Kesesuaian Wisata Selam Kesesuaian Kawasan untuk Wisata Pesisir
pantai dan waktu kunjungan terjadi pada hari-hari besar islam saja. Jenis makanan yang dikonsumsi berbahan baku utama padi 0.32 kgmakanorang dan ikan 0.29
kgmakanorang dengan frekuensi makan 3 kali sehari. Makanan yang dikonsumsi biasanya disediakan oleh tuan rumah tempat wisatawan tersebut
menginap. Penginapan yang digunakan adalah rumah pendudukguest house dengan lama berwisata rata-rata 4 hari 2 hari di perjalananpulang-pergi dan 2
hari di akomodasimenginap. Pemenuhan kebutuhan wisatawan seperti makanan kecil, oleh-oleh, dan
lain-lainnya, biasanya wisatawan dapatkan dengan berbelanja di pasar setempat dan toko-toko yang ada. Di Pulau Sepanjang terdapat 15 tempat yang bisa
dikunjungi untuk berbelanja BPS Kab. Sumenep 2010 dengan rata-rata kunjungan selama berwisata 2 kali.
Jenis kendaraan utama yang digunakan dalam berwisata adalah perahu karena aktivitas paling banyak adalah wisata selam, kemudian mangrove, pantai
dan melihat-lihat saja, sedangkan untuk mobilitas di daratan menggunakan sepeda motor dari penduduk. Rata-rata perjalanan wisatawan ke setiap objek yang
dikunjungi sejauh 5 kmhari, tetapi jika diukur panjang jalan yang ada menuju objek wisata dengan asumsi panjang jalan ini merupakan panjang potensial untuk
dilewati wisatawan adalah 51.36 km. Tidak ada fasilitas yang mendukung untuk kegiatan wisata, bahkan tempat
sampah juga tidak ada. Rata-rata sampah yang dibuang oleh wisatawan sebanyak 1.5 kgorang 1 kg sampah sisa makanan dan 0.5 kg sampah anorganik berupa
plastik, bahan logam, dan lain-lain yang umumnya dihasilkan pada saat melakukan perjalanan. Selain objek sumberdaya, tempat yang bisa dikunjungi
adalah tempat perbelanjaan, yaitu pasar tradisional dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan dan makanan kecil selama perjalanan, dan
melakukan aktivitas partisipan lain di masyarakat dengan rata-rata waktu 3 jam. Untuk jarak menuju Pulau Sepanjang setiap wisatawan beragam, tergantung
asal wisatawan tersebut, tetapi dalam hal ini yang didapatkan wisatawan paling jauh berasal dari Jabodetabek. Adapun jarak dan jenis kendaraan yang digunakan
wisatawan dari Jakarta menuju Pulau Sepanjang antara lain Jakarta-Surabaya 674 km pesawat terbang Surabaya-Kalianget 223 km bus, Kalianget-Pelabuhan
Kangean 265.54174 km kapal laut, Pelabuhan Kangean – Kayu Aruh 30.55652
km angkutan umum, Kayu Aruh-Pulau Sapeken 18.48793 km perahu dan Pulau Sapeken
– Pulau Sepanjang 17.16511 km perahu. Beberapa hiburan lain yang bisa dinikmati oleh wisatawan adalah melihat
aktivitas masyarakat. Salah satu yang sering dilihat oleh wisatawan adalah olahraga bola volley. Untuk kegiatan budaya wisatawan belum bisa
menikmatinya, karena aktivitas budaya tersebut hanya ada pada waktu-waktu tertentu dan belum dikelola untuk produk wisata. Dari hasil di atas, dapat dihitung
nilai touristic ecological footprint TEF di Pulau Sepanjang, hasil perhitungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 35.
Pada Tabel 36 dapat dilihat jumlah total TEF sebesar 0.162504 ha atau setiap wisatawan mengkonsumsi sumberdaya alam sebesar 0.162504 haorang.
Nilai ini masih terbilang relatif kecil, karena jenis wisata yang ada berbasis pada ekologi dan jenis kegiatan wisata yang ada sedikit, belum terkelola dan menjadi
produk utama yang dipasarkan. Tabel 35 Jumlah dan tipe komponen ecological footprint dari wisatawan Pulau
Sepanjang
Tipe Komponen EF ha
Ratio
Konsumsi Sumberdaya Food and Fibre
, ef
f
0.007808 4.80
Accommodation , ef
a
0.000858 0.53
Transport , ef
t
Pesawat 0.031813
19.58 Bus
0.007448 4.58
Kapal cepat 0.002390
1.47 Perahu motor
0.058828 36.20
Mobil 0.042779
26.32 Other
0.000925 0.57
Total 0.144182
88.73 Sightseeing
, ef
s
0.009140 5.62
Purchase , ef
p
0.000207 0.13
Entertainment , ef
e
0.000095 0.06
Total 0.162289
99.87 Wastes
Solid wastes , ef
w
0.000215 0.13
Total TEF 0.162504
100.00
Jika dilihat dari persentase dari setiap komponen yang dihitung, maka nilai konsumsi yang paling besar adalah komponen transportasi yaitu 88.73
0.144182 ha. Dibandingkan dengan wisatawan yang telah dikelola sebagai produk pasar, maka nilai ini masih cukup kecil, seperti yang ada di Shangri-La
sebesar 0.17250 ha Peng dan Guihua 2007 dan Adelaide sebesar 0.66 gha Agrawal et al. 2006. Hal ini dikarenakan jenis kendaraan yang digunakan
sebagai fasilitas wisata di Pulau Sepanjang masih tradisional dan jarak untuk mendapatkan objek wisata yang diharapkan tidak terlalu jauh dari tempat
menginap. Nilai yang terbesar kedua adalah sightseeing yaitu 5.62 0.009140 ha.
besarnya persentase ini disebabkan oleh jenis aktivitas wisata yang memakan energi yang besar yaitu selam dan penjelajahan pantai dan mangrove, meskipun
tidak ada fasilitas bangunan pendukung kegiatan ini. Yang ketiga adalah komponen food dan fibre sebesar 4.80 0.007808 ha. nilai ini diperkirakan
lebih besar 1.1851 kali dari masyarakat lokal dimana masyarakat lokal menghabiskan konsumsi beras sebanyak 25 kgbulan.
Nilai TEF yang ada, jika dibandingkan dengan biocapacity BCkapasitas lahan Pulau Sepanjang masih tergolong undershoot BC EF. Nilai total BC
yang terhitung adalah 25 958.91027 ha Tabel 36, lalu jika dibagi dengan nilai TEF maka nilai daya dukung Pulau Sepanjang mencapai 159 743 orang.
Tabel 36 Analisis daya dukung Pulau Sepanjang menggunakan ecological footprint
EF
Kategori Area ha
BC ha EF
hacapita Daya Dukung
Pulau BCEF capita
CroplandArable Land 26
110.9420
0.162504 159 743
Forest 7 881.51
12 909.91338 Grazing LandPasture
2 096 2 121.1520
Marine Inland Water 48 310.977
10 725.03689 Built-up Land
36.6 91.866
Jumlah 58 351.0870
25 958.91027
Nilai daya dukung pulau DDPl tersebut diasumsikan bahwa Pulau Sepanjang mampu menampung sebanyak 159 743 wisatawan untuk semua jenis
aktivitas wisata yang ada. Nilai ini digunakan sebagai penanda batas kemampuan
ekologi Pulau Sepanjang karena DDPl tersebut bisa ditingkatkan dengan teknologi dan penguatan ekspor-impor dari daerah lain untuk memenuhi
kebutuhan yang ada. DDPl yang dihitung dari EF jika dibandingkan dengan total nilai daya
dukung pemanfaatan wisata DDP dengan asumsi setiap hari jumlah wisatawan yang datang sesuai dengan DDP, maka jumlah total DDP menjadi 606 265
orangtahun, atau jika nilai EF yang merupakan daya dukung dalam satu tahun, apabila dijadikan nilai per hari, maka nilai DDPl menjadi 968 oranghari. Nilai
DDPl ini jauh lebih kecil dibanding DDP atau DDP lebih besar 3.80 kali DDPl. Selain itu, perlu dipertimbangkan kondisi eksisting yang ada. Walsh et al.
2010 menyatakan metode-metode yang ada memang butuh dibandingkan dengan analisis EF. Selain itu kesesuaian kondisi lokal sangat penting dan dibutuhkan
untuk kebenaran analisis dan agar lebih aplikatif. Hal ini bukan menjadi permasalahan bagi pengelolaan wisata, karena
wisatawan sendiri dalam melakukan wisata di Pulau Sepanjang tidak harus bermalam di Pulau Sepanjang, melainkan bisa bermalam di pulau-pulau
sekitarnya. Tetapi nilai DDPl dan DDP ini tetap menjadi patokan utama dalam mengontrol jumlah wisatawan agar sumberdaya Pulau Sepanjang tetap
berkelanjutan untuk pemanfaatan wisata dengan kenyamanan, ketenangan dan pengalaman wisatawan tetap tercapai.
4.8. Peluang dan Pengelolaan Pulau Sepanjang 4.8.1. Peluang Pengembangan Wisata dari Perspektif Wilayah
Pulau Sepanjang cukup memberikan peluang untuk dikembangkan sebagai daerah wisata baik dari ekologi dan sosial serta pemetaan internal daerah
sumberdaya – berdasarkan analisis kesesuaian dan ROS dan pemetaan
perubahan lingkungan eksternal yang meliputi analisis perubahan change, analisis pesaing competitor dan analisis pelanggan costumer. Pemetaan
perubahan lingkungan eksternal dapat dilihat sebagai berikut: