylum 9 Belukang Arius maculatus 10 Mayung Arius thalassinus 11 Udang putih Penaeas merguensis 12 Udang lainnya Penaeas sp Sumber: wawancara dengan nelayan Dumai 2009 Faktor lain yang menyebabkan penurunan hasil tangkapan nelayan adalah kerusakan dan penyusutan ekosistem dari tahun 1991 hingga 2008 seluas ± 3 342.7 ha. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa setiap tahunnya luasan mangrove di Selat Rupat berkurang sebesar 196,6 ha. Pengurangan luasan vegetasi mangrove juga disebabkan karena pengembangan kegiatan industri, perkebunan dan pemukiman di wilayah Pesisir Dumai. Penurunan luasan mangrove menyebabkan terganggunya habitat ikan yang menyebabkan turunnya hasil tangkapan nelayan di sekitarnya. Penurunan hasil tangkapan seiring dengan berkurangnya jumlah nelayan perikanan tangkap di Wilayah Dumai. Pada umumnya nelayan di pesisir Pantai Dumai menganggap bahwa hasil tangkapan mereka tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, nelayan juga tidak mempunyai kemampuan untuk menangkap ikan ke lokasi yang jauh dari pesisir Pantai Dumai. Oleh sebab itu sebahagian dari mereka beralih profesi menjadi buruh kebun dan bangunan. Menurut Irianto 2009, hasil tangkapan ikan di Dumai sampai saat ini belum memuaskan yaitu dengan kisaran 600-700 kg hari. Jumlah hasil perikanan tangkap tidak mampu memenuhi kebutuhan ikan masyarakat Dumai. Oleh sebab itu untuk 73 memenuhi kebutuhan ikan bagi masyarakat harus didatangkan dari Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

5.3.5 Kepekaan Lingkungan Selat Rupat