Manfaat Penelitian Novelty Kebaruan Gagasan

Dumai. Dumai juga merupakan pelabuhan utama di Propinsi Riau yang mampu melayani pergerakan regional maupun internasional. Berbagai aktivitas industri dan transportasi laut mampu memicu terjadinya pencemaran minyak sehingga menambah tekanan ekologis terhadap Selat Rupat. Berdasarkan hal itu, untuk menurunkan potensi ancaman terhadap sumberdaya alam di Selat Rupat dan mengembangkan Kota Dumai sebagai ujung tombak ekonomi Propinsi Riau perlu suatu solusi model pengendalian pencemaran minyak di perairan Selat Rupat. Sehubungan dengan konteks pengendalian pencemaran minyak di perairan Selat Rupat, diajukan beberapa pertanyaan penelitian yaitu: 1 Bagaimana kondisi eksisting lingkungan di perairan Selat Rupat dan sumber pencemar minyak di Selat Rupat? 2 Bagaimana kondisi tingkat pencemaran minyak di perairan Selat Rupat? 3 Model apa yang tepat diterapkan untuk pengendalian pencemaran minyak di perairan Selat Rupat?

1.5 Manfaat Penelitian

Model pengendalian pencemaran minyak di perairan Selat Rupat diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah, khususnya Propinsi Riau dalam menentukan arahan kebijakan dalam menyelesaikan permasalahan pencemaran laut yang disebabkan oleh minyak.

1.6 Novelty Kebaruan Gagasan

Penelitian ini merupakan sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan berkaitan dengan pengendalian pencemaran minyak di perairan selat, khususnya Selat Rupat yang disebabkan oleh aktivitas di daratan dan transportasi di laut. Pada penelitian ini digunakan pendekatan sistem dengan mengintegrasikan secara holistik kepentingan para pelaku yang terlibat dalam sistem pengendalian pencemaran minyak. Berdasarkan hal itu, kebaruan utama penelitian ini terdapat pada konsep penggunaan model dalam pengendalian pencemaran minyak di perairan selat agar kerusakan ekosistem laut dapat dikendalikan. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh: 1 PERTAMINA UP II Dumai dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. 2002. Sedimentasi dan Dispersi Limbah Cair Pertamina Dumai. 2 PT.Chevron Pacific Indonesia dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. 2005. Studi Sensitivitas Tumpahan Minyak di Selat Rupat. Selat Rupat merupakan wilayah yang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda terhadap pencemaran minyak. Wilayah yang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda terhadap pencemaran minyak. Wilayah sangat peka akan memberikan respon yang cukup berbahaya terhadap pencemaran minyak. Sebaliknya, wilayah yang ekosistemnya kurang peka tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap pencemaran minyak di sekitarnya. Berdasarkan hal itu, untuk mengatasi ancaman kerusakan lingkungan di Selat Rupat akibat pencemaran minyak di wilayah yang sangat peka, perlu dilakukan pengendalian. Penggunaan model pengendalian pencemaran minyak di perairan Selat Rupat belum pernah dilakukan. Untuk itu, penulis bermaksud merumuskan suatu model dalam upaya mengendalikan pencemaran minyak di perairan laut, khususnya Selat Rupat Riau. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Minyak di Perairan Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri Odum 1993. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999, pencemaran laut diartikan dengan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu danatau fungsinya. Menurut UNCLOS 2007 pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai estuaries yang menimbulkan akibat buruk sehingga dapat merugikan sumber daya laut hayati marine living resources, membahayakan kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut, mutu kegunaan dan manfaatnya. Pengendalian pencemaran laut merupakan salah satu wujud pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam yang dikandungnya Clark 2003. Bahan-bahan pencemar yang dibuang ke laut diklasifikasikan atas senyawa konservatif senyawa yang sukar terurai dan senyawa non konservatif senyawa yang mudah terurai di perairan. Polutan yang masuk ke perairan laut seringkali mengandung senyawa konservatif dan non-konservatif, salah satu diantaranya adalah polutan minyak. Minyak merupakan polutan yang memiliki potensi besar mencemari air laut. Pencemaran minyak merupakan penyebab utama pencemaran laut yang dapat membahayakan ekosistem laut karena laut dan biota perairan sangat rentan terhadap minyak Mukhtasor 2007. Akibat jangka pendek dari pencemaran minyak adalah terjadinya kerusakan pada membran sel biota laut oleh molekul-molekul hidrokarbon minyak yang mengakibatkan keluarnya cairan sel dan meresapnya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan berbau minyak, sehingga menyebabkan turun mutunya. Secara langsung minyak dapat menyebabkan kematian ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon monoksida, dan keracunan langsung oleh bahan toksik. Dampak jangka panjang dari pencemaran minyak dialami oleh biota laut yang masih muda. Minyak dapat teradsobsi dan termakan oleh biota laut, sebagian akan terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui rantai makanan Sumadhiharga 1995. Secara fisik, pencemaran minyak akan terlihat jelas pada lingkungan laut seperti pantai menjadi kotor akibat permukaan air laut tertutup oleh lapisan minyak atau karena gumpalan ter dipermukaan air laut. Secara kimia, minyak bumi mengandung senyawa aromatik hidrokarbon yang bersifat toksik dan dapat mematikan organisme laut. Secara biologi, adanya pencemaran minyak dapat mengganggu kehidupan organisme termasuk ikan, oleh karena itu perlu suatu usaha yang intensif untuk meminimalkan pencemaran minyak di laut. Pengaruh spesifik dampak dari pencemaran minyak terhadap lingkungan perairan laut dan pantai tergantung pada jumlah minyak yang mencemari, lokasi kejadian, dan waktu kejadian Syakti 2004. Menurut Supriharyono 2000, tingkat kerusakan akibat pencemaran minyak bergantung pada jumlah dan konsentrasi minyak di perairan, jenis dan sifat kimia minyak yang mencemari serta kepekaan ekosistem terhadap dampak pencemaran minyak tersebut. Pencemaran minyak di laut dapat menyebabkan dampak yang lebih luas karena terbawa arus dan gelombang laut. Pencemaran minyak secara langsung dapat mengganggu lingkungan laut di lokasi pantai. Secara tidak langsung, pencemaran minyak dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu produktifitas di dasar laut. Ikan yang hidup di kitarnya akan tercemar, mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain. Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan hidup Chahaya 2003. Pengukuran kualitas perairan dari pencemaran minyak merupakan evaluasi untuk menilai ekosistem mangrove dan potensi perikanan di suatu perairan. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran minyak di perairan Selat Rupat pada penelitian ini adalah kandungan oksigen terlarut dan nilai BOD 5 . 1 Oksigen terlarut DO Oksigen terlarut merupakan gas oksigen yang terlarut dalam air dan berperan penting bagi metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton Manahan 1983. Difusi oksigen dari atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi air stagnant diam atau terjadi karena pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau angin. Difusi oksigen dari atmosfer ke perairan pada hakekatnya berlangsung relatif lambat, meskipun terjadi pergolakan massa air atau gelombang. Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air disebabkan karena adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terutama terdiri dari bahan-bahan organik termasuk minyak Connel Miller 1995. Menurut Lee et al. 1978, kandungan oksigen terlarut pada suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran perairan Tabel 1 . Tabel 1 Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan DO No Kadar oksigen terlarut mgl Kriteria kualitas air 1 ≥ 6,5 Tidak tercemar 2 4,5 – 6,4 Tercemar ringan 3 2,0 – 4,4 Tercemar sedang 4 2,0 Tercemar berat Sumber: Lee et al. 1978 2 Kebutuhan oksigen biokimia biochemical oxygen demand, BOD 5 BOD 5 merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD 5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik. Menurut Lee et al. 1978, tingkat pencemaran suatu perairan dapat dinilai dari BOD 5 Tabel 2. Tabel 2 Kriteria kualitas air berdasarkan nilai BOD 5 No Nilai BOD 5 mgl Kriteria Kualitas Air 1 ≤ 2,9 Tidak tercemar 2 3,0 – 5,0 Tercemar ringan 3 5,1 - 14,9 Tercemar sedang 4 ≥ 15 Tercemar berat Sumber: Lee et al. 1978 Berdasarkan jenis muatannya, secara umum kapal sebagai media transportasi laut pada penelitian ini dapat dikategorikan atas kapal penumpang kapal ferry, kapal barang kapal kargo dan kapal tanker oil tanker. Menurut Mukhtasor 2007, kegiatan pengoperasian kapal pada umumnya dapat menghasilkan polutan minyak dari sumber: a Air bilga kamar mesin adalah akumulasi air laut dalam kapal dari kebocoran normal permesinan, pengembunan pada dinding plat kapal, pembilasan air tawar, kebocoran normal dari sistem stern-tube bertipe pelumasan air laut. b Air ballast adalah air laut yang dimasukkan ke dalam kapal tanker atau tanki bahan bakar yang berguna untuk menjaga stabilitas kapal. Sebuah tanker didesain layak berlayar pada saat tanki terisi. Setelah bongkar minyak di pelabuhan akibatnya tanker menjadi kosong, untuk kestabilan kapal tanker kembali berlayar, maka tanki diisi air laut 25 – 30 dari total kapasitas tanker. Air ballast dalam tanki ini harus dibuang kembali ke laut sebelum tanki diisi kembali dengan minyak. Pada saat bongkar, tanki minyak masih tersisa minyak pada dasar dan sisi tanki dengan kisaran 0,1 – 1,5 dari volume total tanki. Air ballast yang masih mengandung minyak ini umumnya dibuang ke laut. Oleh sebab itu air ballast merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran minyak di perairan. c Minyak pelumas adalah minyak pelumasan oli yang berasal dari bantalan- bantalan poros propeller dan sistem hidrolik, minyak pelumas untuk bantalan kemudi dibawah air.

2.2 Karakteristik Minyak di Perairan