4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Umum Pulau Sepanjang
Secara administrasi Pulau Sepanjang berada dalam koordinasi Pembantu Bupati yang berada di Arjasa dengan wilayah kerja Kecamatan Sapeken dan bisa
ditempuh dengan sarana transportasi laut Retraubun dan Atmini 2004; Bappeda 2009. Pulau Sepanjang terbagi atas dua desa yaitu Desa Sepanjang di sebelah
barat dan Desa Tanjung Kiaok di sebelah timur. Desa Sepanjang dengan luas 73.4370 km
2
terdiri 2 dusun, 7 Rukun Warga RW dan 25 Rukun Tetangga RT. Untuk Desa Tanjung Kiaok, memiliki luas
26.9640 km
2
dan terdiri dari 2 dusun 3 RW dan 12 RT Kecamatan Sapeken dalam Angka 2010.
Berdasarkan Peraturan Bupati Sumenep nomor 8 tahun 2010, Pulau Sepanjang telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah seluas 24
072.3 ha 7 262.4 ha kawasan pemanfaatan intensif, 823.3 ha kawasan penyangga dan 15 986.6 ha kawasan konservasi. Penetapan Perbub ini didasarkan pada hasil
kajian DKP Propinsi Jawa Timur pada tahun 2006. Beberapa hal yang sangat disayangkan didalam penetapannya, tidak mencakup wilayah darat, padahal
diketahui bahwa pemanfaatan di darat yang tidak ramah lingkungan akan berdampak pada wilayah laut sehingga mengganggu KKLD, apalagi saat ini
pengelola KKLD belum dibentuk. Saat ini, untuk menuju Pulau Sepanjang masih harus menggunakan alat
transportasi laut. Dari Pelabuhan Kalianget Sumenep, membutuhkan waktu 8-11 jam menuju Kangean dengan menggunakan kapal Sumekar, jika menggunakan
kapal cepat ekspress bahari waktu tempuh hanya 3-4 jam. Dari kangean, harus menuju Sapeken dengan menggunakan perahu ojek dengan waktu tempuh 1-2 jam
dan dari Sapeken baru menuju Pulau Sepanjang dengan perahu ojek selama 1-2 jam.
Perahu ojek ini ada setiap hari, tetapi untuk kapal menuju Kangean tidak setiap hari disetiap jenis kapalnya. Selain dari Sumenep, menuju Sapeken bisa
melalui Banyuwangi dengan menggunakan kapal perintis.
Tabel 21 Sarana transportasi laut yang bisa digunakan menuju Pulau Sepanjang
No. Kapal
Ke Kangean Ke Sumenep
1. Ekspress Bahari 1. Senin
2. Kamis 3. Sabtu diteruskan ke
Sapeken 1. Selasa
2. Jum’at
3. Minggu bisa langsung dari Sapeken
2. Sumekar Line 1. Minggu
2. Selasa 3.
Jum’at 1. Senin
2. Rabu 3. Sabtu
3. Perintis Jadwal kapal perintis sabuk nusantara tidak menentu karena
banyak rute yang dilalui. Salah satu rute tujuan dan keberangkatannya adalah Banyuwangi
Sumber: Wawancara terhadap pengelola Pelabuhan Kalianget – Sumenep 2011
4.2. Kondisi Geofisik Pulau Sepanjang
Pulau Sepanjang merupakan pulau kontinental yang masuk dalam gugusan Kepulauan Kangean. Pulau yang terletak di
07° 10’ 00” LS dan 115° 49’ 00” BT memiliki luas ± 100.4010 km
2
BPS Kabupaten Sumenep 2010; Perbup Sumenep nomor 11 tahun. 2006 dengan topografi yang cukup rata ketinggian maksimum
hanya 9 m dpl mempunyai ekosistem yang khas Suhardjono dan Rugayah 2007. Berdasarkan tinjauan genesis pembentukan pulau, Pulau Sepanjang
termasuk pulau karang dengan batuan gamping. Dimana proses pembentukannya berasal dari karang yang terangkat ke permukaan dengan bahan pembentuk
tersusun atas bahan endapan piroklastik dan ignimbrit berumur kuarter. Ciri yang mempertegas adalah Pulau Sepanjang dikelilingi oleh terumbu karang.
Geomorfologi pulau bagian selatan terdiri dari pegunungan lipatan berupa artikanal. Material dasar berkapur dan didominasi oleh gromusol yang memiliki
unsur kalsium Ca yang tinggi. Sedangkan bagian utara terdiri dari kelompok alluvial yang dicirikan dengan adanya pola teluk DKP Jatim 2006.
Kondisi yang demikian membuat produktivitas oligotrofik dan daya tampung keanekaragaman Pulau Sepanjang tinggi. Selain itu hal ini yang
membuat tidak adanya sungai, sumber air tawar berasal dari air tanah di lensa- lensa yang terbatas ukurannya dan rawan penyusutan air laut. Masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan air tawar dengan menggali sumur.
4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Sepanjang
Pulau Sepanjang yang terbagi atas dua desa yaitu Desa Sepanjang dan Desa Tanjung Kiaok memiliki jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 7 883 jiwa
dengan tingkat kepadatan 78.52 jiwakm
2
Kecamatan Sapeken dalam Angka 2010 Tabel 22. Masyarakat di Pulau Sepanjang terdiri dari 3 suku, yaitu suku
Bajo, Mandar dan Madura dan 100 beragama Islam. Walaupun masuk dalam kepulauan di Madura, tetapi mayoritas masyarakatnya bersuku Bajo.
Tabel 22 Jumlah penduduk
Desa Rumah
Tangga Laki-
laki Perempuan Jumlah
Sex Ratio
Kepadatan
Sepanjang 1 458
2 408 2 513
4 921 95.82
67.01 Tanjung Kiaok
863 1 487
1 475 2 962
100.81 109.85
Pulau Sepanjang 2 321
3 895 3 988
7 883 97.66
78.52 Sumber: Kecamatan Sapeken dalam angka BPS Kab. Sumenep 2010
Tingkat pendidikan masyarakat Pulau Sepanjang tergolong cukup rendah, hanya terdapat 10 orang sarjana dan 41 orang lulusan SMU Tabel 23. Hal ini
merupakan salah satu faktor kurang berkembangnya pembangunan wilayah di Pulau Sepanjang. Meskipun demikian masyarakat Pulau Sepanjang memiliki
tingkat keterbukaan yang besar terhadap teknologi dan budaya baru, ini karena tingginya mobilitas masyarakat untuk berinteraksi dengan daerah luar.
Tabel 23 Tingkat pendidikan masyarakat Pulau Sepanjang
Desa Jenjang Pendidikan
Jumlah SD
SMP SMU
Perguruan Tinggi
Sepanjang 2 313
48 28
7 2 396
Tanjung Kiaok
1 143 31
13 3
1 190
Jumlah 3 456
79 41
10 3 586
Sumber: Kecamatan Sapeken dalam Angka BPS Kab. Sumenep 2010
Kedua desa yang ada di Pulau Sepanjang cukup berbeda kondisi sosial masyarakatnya. Desa Sepanjang mayoritas masyarakatnya banyak bergantung
pada sektor pertanian dan perkebunan, sedangkan Desa Tanjung Kiaok mayoritas bergantung pada sektor perikanan. Jenis pemanfaatan lahan pulau terbagi dua
kriteria, yaitu lahan sawah dan lahan kering. Pemanfaatan sawah hanya ada di
Desa Sepanjang, sedangkan untuk di Desa Tanjung Kiaok tidak ada yang mengusahakan sawah, semuanya masuk dalam pemanfaatan lahan kering seperti
tegalan, kebun, dan lain-lain. Luas dari setiap jenis penggunaan lahan di Pulau Sepanjang berdasarkan data desa dapat dilihat pada Tabel 24.
Disektor pertanian, produk yang dihasilkan berupa buah kelapa, kayu kelapa, jambu mente, jagung dan pisang. Produk pertanian tersebut peredarannya
hanya di sekitar pulau, kecuali pisang yang dijual ke Bali dan Banyuwangi. Ini karena produk dari pertanian yang dihasilkan masih sedikit, bahkan masih dirasa
kurang, dengan kata lain pemanfaatan sumberdaya yang ada masih belum maksimal dan optimal. Untuk mengatasi kekurangan bahan pangan yang
dibutuhkan, masyarakat membeli dari luar pulau. Tabel 24 Jenis dan luas penggunaan lahan
Desa Lahan
Basah ha Jenis Penggunaan Lahan Kering ha
Total Sawah
Bangunan, halaman
sekitar Tegal
Kebun Ladang
Tanaman Kayu-
kayuan Lainnya
Jumlah
Sepanjang 26
25 1 855
900 4 537.7020
7 317.7020 7 343.7020
Tanjung Kiaok 11.60
241 2 443.8080
2 696.4080 2 696.4080
Jumlah 26
36.60 2 096
900 6 981.51
10 014.11 10 040.11
Sumber: Kecamatan Sapeken dalam Angka BPS Kab. Sumenep 2010
Sumber: Survei Lapang 2011
Gambar 14 Suasana Desa Sepanjang dan Desa Tanjung Kiaok Selain produk pertanian, masyarakat juga memanfaatkan kayu mangrove.
Kayu mangrove dijual dengan harga Rp500,-batang dengan ukuran diameter 10 cm dan panjang 50 cm. Umumnya kayu mangrove dengan ukuran ini digunakan
untuk kayu bakar karena dianggap lebih panas dan tahan lama.
Disektor perikanan, masyarakat tidak banyak bergantung pada penangkapan. Penangkapan yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan menggunakan alat tangkap pancing. Rata-rata setiap nelayan mendapatkan 70 ekor ikan setiap harinya. Ikan dijual ke masyarakat sekitar
dengan harga Rp20.000,-7 ekor ikan. Ikan yang banyak dijadikan target tangkapan adalah ikan karang, utamanya kerapu sunu.
Sumber: Survei Lapang 2011
Gambar 15 Jenis, teknik dan kawasan budidaya rumput laut Pulau Sepanjang Sektor perikanan yang intensif diusahakan oleh masyarakat adalah rumput
laut dari jenis Eucheuma cottoni. Metode budidaya yang digunakan oleh masyarakat menggunakan metode long line. Usaha budidaya rumput laut ini
terpusat di Desa Tanjung Kiaok yang langsung dikoordinir oleh kepala desanya. Harga rumput laut kering dijual dengan harga sekitar Rp8.000,-kg dengan rata-
rata hasil tiap panen mencapai 50 kgmusim tanam. Mengingat harga jual di Kabupaten Sumenep terbilang rendah oleh masyarakat, maka masyarakat dengan
kepala desa sebagai pengepulnya dijual langsung ke Semarang dengan harga Rp12.000,-kg berat kering.
Masyarakat umumnya membeli bahan-bahan kebutuhan dari Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Banyuwangi dan Bali, tetapi masyarakat lebih
banyak membeli dari Banyuwangi. Tingginya interaksi dengan Kabupaten Banyuwangi dikarenakan harganya lebih murah, banyak biaya yang harus
dikeluarkan jika berbelanja di Kabupaten Sumenep. Selain itu, masyarakat menyebutkan jarak dari pelabuhan Banyuwangi menuju pasar lebih dekat
dibandingkan di Sumenep. Interaksi ini terjadi hampir untuk semua barang yang
dibutuhkan kecuali Bahan Bakar Minyak BBM, ini karena adanya aturan mengikat tentang perdagangan BBM yang diharuskan dalam satu wilayah regional
kabupaten.
Sumber: Survei Lapang 2011
Gambar 16 Lahan pertanian dan sarana nelayan untuk menangkap ikan dengan memancing dan menanam rumput laut
Tabel 25 Jenis dan jumlah kendaraan yang digunakan di Pulau Sepanjang
Jenis Kendaraan Desa Sepanjang
Desa Tanjung Kiaok Jumlah
Truk 1
- 1
Pick up 10
1 11
Sepeda motor 163
38 201
Sepeda 79
50 129
Perahu 2
1 3
Perahu motor 9
3 12
Perahu tangkap 61
116 177
Perahu tangkap motor 94
162 256
Sumber: Kecamatan Sapeken dalam angka BPS Kab. Sumenep 2010
Peningkatan ekonomi masyarakat tidak bisa lepas dari adanya sarana prasarana pendukung. Sarana prasarana pendukung yang paling berperan terutama
untuk distribusi barang adalah sarana jalan dan prasarana kendaraan. Keberadaan prasarana di Pulau Sepanjang sangat terbatas, walaupun sudah terdapat jalan
dengan lebar 4 m, tetapi masih belum banyak keberadaan tipe kendaraan besar roda 4. Sehingga distribusi barang memakan waktu yang lama dan kapasitas
angkutnya terbatas. Hal ini yang menyebabkan harga dari barang dan jasa di pulau menjadi mahal.
Sumber: Survei Lapang 2011
Gambar 17 Sarana dan prasarana distribusi barang di Pulau Sepanjang Permasalahan lain yang membuat ekonomi masyarakat pulau kurang
berkembang adalah belum adanya listrik dari Perusahaan Listrik Negara PLN, baik dari tenaga diesel maupun jenis pembangkit lainnya. Masyarakat memenuhi
kebutuhan listrik dengan menggunakan diesel kecil pribadi, tetapi ini masih sangat terbatas. Selain hanya digunakan pada malam hari, diesel-diesel yang dimiliki
hanya mampu mengaliri beberapa rumah saja.
4.4. Kondisi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pulau Sepanjang
Pulau Sepanjang memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar baik di perairan maupun terestrial. Sumberdaya yang dimiliki di perairan meliputi pantai,
ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Sedangkan untuk terestrial, Pulau Sepanjang memiliki sumberdaya hutan khususnya jati,
perkebunan kelapa, pertanian, hewan langka, dan lain-lain. Pemanfaatan sumberdaya pesisir di Pulau Sepanjang masih tergolong
sedikit dan ramah lingkungan. Masyarakat hanya melakukan penangkapan ikan, budidaya rumput laut dan kayu mangrove untuk kayu bakar sebagai kebutuhan
mereka sehari-hari. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan hanya menggunakan
pancing dan jaring yang dipasang di pinggir pantai. Jaring yang digunakan tidak pasif, melainkan aktif dengan ditarik beberapa orang yang bertujuan menggiring
ikan menuju pantai atau yang lebih dangkal agar ikan lebih mudah ditangkap. Sedangkan untuk budidaya rumput laut, petani menggunakan metode long line.
Adapun kawasan penangkapan dan budidaya dapat dilihat pada Gambar 18.
Bentuk pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat Pulau Sepanjang mengindikasikan masih baiknya kondisi sumberdaya Pulau Sepanjang dengan
tingkat pemanfaatan yang rendah. Adrianto 2005 menyatakan bahwa kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan bom dan racun dan penambangan
karang untuk bahan bangunan merupakan indikasi umum terjadinya penurunan kualitas sumberdaya perikanan dan lingkungan laut di pulau kecil.
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan akses masyarakat terhadap sumberdaya. Masyarakat Pulau Sepanjang memanfaatkan sumberdaya hanya di
sekitar area pemukiman saja, baik sumberdaya darat dan laut di sekitar perairan dangkal. Ini menandakan sumberdaya yang ada di Pulau Sepanjang masih dalam
kondisi baik dan terjaga. Sumberdaya yang ada masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, karena jika sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,
kecenderungan masyarakat akan mencari daerah pemanfaatan yang lebih jauh bahkan jika perlu merantau ke daerah lain maupun ke negara lain.
Kondisi sumberdaya yang masih baik tersebut tidak lepas dari ancaman kerusakan. Beberapa ancaman yang bisa terjadi adalah oil spill, karena Pulau
Sepanjang merupakan salah satu pulau daerah eksplorasi Kangean Energi Indonesia KEI Ltd., dan ini pernah terjadi pada tanggal 28 Agustus 2010.
Kerusakan yang ditimbulkan telah merusak kondisi pantai dan ekosistem di sekitarnya. Bukan hanya itu, ledakan yang ditimbulkan telah merusak rumah
penduduk Republika 2010. Kedua adalah penambangan karang, walaupun tidak dilakukan oleh
masyarakat Pulau Sepanjang, penambangan karang sudah mulai terjadi di sekitar Pulau Sapeken dan Paliat. Ini erat kaitannya dengan kebutuhan material untuk
bahan bangunan yang terus meningkat. Selain penambangan, juga ada ancaman pengeboman. Menurut beberapa
stakeholders , kejadian ini sudah mulai berkurang karena masyarakat mulai merasa
ikan mulai berkurang, adanya beberapa kecelakaan dan penangkapan oleh petugas polisi air. Daerah yang menjadi tempat daerah pengeboman di sekitar perairan
Pulau Saredeng Kecil dan Saredeng Besar, tepat di atas Pulau Sepanjang dan Zona Inti KKLD.
85
Gambar 18 Kawasan pemanfaatan sumberdaya pesisir
Ancaman ketiga adalah penebangan mangrove. Saat ini penebangan mangrove memang sudah ada, tetapi skalanya masih kecil karena hanya untuk
kayu bakar, sehingga masih dianggap belum mengancam. Meskipun demikian, hal ini memungkinkan untuk menjadi besar dan mengancam mangrove jika dibiarkan
terus menerus dan melebihi daya dukung lingkungan mangrove untuk melakukan peremajaan.
Salah satu bentuk perlindungan yang dilakukan saat ini adalah memasukkan beberapa kawasan mangrove sebagai kawasan hutan lindung yang dikelola oleh
Perum Perhutani. Sehingga masyarakat yang melakukan penebangan mangrove secara liar dapat ditindak karena adanya aturan yang mengikat dan aparatur yang
bertanggung jawab.
Sumber: Penambangan Karang – Survei Lapang 2011; Kebakaran Kapal Tanker –
Republika 2010
Gambar 19 Kebakaran kapal tanker di perairan Pulau Sepanjang dan penambangan karang oleh masyarakat di sekitar kepulauan
Ancaman yang terakhir adalah sampah. Selama survei yang dilakukan, tidak ditemukannya tempat pembuangan akhir dari sampah. Masyarakat membuang
sampah ke laut begitu saja tanpa melakukan pengolahan sampah terlebih dahulu agar mudah diurai oleh lingkungan. Selain mencemari ekosistem yang ada,
sampah dapat mengurangi keindahan lingkungan.