VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT
Abstrak
Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka yang terletak di antara pesisir Kota Dumai dangan Pulau Rupat. Berbagai aktivitas transportasi,
penyimpanan, pengolahan dan distribusi minyak maupun kegiatan industri di pesisir Dumai menyebabkan perairan Selat Rupat rawan terhadap pencemaran
minyak. Posisi Selat Rupat yang semi tertutup dengan kondisi pasang-surut semi- diurnal berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi minyak di perairan yang
dapat menimbulkan kerusakan ekosistem perairan. Metode yang digunakan adalah metode perbandingan dengan baku mutu KepMenLH No.51 Tahun 2004 dan
referensi tingkat pencemaran Lee et al. 1978. Pada umumnya konsentrasi minyak di perairan Selat Rupat telah melampaui nilai ambang batas yang telah
ditetapkan. Berdasarkan konsentrasi oksigen terlarut DO dan BOD
5
perairan Pulau Ketam, Lubuk Gaung dan Pelintung termasuk kriteria tercemar ringan,
Aktivitas transportasi laut di Pelabuhan Dumai di Selat Rupat merupakan sumber polutan minyak dari laut.
Kata Kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, tercemar ringan
6.1. PENDAHULUAN
Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan Pulau Rupat Propinsi Riau
yang memiliki panjang ± 72.4 km dan lebar dari garis pantai Dumai hingga pantai Pulau Rupat 3.8
– 8 km. Pulau Rupat merupakan sebuah pulau yang termasuk wilayah admistrasi Kabupaten Bengkalis dan pada umumnya masih
belum memiliki aktivitas selain perkebunan rakyat. Oleh sebab itu, kondisi di daratan Pulau Rupat secara signifikan tidak mempengaruhi ekosistem perairan
Selat Rupat, namun aktivitas industri dan domestri di Kota Dumai sangat mempengaruhi kondisi lingkungan perairan Selat Rupat.
Selat Rupat memegang peranan penting dari segi ekologis maupun ekonomis bagi masyarakat sekitarnya karena memiliki keanekaragaman hayati
berbagai jenis mangrove yang merupakan tempat hidup dan memijah ikan, melindungi pantai dari terjangan angin gelombang laut dan aberasi pantai.
Selanjutnya dari segi ekonomis Selat Rupat merupakan daerah tangkapan sehingga banyak dari masyarakat di wilayah ini yang berprofesi sebagai nelayan.
Selat Rupat berfungsi sebagai pelabuhan utama yang mampu menunjang perekonomian Propinsi Riau. Pada beberapa lokasi di sekitar kawasan pesisir
Dumai telah ditetapkan sebagai kawasan industri Pelintung dan Lubuk Gaung. Hal ini berpotensi meningkatkan pencemaran minyak di Perairan Selat Rupat.
Selain itu, Pelabuhan Dumai juga merupakan pelabuhan terbesar di pantai timur Sumatera dengan kunjungan kapal setiap tahunnya berkisar 4.089
– 7.332 kali dengan jumlah penumpang berkisar 731.188 hingga 1.012.529 orang ADPEL
Dumai 2009. Pesisir Dumai merupakan pangkalan utama operasi dua perusahaan
minyak terbesar nasional dan multinasional sebagai lokasi penimbunan minyak mentah dari berbagai sumur minyak di Propinsi Riau dan mengolah minyak
mentah menjadi Bahan Bakar Minyak BBM dengan kapasitas 170.000 barel perhari yang didukung oleh tangki timbun dan pelabuhan Bappeko 2008.
Pelabuhan Dumai juga mengapalkan produksi minyak ke berbagai wilayah pemasaran dalam dan luar negeri.
Berbagai aktivitas transportasi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi minyak maupun kegiatan industri dan domestik di pesisir Dumai dapat
menyebabkan perairan Selat Rupat rawan terhadap pencemaran minyak. Pencemaran minyak dapat membahayakan ekosistem laut karena ekosistem dan
biota perairan sangat rentan terhadap minyak Mukhtasor 2007. Posisi Selat Rupat yang semi tertutup dengan kondisi pasang-surut semi-
diurnal berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi minyak di perairan yang dapat menimbulkan kerusakan ekosistem perairan termasuk mangrove. Menurut
Darmono 2001, komponen hidrokarbon aromatis dari minyak bumi benzena dan toluene merupakan senyawa toksik yang mampu membunuh biota perairan
saat terjadinya pencemaran minyak di perairan. Mengingat kondisi Selat Rupat sangat berpotensi terjadinya akumulasi minyak yang dapat berpengaruh buruk
terhadap ekosistem perairan, maka perlu dilakukan evaluasi tingkat pencemaran minyak di perairan Selat Rupat berdasarkan sumbernya inputnya dari daratan
dan aktivitas pelabuhan transportasi laut.
6.2 METODE PENELITIAN 6.2.1 Metode Pengumpulan Data