Analisis Recreation Opportunity Spectrum ROS

........................................ 15 konsumsi identifikasi komponen dan akses data adalah langkah penting untuk TEF. Setelah didapatkan nilai TEF, kemudian akan dibandingkan dengan nilai biocapacity kapasitas lahan BC untuk mendapatkan ukuran daya dukung pulau. Ewing et al. 2010 menyatakan bahwa menghitung BC dimulai dengan menjumlah total bioproduktivitas lahan yang ada. BC adalah ukuran agregat dari jumlah lahan yang ada, bobot dari produktivitas lahan tersebut. BC mewakili kemampuan biosphere untuk menghasilkan tanaman, peternakan padang rumput, produk kayu hutan dan ikan. BC juga termasuk seberapa banyak kapasitas regeneratif ini ditempati oleh infrastruktur lahan bangunan. Singkatnya, BC mengukur kemampuan area daratan dan lautan untuk menyediakan jasa ekologi. Untuk batas lautan digunakan batasan secara administrasi yaitu 4 mil dari daratan Yonvitner 2007. BC dapat dihitung menggunakan rumus berikut Ewing et al. 2010: dimana: A = tersedianya area untuk tipe penggunaan lahan YF = Yield Factor EQF = Equivalence Factor Tabel 20 Yield dan Equivalence Factors tipe penggunaan lahan Tipe Penggunaan Lahan Yield Factor 1 Equivalence Factor 2 ghaha 1. CroplandArable Land 2. Forest 3. Grazing LandPasture 4. Marine and Inland Water 5. Built-up Land 1.7 1.3 2.2 0.6 1.0 2.51 1.26 0.46 0.37 2.51 Sumber: 1 Lanzen dan Murray 2001; 2 Ewing et al. 2010 Analisis carrying capacity CC dengan menggunakan pendekatan EF, dimana perhitungan EF adalah bagian dari kategori lahan built-up dan kesesuaian lahan langsung untuk infrastruktur, bukan pada dasar penggunaan lahan aktual atau data tutupan lahan, tapi diawali dari konsumsi sumberdaya oleh suatu populasi yang spesifik dalam unit massa Hubacek dan Giljum 2002; Yonvitner 2007. Sehingga daya dukung dapat dihitung dengan persamaan: dimana: CC = Carrying Capacity pulau kapita BC = Biocapacity lokal ha EF = Ecological Footprint lokal hakapita ........................................ 16

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Umum Pulau Sepanjang

Secara administrasi Pulau Sepanjang berada dalam koordinasi Pembantu Bupati yang berada di Arjasa dengan wilayah kerja Kecamatan Sapeken dan bisa ditempuh dengan sarana transportasi laut Retraubun dan Atmini 2004; Bappeda 2009. Pulau Sepanjang terbagi atas dua desa yaitu Desa Sepanjang di sebelah barat dan Desa Tanjung Kiaok di sebelah timur. Desa Sepanjang dengan luas 73.4370 km 2 terdiri 2 dusun, 7 Rukun Warga RW dan 25 Rukun Tetangga RT. Untuk Desa Tanjung Kiaok, memiliki luas 26.9640 km 2 dan terdiri dari 2 dusun 3 RW dan 12 RT Kecamatan Sapeken dalam Angka 2010. Berdasarkan Peraturan Bupati Sumenep nomor 8 tahun 2010, Pulau Sepanjang telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah seluas 24 072.3 ha 7 262.4 ha kawasan pemanfaatan intensif, 823.3 ha kawasan penyangga dan 15 986.6 ha kawasan konservasi. Penetapan Perbub ini didasarkan pada hasil kajian DKP Propinsi Jawa Timur pada tahun 2006. Beberapa hal yang sangat disayangkan didalam penetapannya, tidak mencakup wilayah darat, padahal diketahui bahwa pemanfaatan di darat yang tidak ramah lingkungan akan berdampak pada wilayah laut sehingga mengganggu KKLD, apalagi saat ini pengelola KKLD belum dibentuk. Saat ini, untuk menuju Pulau Sepanjang masih harus menggunakan alat transportasi laut. Dari Pelabuhan Kalianget Sumenep, membutuhkan waktu 8-11 jam menuju Kangean dengan menggunakan kapal Sumekar, jika menggunakan kapal cepat ekspress bahari waktu tempuh hanya 3-4 jam. Dari kangean, harus menuju Sapeken dengan menggunakan perahu ojek dengan waktu tempuh 1-2 jam dan dari Sapeken baru menuju Pulau Sepanjang dengan perahu ojek selama 1-2 jam. Perahu ojek ini ada setiap hari, tetapi untuk kapal menuju Kangean tidak setiap hari disetiap jenis kapalnya. Selain dari Sumenep, menuju Sapeken bisa melalui Banyuwangi dengan menggunakan kapal perintis.