Wilayah Pulau Ketam termasuk klas peka terhadap pencemaran minyak karena memiliki produktivitas biologi yang tinggi dengan vegetasi mangrove dan
non mangrove yang relatif baik. Mangrove memiliki kepekaan yang tinggi terhadap minyak.
Wilayah Lubuk Gaung merupakan wilayah yang sangat peka terhadap pencemaran minyak. Wilayah ini memiliki vegetasi mangrove yang relatif baik yang
mudah rusak akibat tercemar minyak. Apabila polutan minyak memasuki wilayah ini, maka respon negatif akan terlihat seperti kerusakan mangrove, dan kematian
biota perairan termasuk ikan. Kawasan kurang peka merupakan wilayah yang saat terjadi pencemaran
minyak tidak memerlukan respon yang tinggi, karena tidak terlalu berpengaruh terhadap ekosistem sekitarnya. Wilayah yang termasuk kategori ini adalah Wilayah
Pelintung. Pantai di wilayah ini umumnya memiliki vegetasi mangrove dengan kerapatan yang relatif rendah dan vegetasi belukar karena telah mengalami alih
fungsi lahan menjadi kawasan industri dan pemukiman.
5.4 KESIMPULAN
Wilayah Lubuk Gaung merupakan wilayah yang sangat peka terhadap pencemaran minyak. Wilayah ini memiliki produktivitas biologi yang tinggi dengan
vegetasi mangrove yang relatif baik dan merupakan wilayah tangkapan. Wilayah ini juga memiliki pantai yang landai dengan kemiringan 3 , dengan tipe substrat
dasar didominasi oleh sedimen pasir berlumpur yang sangat rentan terhadap minyak. Wilayah Pulau Ketam termasuk kategori peka dengan ciri-ciri adanya ekosistim
mangrove dan non mangrove dengan vegetasi campuran perkebunan masyarakat dan belukar. Wilayah Pelintung merupakan wilayah yang kurang peka terhadap
pencemaran minyak yang dicirikan oleh vegetasi belukar dan alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan pemukiman.
VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT
Abstrak
Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka yang terletak di antara pesisir Kota Dumai dangan Pulau Rupat. Berbagai aktivitas transportasi,
penyimpanan, pengolahan dan distribusi minyak maupun kegiatan industri di pesisir Dumai menyebabkan perairan Selat Rupat rawan terhadap pencemaran
minyak. Posisi Selat Rupat yang semi tertutup dengan kondisi pasang-surut semi- diurnal berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi minyak di perairan yang
dapat menimbulkan kerusakan ekosistem perairan. Metode yang digunakan adalah metode perbandingan dengan baku mutu KepMenLH No.51 Tahun 2004 dan
referensi tingkat pencemaran Lee et al. 1978. Pada umumnya konsentrasi minyak di perairan Selat Rupat telah melampaui nilai ambang batas yang telah
ditetapkan. Berdasarkan konsentrasi oksigen terlarut DO dan BOD
5
perairan Pulau Ketam, Lubuk Gaung dan Pelintung termasuk kriteria tercemar ringan,
Aktivitas transportasi laut di Pelabuhan Dumai di Selat Rupat merupakan sumber polutan minyak dari laut.
Kata Kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, tercemar ringan
6.1. PENDAHULUAN
Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan Pulau Rupat Propinsi Riau
yang memiliki panjang ± 72.4 km dan lebar dari garis pantai Dumai hingga pantai Pulau Rupat 3.8
– 8 km. Pulau Rupat merupakan sebuah pulau yang termasuk wilayah admistrasi Kabupaten Bengkalis dan pada umumnya masih
belum memiliki aktivitas selain perkebunan rakyat. Oleh sebab itu, kondisi di daratan Pulau Rupat secara signifikan tidak mempengaruhi ekosistem perairan
Selat Rupat, namun aktivitas industri dan domestri di Kota Dumai sangat mempengaruhi kondisi lingkungan perairan Selat Rupat.
Selat Rupat memegang peranan penting dari segi ekologis maupun ekonomis bagi masyarakat sekitarnya karena memiliki keanekaragaman hayati
berbagai jenis mangrove yang merupakan tempat hidup dan memijah ikan, melindungi pantai dari terjangan angin gelombang laut dan aberasi pantai.
Selanjutnya dari segi ekonomis Selat Rupat merupakan daerah tangkapan sehingga banyak dari masyarakat di wilayah ini yang berprofesi sebagai nelayan.