Tabel 37 Analisis TOWS wisata Pulau Sepanjang
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Kelemahan W 1. Transportasi terbatas
2. Jarak tempuh cukup jauh
3. SDM masih rendah 4. Belum tersedianya
akomodasi
Kelebihan S 1. SDA melimpah
2. Aset wisata yang potensial
3. Kebijakan mendukung 4. Sosial budaya
masyarakat terbuka 5. Keamanan terjamin
Ancaman T 1. Adanya pesaing
2. Rusaknya aset wisata 3. Pengaruh sosial budaya
Strategi WT 1. Meningkatkan sarana
dan prasarana transportasi dan
akomodasi sebagai bentuk pelayanan
terhadap TTI-TDO
2. Melakukan pengelolaan aset wisata
utamanya dalam hal pengawasan
3. Meningkatkan kualitas SDM baik dengan
pendidikan formal dan pendidikan non formal
Strategi ST 1. Mengupayakan pasar
dengan melakukan promosi tentang
kelimpahan SDA dan potensi wisata yang
dimiliki
2. Pengelolaan SDA sesuai dengan payung
hukum yang berlaku 3. Menumbuhkan
atmosfer wirausaha di lingkungan masyarakat
Peluang O 1. Terbukanya peluang
investasi 2. Potensi peningkatan
PAD
Strategi WO 1. Menambah frekuensi
jadwal dan jumlah armada kapal cepat
2. Membangun sarana prasarana sosial dan
wisata
Strategi SO 1. Menetapkan kawasan
kedalam rencana pembangunan daerah
sebagai daerah wisata 2. Membuka ruang
investasi secara terbuka dan mengupayakan
keamanan dan kenyamanan investasi
agar dapat menarik TTI-TDO dengan
promosi
Dukungan masyarakat akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pelanggan yang datang ke Pulau Sepanjang. Dukungan ini juga dengan sendirinya
akan berpengaruh positif terhadap masyarakat sehingga kelemahan internal seperti SDM dengan sendirinya bisa diatasi, karena akan menjadi kebutuhan tersendiri
bagi masyarakat di Pulau Sepanjang. Keuntungan yang nantinya akan diterima oleh masyarakat dengan adanya wisata juga akan mengurangi ketergantungan
masyarakat akan sumberdaya pesisir dan laut dalam bentuk barang, sedangkan
jasa lingkungan yang diterima akan membuat masyarakat lebih memelihara sumberdaya dengan baik.
4.8.2. Pengelolaan Wisata Pulau Sepanjang
Sub bab ini sebenarnya ingin merangkum pengelolaan yang dihasilkan dari setiap alat-alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Dahuri 2001
menyebutkan bahwa terdapat beberapa metodeteknik untuk pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, diantaranya 1 Menetapkan batas-batas boundaries
baik vertikal maupun horizontal terhadap garis pantai coastal line, wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan a management unit, 2 Menghitung
luasan, 3 Mengalokasi atau melakukan pemintakatan zonation wilayah pesisir tersebut menjadi 3 zona utama, yaitu : a preservasi, b konservasi, c
pemanfaatan. Selain itu, diperlukan juga pengaturan lahan secara komprehensif dan tepat sesuai dengan peruntukan serta tidak melebihi daya dukung Adrianto
2005. Pada setiap hasil analisis, dapat diambil langkah pengelolaan yang bisa
dilakukan di Pulau Sepanjang. Pengelolaan Wisata Pulau Sepanjang untuk pemanfaatan wisata sebaiknya dilakukan di kawasan yang sesuai, baik itu dari
indeks kesesuaian dan ROS. Ini dilakukan agar pemanfaatan yang dilakukan bisa memberikan kepuasan bagi wisatawan, tidak mengganggu aktivitas pemanfaatan
lain dan tidak merusak kondisi ekologi lain yang terkait di sekitarnya. Langkah kedua adalah membatasi pemanfaatan sesuai dengan daya dukung
pemanfaatan yang sudah diukur dari luas kawasan sesuai dan Touristic Ecological Footprint
TEF. Selain agar wisatawan mendapatkan kepuasan, kenyamanan dan ketenangan dalam berwisata, hal ini dilakukan agar keberadaan sumberdaya yang
dimanfaatkan tetap lestari dan bisa berkelanjutan. Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun tergantung dari kondisi
biologis, ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia terhadap sumberdaya alam. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun, baik diakibatkan oleh kegiatan
manusia maupun gaya-gaya alamiah natural forces, seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan
wilayah secara tepat proper, masukan teknologi dan impor perdagangan Dahuri 2001.
Pengukuran daya dukung dilakukan dengan dua pendekatan karena persoalan lingkungan PPK dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
permasalahan lingkungan secara umum common environmental problems seperti limbah lokal, persoalan perikanan, kehutanan, penggunaan lahan dan persoalan
hak ulayat pulau, dan persoalan lingkungan lokal local environmental problems seperti kekurangan air tawar, hilangnya tanah baik secara fisik maupun kualitas,
limbah padat dan bahan kimia beracun dan problem spesies langka Adrianto 2005.
Rusaknya sumberdaya untuk pemanfaatan akan berdampak pada buruknya kondisi lingkungan dan kelangkaan sumberdaya. Jika hal ini terjadi maka
kemungkinan adanya pemanfaatan yang merusak dan konflik antar masyarakat bisa terjadi dan tujuan pensejahteraan ekonomi masyarakat otomatis tidak akan
tercapai. Dengan demikian, Yulianda 2007 mengungkapkan suatu konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar yang meliputi:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat
akan pentingnya konservasi. 3. Pendapatan langsung untuk kawasan; retribusi atau pajak konservasi
conservation tax dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan. 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar
terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan. 5. Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi
sehingga mendorong untuk menjaga kelestarian kawasan. 6. Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan ekonomi
sehingga terdorong untuk menjaga keserasian dan keaslian alam. 7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan
fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan. 8. Kontribusi pendapatan bagi negara pemerintah daerah dan pusat.
Langkah yang terakhir adalah melakukan pengaturan pajak untuk mengurangi permasalahan ekonomi di Pulau Sepanjang. Hal ini dilakukan agar
pengelolaan dapat berjalan dengan baik dan bisa mengatasi permasalahan- permasalahan PPK seperti yang dikemukakan oleh Adrianto 2005 yaitu
keterbatasan ekonomi wilayah PPK terkait dengan ukuran fisik smallness antara lain keterbatasan sumberdaya alam, ketergantungan terhadap komponen impor,
terbatasnya substitusi impor bagi ekonomi pulau, kecilnya pasar domestik, ketergantungan terhadap ekspor dengan tingkat spesialisasi tinggi, terbatasnya
kemampuan untuk menentukan skala ekonomi, keterbatasan kompetisi lokal dan persoalan yang terkait dengan administrasi publik.
5. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa ditarik dalam penelitian ini adalah: 1. Tingkat pemanfaatan sumberdaya masih rendah dan pengelolaan terhadap
sumberdaya belum optimal. Pemanfaatan yang ada meliputi penangkapan ikan dengan pancing dan budidaya rumput laut, sedangkan untuk pengelolaan yang
dilakukan adalah dengan menetapkan kawasan perairan Pulau Sepanjang sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD tahun 2010 tetapi belum
dibentuk unit pelaksana teknisnya, sehingga penetapan kawasan tersebut belum memberikan fungsi dan manfaat terhadap sumberdaya yang ada.
2. Pulau Sepanjang memiliki sumberdaya yang sesuai untuk wisata pantai kategori rekreasi dengan panjang 26.35 km, wisata mangrove seluas 3 578.42
ha, wisata lamun seluas 1 451.45 ha, wisata snorkeling seluas 381.59 ha dan wisata selam seluas 243.72 ha. Pulau Sepanjang cukup berpeluang untuk
dikembangkan untuk wisata. Dari analisis Recreation Opportunity Sepectrum ROS, Pulau Sepanjang bisa memberikan banyak pilihan pengalaman wisata
bagi wisatawan, mulai dari kawasan yang dekat dengan akses dan masyarakat sampai dengan daerah yang jauh dari akses dan masyarakat. Hasil analisis
ROS juga mengkelaskan kawasan Pulau Sepanjang kedalam 6 kategori, yaitu kawasan urban, rural, frontcountry, backcountry, remote dan wilderness, dan
dari 6 kategori kawasan tersebutlah yang bisa memberikan peluang pengembangan wisata dengan berbagai jenis pengalaman wisata. Peluang ini
juga didukung dengan adanya kebijakan yang memprioritaskan Pulau Sepanjang untuk wisata, hal ini terlihat dalam rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Sumenep. 3. Nilai daya dukung sumberdaya Pulau Sepanjang yang sesuai untuk
dimanfaatkan sebagai wisata, diantaranya adalah wisata pantai dengan potensi ekologis 26.35 km dan daya dukung pemanfaatan DDP 105 oranghari,
wisata mangrove dengan potensi ekologis 30.93 km dan DDP 247 oranghari, wisata lamun dengan potensi ekologis 1451.45 ha dan DDP 5 806 oranghari,
wisata snorkeling dengan potensi ekologis 381.59 ha dan DDP 1 526