khususnya Bab IV pasal 11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 ini memuat tentang baku mutu air laut untuk pelabuhan lampiran
I, baku mutu air laut untuk wisata bahari lampiran II dan baku mutu air laut untuk biota laut - lampiran III 11 halaman.
Keberadaan instrumen regulasi ini merupakan kontrol bagi stakeholders untuk mencegah terjadinya pencemaran minyak di perairan. Pada lingkup
internasional tahun 1954 Badan Maritim Internasional IMO, international maritime
organization menghasilkan konvensi internasional mengenai
pencegahan pencemaran di laut oleh minyak international convention for the prevention of pollution of the sea by oil
. Konvensi ini lalu diperbaharui pada tahun 1973 yang merupakan upaya awal dalam mengatasi dampak pencemaran di
laut. Indonesia yang masuk dalam keanggotaan organisasi ini wajib melaksanakan aturan-aturan yang ditetapkan oleh IMO.
Pencegah dan penanggulangan pencemaran minyak di laut bertujuan untuk meminimalisasi kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan laut. Tugas
ini harus diimbangi dengan dua faktor yaitu adanya fasilitas yang memungkinkan untuk bergerak dinamis, dan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai.
2.4.2 Aspek Teknologi
Pada umumnya upaya penaganan pencemaran minyak dilaut dilakukan berdasarkan urutan prioritas yang dihubungkan dengan pengaruhnya terhadap
manusia secara langsung. Ada tiga teknik yang direkomendasikan untuk penanggulangan pencemaran minyak di perairan, meliputi:
1. Secara mekanik Pada umumnya pengendalian pencemaran minyak di perairan laut secara
mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan boom dan skimmer. Booms
digunakan untuk melokalisasi dan mengendalikan pergerakan minyak dan skimmer digunakan untuk mengambil minyak. Boom berfungsi sebagai
perangkap melingkar polutan minyak diperairan agar tetap pada lokasi tertentu sehingga minyak di perairan tidak menyebar. Prinsip kerja boom adalah
menahan gerakan minyak dari aliran arus sehingga minyak tetap terkumpul didalam boom untuk kemudian dapat dipindahkan dari air laut dengan sistim
penyedotan Gambar 3.
Gambar 3 Pengendalian pencemaran minyak di perairan menggunakan oil boom WWF, 2007
Penyebaran minyak membentuk suatu lapisan yang tipis disebabkan karena adanya gerakan angin, gelombang, arus atau pasang-surut menyebabkan
penanganan pencemaran minyak menjadi lebih sulit. Oleh sebab itu langkah utama yang perlu dilakukan adalah melokalisir pencemaran minyak pada suatu
area sehingga masih mempunyai ketebalan yang besar. Upaya untuk melokalisir pencemaran minyak ini akan efektif dilakukan dengan menggunakan boom untuk
menghalangi penyebaran minyak yang lebih luas. Penggunaan boom ini akan efektif pada kondisi perairan yang tenang. Apabila kecepatan arus lebih dari 0,75
knot maka lapisan minyak akan pecah menjadi butiran-butiran droplet. Kelemahan lain dari penggunaan boom ini adalah sulitnya menjaga agar boom ini
tetap tegak karena ada dorongan dari arus dan gelombang sehingga miring dan menyebabkan minyak menyebar ke luar.
Oil skimmer merupakan alat mekanis yang berfungsi mengambil minyak
dari permukaan air berdasarkan berat jenis, tegangan permukaan dan medium bergeraknya. Prinsip kerja oil skimmer adalah mampu menyedot minyak dari air
dengan menyerap minyak dengan material yang berpori atau mengikat minyak pada suatu material, kemudian memisahkannya dari air. Di dalam skimmer
minyak akan dipisahkan dari air atas perbedaan berat jenisnya. Skimmer hanya dapat mengikat minyak dalam keadaan cair yang berada dipermukaan saja dan
yang berbentuk droplet akan dilewatkan. Pada umumnya minyak Indonesia
bersifat parafinis sehingga skimmer sulit untuk dioperasikan untuk upaya pembersihan perairan. Oil skimmer akan bekerja efektif apabila kondisi air
lautnya tenang. 2. Secara kimia
Dispersant merupakan bahan kimia yang mempunyai agent permukaan
yang aktif yang dikenal dengan nama surfactant. Menurut IPIECA 2001, molekul surfactant mengandung dua bahagian, yaitu headgroup yang bersifat
polar hydrophilic dan tailgroup yang bersifat non polar oleophilic. Dispersant
dapat menyebabkan minyak pecah menjadi butiran-bituran kecil droplet yang terdiri atas molekul hydrophilic dan oleophilic yang mampu
terdispersi ke badan air Gambar 4. Hasil dispersi ini adalah semakin besarnya droplet
minyak yang masuk ke dalam badan air sehingga mempercepat terlepasnya hidrokarbon yang mudah menguap ke atmosfir. Masuknya droplet ke
badan air menyebabkan minyak lebih mudah terbiodegredasi karena luas permukaannya menjadi lebih kecil. Hal ini mencegah minyak untuk tidak terbawa
oleh angin hingga ke pantai sehingga dapat mengurangi daya toksisitasnya dan mencegah kematian burung dan pengaruh yang merugikan kepada manusia.
Gambar 4 Aktivitas surfactant dan dispersi minyak menjadi droplet IPIECA 2001
Penggunaan dispersant tidak akan efektif pada air yang tenang karena membutuhkan gerakan gelombang agar dispersant tercampur dengan tumpahan
minyak. Mulanya, dispersant yang dipakai merupakan zat pengemulsi dari campuran hidrokarbon diantaranya hidrokarbon aromatik, fenol, dan senyawa lain
dengan konsentrasi tinggi yang bersifat racun terhadap kehidupan laut. Tetapi saat ini telah diproduksi dispersant yang tidak menggunakan senyawa hidrokarbon.
Pertimbangan ekonomi dan ekologi berperan penting sebagai skenario penggunaan dispersant. Prioritas penyemprotan dispersant pada area pantai
wisata atau dermaga dapat menjadi pertimbangan secara ekonomi. Wilayah rawa bakau secara ekonomis memerlukan perlindungan prioritas namun pertimbangan
ekologi penggunaan dispersant dapat menyebabkan kerusakan ekosistem IPIECA 2001. Dispersant dapat disemprotkan pada polutan minyak dengan
menggunakan helikopter ataupun boat Gambar 5.
Gambar 5 Pengendalian pencemaran minyak di perairan menggunakan dispersant WWF, 2007
Berkaitan dengan perlengkapan kapal, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 juga menjelaskan tentang
perlengkapan kapal baik dalam operasi maupun penanggulangan pencemaran minyak. Para produsen minyak dan gas sudah memiliki protap prosedur tetap
dan fasilitas penanggulangan pencemaran minyak yang cukup memadai untuk digunakan dalam penanggulangan pencemaran minyak yang terjadi dalam lingkup
pelabuhan dan penanggulangan bencana pencemaran minyak yang terjadi diluar lingkungan pelabuhan ADPEL 2008.
3. Secara biologi Bioremediasi adalah suatu cara penanggulangan pencemaran minyak
dengan memanfaatkan organisme tertentu yang dapat mendegredasi polutan minyak. Bioremediasi merupakan cara penanggulangan tumpahan minyak yang
paling aman bagi lingkungan Munawar et al. 2007. Menurut Syakti 2004, mikroorganisme dapat memanfaatkan minyak
sebagai sumber karbon untuk pembentukan biomasa dan energi bagi pertumbuhannya. Organisme tersebut terdistribusi secara luas di laut, dan
cenderung berlimpah pada perairan yang tercemar minyak akibat buangan industri dan limbah cair domestik.
Mikroorganisme pengurai minyak yang biasa digunakan adalah sianobakteria dan alga biru. Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi
oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri.
Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi Churchill 1995.
Komponen minyak bumi yang sulit terdegradasi jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi sehingga mikroba pendegradasi
komponen ini jumlahnya lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak.
Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannya sampai minyak bumi terdegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang
mencukupi dan nitrogen sebagai sumber nutrien. Seiring dengan berkurangnya konsentrasi minyak dan berkurangnya substrat maka populasi bakteri ini
jumlahnya berkurang hingga hilang Sin 2001. Penanggulangan pencemaran minyak harus terkoordinasi dengan
melibatkan berbagai stakeholders yang meliputi pemerintah Administrator Pelayaran, Pelindo, Kementrian Lingkungan Hidup dan Dinas Perikanan,
pengusaha migas, operator kapal nakodakapten kapal, nelayan setempat, lembaga swadaya masyarakat LSM dan unsur masyarakat harus berkoordinasi
dalam menanggulangi pencemaran minyak di perairan. Koordinasi ini sangat penting dilakukan agar pencemaran yang terjadi dapat diatasi, dimana segenap
komponen bahu membahu saling mengisi kekurangan dan saling tukar informasi.
2.5 Pendekatan Sistem