Sumber minyak dari pelabuhan

dan sedimen muara Sungai Dumai dan Sungai Mesjid memperlihatkan adanya fluktuasi setiap tahunnya. Konsentrasi minyak pada air muara Sungai Dumai berkisar 2.9-3.5 ppm dan pada sedimen berkisar 0.028-0.081 ppm, sedangkan di muara Sungai Mesjid konsentrasi minyak di air permukaan berkisar 3.4-3.9 ppm dan pada sedimen berkisar 0.052-0.117 ppm. Pada umumnya rata-rata konsentrasi minyak pada air dan sedimen muara Sungai Mesjid lebih tinggi daripada Sungai Dumai. Pada muara Sungai Mesjid selama empat periode 2006-2009, rata-rata konsentrasi minyak dalam air permukaan adalah sekitar 50 kali konsentrasi minyak pada sedimen, sedangkan di muara Sungai Dumai konsentrasi minyak pada air permukaan mencapai 69 kali konsentrasi minyak dalam sedimennya. Menurut Ali 2008, penyebaran minyak di perairan tergantung pada jumlah, karakteristik dan tipe minyak, kondisi cuaca, gelombang dan arus.

6.3.3 Sumber minyak dari pelabuhan

Perairan Selat Rupat merupakan perairan yang semi tertutup karena di wilayah ini dalam waktu 24 jam terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Pada umumnya polutan minyak yang berasal dari daratan industri migas dan muara sungai dan lautan transportasi dan pelabuhan di perairan ini hanya mengalami pergerakan di Selat Rupat saja tanpa mampu keluar mencapai laut lepas Selat Malaka. Hal ini disebabkan karena pengaruh tipe pasang-surut harian ganda 6 jam pasang dan 6 jam surut. Oleh sebab itu, untuk jenis minyak yang sukar terurai resisten kondisi ini potensi akumulasi dapat terjadi di perairan ini. Menurut Mukhtasor 2007, fraksi minyak bumi yang tidak larut dapat menyebabkan kerusakan karena dapat menempel pada organisme dan menyebabkan kematian organisme. Selain itu, minyak juga dapat menyebabkan terkontaminasinya organisme perairan yang biasanya dikonsumsi. Konsentrasi minyak pada air permukaan di Pelabuhan Dumai dapat dilihat pada Gambar 21. Berdasarkan Gambar 21, konsentrasi minyak di Pelabuhan Dumai menunjukkan adanya fluktuasi pada berbagai waktu dan lokasi selama empat periode tahun 2009. Konsentrasi minyak yang tinggi terdapat di pelabuhan migas dengan konsentrasi rata-rata adalah 5.7 ppm, sedangkan di pelabuhan umum adalah 5.9 ppm. Apabila dibandingkan dengan bakumutu KepMenLH No.51 Tahun 2004 Lampiran I, konsentrasi minyak di kedua pelabuhan tersebut telah melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Berdasarkan konsentrasi minyak tersebut terlihat bahwa aktivitas Pelabuhan Dumai pelabuhan umum dan pelabuhan migas merupakan sumber polutan minyak utama dari perairan. Menurut IPIECA 2001, pada saat minyak masuk ke lingkungan laut sebagai pencemar, minyak segera mengalami perubahan fisik dan kimia melalui proses penyebaran spreading, penguapan evaporation, dispersi dispersion emulsifikasi emulsification, pelarutan dissolution, oksidasi oxidation dan sedimentasi sedimentation serta penguraian secara biologis biodegredation. Semua proses ini merupakan proses pelapukan weathering yang merupakan penguraian komponen minyak di perairan. Distribusi minyak pada air dan sedimen di pelabuhan Pertamina dan Pelabuhan Umum Pelindo menunjukkan adanya fluktuasi selama 2006-2009 Tabel 15. 1 2 3 4 5 6 7 2006 2007 2008 2009 Konsentrasi minyak ppm T a h u n Gambar 21 Konsentrasi minyak di Pelabuhan Dumai Pelabuhan Migas Pelabuhan Umum Tabel 15 Konsentrasi minyak di perairan dan di sedimen Pelabuhan Dumai Konsentrasi Minyak ppm Pelabuhan migas Pelabuhan umum Pelindo 2006 2007 2008 2009 Rata- rata 2006 2007 2008 2009 Rata- rata Permukaan air 6.1 5.3 4.7 5.9 5.5 5.6 4.8 5.1 5.7 5.3 Sedimen 0.18 0.19 0.16 0.18 0.18 0.15 0.22 0.11 0.17 0.16 Ratio di airsedimen 33.9 27.7 28.4 33.5 30.9 37.5 22.2 44.7 32.9 34.3 Sumber: PT. CPI, Pelindo dan PT. Pertamina Dumai, PPLH UNRI. Tabel 15 memperlihatkan bahwa kosentrasi minyak pada air permukaan di Pelabuhan Dumai pelabuhan umum dan pelabuhan migas lebih besar dari konsentrasi minyak di sedimen. Konsentrasi minyak di air permukaan pelabuhan migas berkisar 4.7-6.1 ppm dan di sedimen berkisar 0.165-0.191 ppm, sedangkan di pelabuhan umum Pelindo konsentrasi minyak di air berkisar 4.8-5.7 ppm. Pada Tabel 16, rata-rata konsentrasi minyak pada air permukaan di pelabuhan migas adalah adalah 5.5 ppm dan di sedimen adalah 0.178, sedangkan di pelabuhan umum konsentrasi rata-rata minyak di air adalah 5.3 ppm dan di sedimen adalah 0.163 ppm. Berdasarkan hal itu, maka konsentrasi minyak pada air permukaan di pelabuhan adalah 30.9-34.3 kali konsentrasi minyak di sedimennya. Menurut Lee et al. 2005, konsentrasi minyak terlarut di perairan lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi minyak pada sedimen, karena umumnya sedimentasi hanya terjadi pada minyak yang memiliki berat jenis lebih besar dari pada air. Berdasarkan sumbernya, selama empat periode 2006-2009, rata-rata konsentrasi minyak di air permukaan muara sungai Sungai Mesjid dan Dumai adalah 50-69 kali konsentrasi minyak di sedimen sedangkan di pelabuhan pelabuhan umum dan pelabuhan migas konsentrasi minyak di air permukaan adalah 30.9-34.3 kali konsentrasi minyak di sedimennya. Tingginya konsentrasi minyak di sedimen pelabuhan disebabkan oleh kondisi Selat Rupat yang semi tertutup dengan tipe pasang-surut harian ganda sehingga untuk jenis minyak yang berat dan sukar terurai resisten didukung pula oleh arus pelabuhan yang relatif tenang menyebabkan adanya kesempatan bagi droplet minyak untuk mengalami proses sedimentasi. Hal ini menyebabkan konsentrasi minyak di sedimen pelabuhan lebih tinggi dibandingkan muara sungai. Menurut Chen et al. 2004, minyak yang memiliki berat molekul besar di perairan yang arusnya relatif tenang dapat meningkatkan distribusi minyak ke perairan yang dalam karena proses sedimentasi.

6.3.4 Evaluasi Tingkat Pencemaran Minyak di Selat Rupat