Sistem Dinamik Pendekatan Sistem

memberikan hasil simulasi yang sangat menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya, sehingga akan memberikan informasi yang tidak tepat. Model akan dianggap baik apabila model dapat menggambarkan semua hal yang penting dari dunia nyata dalam sistem tersebut. Menurut Pramudya 1989, ada empat keuntungan penggunaan model dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu: 1 memungkinkan melakukan penelitian yang bersifat lintas sektoral dengan ruang lingkup yang luas, 2 dapat melakukan eksperimentasi terhadap sistem tanpa mengganggu atau memberikan perlakuan tertentu terhadap sistem, 3 mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan dan perbaikan terhadap sistem yang diteliti, dan 4 dapat dipakai untuk menduga meramal perilaku dan keadaan sistem pada masa yang akan datang. Menurut Eriyatno dan Sofyar 2007, model dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu: 1 model ikonik model fisik yaitu model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya dapat diperbesar atau diperkecil, 2 model analog model diagramatik yaitu model yang sifatnya lebih sederhana dan sering dipakai pada situasi khusus, seperti pada proses pengendalian mutu industri, dan 3 model simbolik model matematik yaitu model yang menggunakan simbol-simbol matematika. Langkah pertama dalam menyusun model sistem dinamis adalah menentukan struktur model yang akan memberikan bentuk dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem. Perilaku sistem tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku causal-loop sebab-akibat yang menyusun struktur model. Semua perilaku model dapat disederhanakan menjadi struktur dasar yaitu mekanisme dari masukan, proses, keluaran, dan umpan balik. Mekanisme tersebut akan berkerja menurut perubahan waktu atau bersifat dinamis yang dapat diamati perilakunya dalam bentuk unjuk kerja level dari suatu model sistem dinamis.

2.5.2 Sistem Dinamik

Sistem dinamis merupakan sistem yang memiliki variabel yang dapat berubah sepanjang waktu sebagai akibat dari perubahan input dan interaksi antar elemen-elemen sistem. Nilai output sangat tergantung pada nilai sebelumnya dari variabel input Djojomartono 2000. Eriyatno dan Sofyar 2007, untuk menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan sistem dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain: 1. Analisis kebutuhan, merupakan permulaan dalam pengkajian suatu sistem. Pada tahap ini dicari kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing aktor dalam kaitannya dengan tujuan sistem. Analisis kebutuhan bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan dari setiap pelaku yang terlibat dalam suatu kegiatan pengendalian pencemaran minyak di Selat Rupat. Analisis kebutuhan ini dilakukan melalui survei, pendapat ahli, diskusi dan observasi lapangan. 2. Formulasi masalah merupakan rincian dari kebutuhan aktor yang saling bertentangan yang memerlukan solusi pemecahannya. Pertentangan itu timbul karena adanya konflik kepentingan dari para stakeholder dan keterbatasan sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang menimbulkan masalah dalam sistem. 3. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus dipecahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Identifikasi sistem bertujuan untuk mencari pemecahan terbaik dari permasalahan yang dihadapi. Identifikasi sistem dapat digambar dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop dan diagram input-output black box. 4. Pemodelan sistem merupakan implikasi dari system yang dihadapi. Model ini merupakan gambaran abstrak dari dunia nyata yang dapat dianggap dunia nyata terhadap suatu aspek. 5. Simulasi model adalah peniruan prilaku suatu gejala dalam memahami suatu proses dengan membuat peramalan prilaku atau gejala di masa yang akan datang. 6. Validasi Model merupakan penilaian objektifitas dari pekerjaan ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Untuk menguji kebenaran suatu model dengan kondisi oyektif dilakukan uji validasi Muhammadi et al. 2001.Validasi model dapat dilakukan melalui dua uji, yaitu: a. Uji validasi struktur yaitu suatu uji yang memfokuskan keyakinan pada kebenaran logika. Validasi struktur dilakukan untuk memperoleh keyakinan konstruksi model valid secara ilmiah. b. Uji validasi kinerja yaitu uji yang lebih menekan pada pemeriksaan kebenaran yang taat pada data empiris. Validitas kinerja berguna untuk memperoleh keyakinan sejauhmana model sesuai dengan kinerja sistem nyata sesuai dengan data empirik Model yang baik adalah model yang memenuhi kedua syarat tersebut, yaitu syarat logis-empiris logico-emperical. Pada sistem dinamis, diagram sebab akibat digunakan sebagai dasar untuk membuat diagram alir yang akan disimulasikan dengan menggunakan Program Stella 9.0.2. Program ini dapat memberikan gambaran tentang perilaku sistem, sehingga dengan simulasi dapat ditentukan alternatif terbaik dari sistem yang dibangun. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mendapatkan kesimpulan dan kebijakan apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi atau mengubah perilaku sistem yang terjadi. Langkah pertama dalam menyusun model sistem dinamis adalah menentukan struktur model yang mempengaruhi perilaku sistem. Perilaku sistem tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku causal-loop sebab-akibat yang menyusun struktur model. Semua perilaku model dapat disederhanakan menjadi struktur dasar yaitu mekanisme dari input, proses, output, dan umpan balik. Mekanisme tersebut akan berkerja menurut perubahan waktu atau bersifat dinamis yang dapat diamati perilakunya dalam bentuk unjuk kerja level dari suatu model sistem dinamis. Melalui simulasi akan didapatkan perilaku dari suatu gejala atau proses yang terjadi dalam sistem yang dikaji, sehingga dapat dilakukan analisis dan peramalan perilaku dari gejala atau proses tersebut di masa depan. Ada 4 tahapan dalam melakukan simulasi model, yaitu: a. Penyusunan konsep, pada tahap ini dilakukan identifikasi unsur-unsur yang berperan dalam menimbulkan gejala atau proses. Dari unsur-unsur dan keterkaitannya dapat disusun gagasan atau konsep mengenai gejala proses yang akan disimulasikan. b. Pembuatan konsep pada tahap pertama selanjutnya dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian, gambar atau rumus. c. Simulasi model; pada model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam model, sedangkan pada model kualitatif, simulasi dilakukan dengan menelusuri dan melakukan analisis hubungan sebab akibat antar variabel dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk memahami perilaku gejala atau proses model. d. Validasi hasil simulasi; validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi di dunia nyata relatif kecil. Model yang baik adalah model yang dapat merepresentasikan keadaan yang sebenarnya. Untuk menguji kebenaran suatu model dengan kondisi oyektif dilakukan uji validasi Muhammadi et al. 2001. Ada dua jenis validasi dalam model, yakni validasi struktur dan validasi kinerja. Validasi struktur dilakukan untuk memperoleh keyakinan konstruksi model valid secara ilmiah, sedangkan validitas kinerja untuk memperoleh keyakinan sejauhmana model sesuai dengan kinerja sistem nyata atau sesuai dengan data empirik. Validasi struktur meliputi dua pengujian, yaitu validasi konstruksi dan validitas kestabilan. Validasi konstruksi melihat apakah konstruksi model yang dikembangkan sesuai dengan teori. Uji validasi konstruksi ini sifatnya abstrak, tetapi konstruksi model yang benar secara ilmiah berdasarkan teori yang ada akan terlihat dari konsistensi model yang dibangun Muhammadi et al., 2001. Menurut Barlas 1996, validasi kestabilan merupakan fungsi dari waktu. Model yang stabil akan memberikan output yang memiliki pola yang hampir sama antara model agregat dengan model yang lebih kecil disagregasi. Validitas kinerja atau output model bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauhmana kinerja model sesuai compatible dengan kinerja sistem nyata, sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta. Untuk mengetahui kekuatan robustness model dalam dimensi waktu dilakukan uji sensitivitas yang berguna untuk mengetahui respon model terhadap stimulus. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui alternatif tindakan baik untuk menjelaskan sensitivitas parameter, variabel dan hubungan antar variabel dalam model. Hasil uji sensitivitas dalam bentuk perubahan perilaku atau kinerja model, digunakan untuk menganalisis efek intervensi terhadap model. Menurut Muhammadi et al. 2001, uji sensitivitas model dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu 1 intervensi fungsional, dengan memberikan fungsi- fungsi khusus terhadap model dengan menggunakan fasilitas: step, random, pulse, ramp dan forecast, trend, if, sinus dan setengah sinus dan 2 intervensi struktural, dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau struktur model dengan cara mengubah struktur modelnya. Sensitivitas model mengungkapkan hasil-hasil intervensi terhadap unsur dan struktur sistem. Disamping itu, analisis sensitivitas model juga berfungsi dalam menemukan alternatif tindakan atau kebijakan, baik untuk mengakselerasikan kemungkinan pencapaian hasil positif maupun untuk mengantisipasi kemungkinan dampak negatif.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah perairan laut Selat Rupat yang merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan Pulau Rupat di Propinsi Riau. Selat ini memiliki panjang ±72.4 km dan lebar dari garis Pantai Dumai hingga pantai Pulau Rupat 3.8 – 8.0 km. Pulau Rupat merupakan sebuah pulau yang termasuk wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis dan pada umumnya masih belum memiliki aktivitas selain perkebunan rakyat. Penetapan lokasi penelitian ini dipilih secara purposive sengaja dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1 Letak geografis Selat Rupat yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka. 2 Aktivitas transportasi laut yang tinggi karena merupakan pelabuhan internasional yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal besar kapal tanker, cargo maupun ferry. 3 Aksesibilitas di Daratan Dumai yang begitu tinggi karena memiliki dua industri minyak terbesar yaitu PT.CPI dan Pertamina UP II Dumai yang menggunakan Selat Rupat sebagai prasarana transportasi laut. 4 Selat Rupat merupakan perairan yang semi tertutup dengan waktu pasang- surut setiap enam jam sekali sehingga berpotensi terperangkapnya polutan minyak terutama yang resisten karena pengaruh pasang-surut air laut. 5 Perairan Selat Rupat rentan terhadap pencemaran minyak, karena memiliki kawasan konservasi mangrove. 6 Selat Rupat juga merupakan wilayah tangkapan ikan yang merupakan sumber matapencaharian bagi nelayan setempat. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 8 bulan mulai dari bulan April hingga Nopember 2009. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.