Tabel 8 Titik stasiun pengamatan kondisi pantai
Stasiun Bujur
Lintang
1 115
47.059 7
11.035 2
115 45.359
7 10.349
3 115
44.509 7
09.070 4
115 48.122
7 08.877
5 115
54.288 7
06.141 Sumber: Data Lapang 2011
2. Mangrove
Penentuan pengamatan stasiun-stasiun pengamatan didasarkan atas keterwakilan zonasi mangrove. Pengamatan ini akan menggunakan 5 stasiun yang
disesuaikan dengan zonasi mangrove di lokasi penelitian. Pada tiap stasiun terdapat 3 petak plot pengambilan sampel menggunakan transek kuadrat 10 x 10
m. Pemilihan lokasi stasiun didasarkan atas pertimbangan Bengen 2000:
1. Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus mewakili wilayah kajian, dan juga harus dapat mengindikasikan atau mewakili setiap
zona mangrove yang terdapat di wilayah kajian. 2. Pengamatan secara konseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian.
Prosedur pengamatan kondisi ekosistem mangrove dalam penelitian ini dapat dilihat di Lampiran 1.
Tabel 9 Titik stasiun pengamatan ekosistem mangrove
Stasiun Bujur
Lintang
1 115
44.584’ 7
09.110’ 2
115 45.359’
7 10.349’
3 115
48.098’ 7
08.910’ 4
115 48.121’
7 08.8
79’ 5
115 53.947’
7 06.345’
Sumber: Data Lapang 2011
3. Lamun
Metode pengambilan contoh lamun menggunakan metode yang dikembangkan oleh Setyobudiandi et al. 2009. Pengambilan contoh lamun
digunakan penghitungan kerapatan lamun dengan transek kuadrat berukuran 50 x 50 cm dan transek garis sepanjang 50-100 m. Letak dari transek sangat
menentukan, stasiun pengambilan contoh diawali dengan menentukan letak dari transek garis yang telah ditentukan dan dicatat letaknya.
Stasiun dimulai dari daerah yang paling dekat dengan pantai dan mencatat titik pertama dimulai dengan bantuan GPS Global Positioning System,
sedangkan stasiun kedua, ketiga dan seterusnya mempunyai jarak yang sama dan letaknya paralel mengikuti arah transek garis tegak lurus ke laut. Jarak antar
stasiun ini disesuaikan dengan tipe komunitas lamun, apabila mempunyai jenis yang beragam hendaknya jaraknya dipersempit kurang lebih 5 m, sedangkan
apabila jenisnya homogen jarak yang digunakan 15-20 m. Titik transek kuadrat sedikitnya harus dilakukan 3 kali pada tiap-tiap stasiun
yang letaknya tegak lurus dengan garis pantai. Pengambilan contoh titik ini akan semakin banyak pada setiap stasiunnya apabila sebaran lamun memanjang sampai
ke laut. Prosedur pengamatan kondisi ekosistem lamun dalam penelitian ini dapat dilihat di Lampiran 3.
Tabel 10 Titik stasiun pengamatan ekosistem lamun
Stasiun Bujur
Lintang
1 115
44.548’ 7
09.058’ 2
115 48.397’
7 08.536’
3 115
54.081’ 7
06.131’ Sumber: Data Lapang 2011
4. Terumbu Karang
Data kondisi terumbu karang merupakan data sekunder yang diambil dari monitoring tiga tahunan Energi Mega Persada Kangean EMP Kangean Ltd. yang
saat ini menjadi Kangean Energy Indonesia KEI Ltd. Dalam hal ini data diambil dari tahun terbaru yaitu tahun 2008.
Data yang didapatkan dari setiap titik pengamatan, kemudian dimasukkan kedalam data citra untuk membantu interpretasi dan membangun data kondisi
terumbu karang. Selain itu data-data yang ada juga di cross cek di lapangan dengan metode pengamatan visual.
Stasiun pengamatan yang dilakukan oleh KEI tahun 2008 sebanyak 28 stasiun dengan metode transek kuadrat, Line Intersept Transect LIT dan manta
tow . Stasiun-stasiun pengamatan terumbu karang secara terperinci terdapat pada