Terumbu Karang Kondisi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pulau Sepanjang

104 Gambar 29 Peta kesesuaian kawasan wisata pantai kategori rekreasi Sumber: Survei Lapang 2011 Gambar 30 Kondisi pantai Pulau Sepanjang kategori sesuai Aktivitas yang dapat dilakukan pada kawasan wisata pantai mulai dari darat sampai tubir adalah aktivitas berjemur, bersantai, melihat pemandangan, olah raga pantai dan berperahu. Salah satu daerah yang sesuai dan telah dijadikan untuk wisata pantai adalah di Pantai Tembing karena dianggap memiliki panorama yang indah oleh masyarakat di kepulauan, tetapi sayangnya hanya wisatawan sekitar pulau dan dinikmati hanya pada hari besar islam saja seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha, hari raya ketupat dan lain-lain. Pasir putih, panorama yang indah, tidak adanya abrasi pantai dan belum tercemarnya perairan pantai merupakan peluang untuk dikembangkannya wisata pantai kepulauan di Pulau Sepanjang. Bukan hanya untuk masyarakat Pulau Sepanjang tetapi wisatawan dari luar pulau. Potensi ini juga dapat dijadikan sebagai pilihan pengalaman bagi wisatawan, sehingga tidak terfokus pada satu jenis wisata saja. Hasil panjang pantai yang tergolong sesuai, dapat dihitung daya dukung pantai untuk dapat menampung wisatawan. Daya dukung pemanfaatan DDP wisata rekreasi pantai Pulau Sepanjang sebanyak 105 orang per hari. DDP pantai ini sangat sulit untuk ditingkatkan karena faktor pembatasnya adalah fisik pantai itu sendiri. Bahkan dari hasil analisis yang menunjukkan tidak adanya kategori kelas Sesuai Bersyarat SB menandakan sulitnya toleransi fisik terhadap pemanfaatan wisata pantai di pulau kecil. Jika harus ditingkatkan dengan melakukan reklamasi dan penebangan mangrove atau vegetasi pantai lain seperti belukar akan berdampak buruk terhadap ekosistem-ekosistem lain yang ada di pulau kecil, dimana kondisinya sangat rentan. Hal ini akan mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya yang tidak berkelanjutan. DDP ini hanya bisa ditingkatkan jika waktu kunjungan yang rata-rata 3 jam dikurangi menjadi 2 atau 1 jam saja. Tetapi hal ini akan sulit dilakukan karena selain faktor sulitnya melakukan kontrol, ini juga akan mengurangi kepuasan dari wisatawan, mengingat jauhnya akses menuju Pulau Sepanjang. Sebaiknya daya dukung wisata pantai ini tidak perlu ditingkatkan agar dampak yang ditimbulkan tidak merusak, terutama adanya limbah padat dan cair. Beberapa kecenderungan bahwa wisata pantai terkadang memiliki konsep mass tourism . Elyazar et al. 2007 menyatakan kawasan wisata pantai dengan konsep mass tourism seperti Pantai Kuta-Bali kecenderungan peningkatan indeks pencemaran lingkungan sangat besar. Limbah hotel, rumah tangga dan limbah cair lainnya dapat memasuki perairan laut melalui aliran air tanah langsung di lokasi atau melalui akuifer dan memberikan dampak terhadap ekologi perairan pesisir dan laut Burnett et al. 2003. Selain itu juga dapat mengkontaminasi sumber air melalui resapan Trisnawulan et al. 2007.

4.5.2. Kesesuaian Wisata Mangrove

Luas mangrove di Pulau Sepanjang yang mencapai ± 3 374.26 ha, menunjukkan tumbuh suburnya wilayah dan masih terjaga dari tekanan eksploitasi. Ini juga terlihat dengan diameter pohon mangrove yang mencapai 1 m. Nilai tambah keistimewaan ekosistem mangrove yang ada di Pulau Sepanjang adalah banyaknya hewan yang bersimbiosis didalamnya seperti ikan, burung dan kera. Faktor-faktor ini yang membuat besarnya kawasan mangrove yang sesuai untuk wisata. Hasil analisis kesesuaian yang dilakukan, terdapat tiga kelas kesesuaian, yaitu kelas Sesuai S – warna biru, Sesuai Bersyarat SB – warna kuning dan Tidak Sesuai TS – warna hijau. Untuk kelas SB, yang menjadi syarat adalah lebar mangrove, sedangkan untuk kawasan yang tidak sesuai, faktor pembatasnya selain lebar mangrove, yang paling utamatertinggi adalah kerapatan mangrove dalam 100 m 2 . Adapun luas kawasan yang sesuai untuk wisata mangrove adalah 3 359.94 ha, dengan rincian S seluar 3 319.75 ha dan SB seluas 40.19 ha, sedangkan untuk kelas TS mencapai luas 14.31 ha. Pada kawasan mangrove yang sesuai, dihitung juga panjang potensi ekologis untuk pemanfaatan wisata dari lebar dan panjang potensial yang ada daerah terlebar dan terpanjang. Panjang potensial ini didapatkan dari analisis SIG. Adapun nilai yang didapatkan yaitu lebar 5 580.24 m dan panjang 25 345.59 m, sehingga jumlah panjang potensi ekologisnya adalah 30 925.83 m. Dari potensi ekologis pemanfaatan wisata tersebut dapat dihitung nilai DDP untuk wisata yaitu 247 orang per hari. Pengembangan wisata mangrove ini cukup berpotensi, selain dari biofisiknya, terdapat juga rencana wana wisata yang akan dikembangkan oleh PT. Perum Perhutani sebagai pihak pengelola kawasan hutan di Pulau Sepanjang. Peluang ini bukan hanya untuk wisatawan penikmat alam saja, tetapi juga untuk akademisipeneliti karena kawasan mangrovenya masih belum banyak terjamah dan ditengarai ada hal-hal yang belum ditemui keberadaannya. Aktivitas wisata yang bisa dilakukan dalam wisata mangrove adalah menjelajah, melihat pemandangan, melihat hewan, rekreasi dan berperahu menyusuri mangrove. Pengalaman yang berbeda bisa ditawarkan dari suasana ekosistem mangrove di Pulau Sepanjang adalah adanya daerah yang masih tergolong remote. Sumber: Survei Lapang 2011 Gambar 31 Ekosistem mangrove Pulau Sepanjang