menentukan, stasiun pengambilan contoh diawali dengan menentukan letak dari transek garis yang telah ditentukan dan dicatat letaknya.
Stasiun dimulai dari daerah yang paling dekat dengan pantai dan mencatat titik pertama dimulai dengan bantuan GPS Global Positioning System,
sedangkan stasiun kedua, ketiga dan seterusnya mempunyai jarak yang sama dan letaknya paralel mengikuti arah transek garis tegak lurus ke laut. Jarak antar
stasiun ini disesuaikan dengan tipe komunitas lamun, apabila mempunyai jenis yang beragam hendaknya jaraknya dipersempit kurang lebih 5 m, sedangkan
apabila jenisnya homogen jarak yang digunakan 15-20 m. Titik transek kuadrat sedikitnya harus dilakukan 3 kali pada tiap-tiap stasiun
yang letaknya tegak lurus dengan garis pantai. Pengambilan contoh titik ini akan semakin banyak pada setiap stasiunnya apabila sebaran lamun memanjang sampai
ke laut. Prosedur pengamatan kondisi ekosistem lamun dalam penelitian ini dapat dilihat di Lampiran 3.
Tabel 10 Titik stasiun pengamatan ekosistem lamun
Stasiun Bujur
Lintang
1 115
44.548’ 7
09.058’ 2
115 48.397’
7 08.536’
3 115
54.081’ 7
06.131’ Sumber: Data Lapang 2011
4. Terumbu Karang
Data kondisi terumbu karang merupakan data sekunder yang diambil dari monitoring tiga tahunan Energi Mega Persada Kangean EMP Kangean Ltd. yang
saat ini menjadi Kangean Energy Indonesia KEI Ltd. Dalam hal ini data diambil dari tahun terbaru yaitu tahun 2008.
Data yang didapatkan dari setiap titik pengamatan, kemudian dimasukkan kedalam data citra untuk membantu interpretasi dan membangun data kondisi
terumbu karang. Selain itu data-data yang ada juga di cross cek di lapangan dengan metode pengamatan visual.
Stasiun pengamatan yang dilakukan oleh KEI tahun 2008 sebanyak 28 stasiun dengan metode transek kuadrat, Line Intersept Transect LIT dan manta
tow . Stasiun-stasiun pengamatan terumbu karang secara terperinci terdapat pada
Tabel 11. Metode acuan yang digunakan sebagai dasar kualitas kondisi terumbu karang yang ada adalah LIT, berdasarkan Kepmen LH nomor 4 tahun 2001,
sedangkan metode yang lain hanya digunakan sebagai data pendukung karena titik-titik pengamatan tersebut dijadikan dasar dalam analisis citra satelit.
Tabel 11 Titik stasiun dan metode pengamatan terumbu karang
Stasiun Bujur
Lintang Metode
1 115
54’ 19.5” 7
06’ 06.2” Manta Tow
2 115
55’ 14.0” 7
06’ 30.0 LIT
3 115
55’ 12.6” 7
06’ 43.0” Transek Kuadrat
4 115
54’ 55.3” 7
08’ 22.1” Manta Tow
5 115
54’ 25.3” 7
08’ 39.7” Manta Tow
6 115
54’ 45.4” 7
08’ 25.8” Manta Tow
7 115
54’ 15.4” 7
10’ 34.5” LIT
8 115
53’ 57.4” 7
11’ 12.2” Manta Tow
9 115
53’ 38.0” 7
11’ 47.2” Manta Tow
10 115
49’ 58.1” 7
12’ 35.7” Manta Tow
11 115
47’ 35.8” 7
11’ 19.1” Manta Tow
12 115
47’ 17.1” 7
11’ 14.1” LIT
13 115
46’ 20.8” 7
10’ 57.1” Manta Tow
14 115
44’ 34.5” 7
09’ 47.0” Manta Tow
15 115
44’ 18.5” 7
09’ 18.9” LIT
16 115
44’ 14.0” 7
08’ 54.4” Transek Kuadrat
17 115
44’ 26.3” 7
08’ 23.5” LIT
18 115
45’ 00.7” 7
07’ 24.6” Manta Tow
19 115
44’ 03.4” 7
06’ 12.0” LIT
20 115
46’ 08.7” 7
07’ 04.8” Manta Tow
21 115
47’ 18.8” 7
06’ 32.7” Manta Tow
22 115
47’ 31.7” 7
06’ 44.4” Manta Tow
23 115
08’ 22.1” 7
08’ 17.5” Manta Tow
24 115
48’ 24.1” 7
08’ 35.8” Manta Tow
25 115
52’ 27.3” 7
06’ 44.0” LIT
26 115
52’ 46.1” 7
06’ 32.5” Transek Kuadrat
27 115
52’ 46.2” 7
06’ 17.9” Manta Tow
28 115
53’ 22.1” 7
06’ 14.6” Manta Tow
Sumber: KEI Ltd. 2008
3.3.2.2. Pengambilan Contoh Sosial-Ekonomi
Pengumpulan data sosial ekonomi dalam penelitian ini diambil dari masyarakat pemanfaat sumberdaya langsung dan tidak langsung, tokoh
masyarakat dan stakeholders Pulau Sepanjang. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Hal ini digunakan agar lebih fleksibel dan terbangun suasana yang lebih akrab terhadap responden Salm et al.
2000; Adrianto 2005. Didalam upaya mendapatkan data yang valid dari masyarakat, diusahakan
responden merupakan masyarakat yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang kuat tokoh kunci. Ini dilakukan agar selain responden dapat memberikan nilai
dari setiap variabel dengan benar, diharapkan juga dapat memberikan informasi keterkaitan satu sama lain hubungan pemanfaat sumberdaya dan stakeholders
serta seberapa besar perannya kepada masyarakat dan sumberdaya. Penentuan responden diambil dengan pertimbangan bahwa responden
adalah penduduk dewasa yang menetap sekurang-kurangnya telah menetap selama 3 tahun, penduduk yang memanfaatkan sumberdaya secara langsung dan
penduduk penerima manfaat sumberdaya secara tidak langsung. Penduduk dewasa dalam hal ini adalah penduduk yang telah matang mengambil keputusan dan
berfikir secara positif dalam tindakan dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Pada penelitian ini didapatkan 20 responden dari 4 dusun yang berbeda dengan kelompok masyarakat yang berbeda. Dusun yang dijadikan tempat
pengambilan contoh adalah Dusun Tembing, Panamparan, Pajan Barat dan Tanjung Kiaok. Pengambilan contoh lokasi ini didasarkan pada keterwakilan
pemanfaatan sumberdaya dan mata pencaharian masyarakat secara dominan. Adapun kelompok masyarakat yang terambil menjadi contoh adalah Nelayan,
Petani, Tokoh Masyarakat, Pemerintah Desa, Jasa dan Pegawai. Contoh wisatawan, teknik pengambilan contoh dilakukan secara accidental
sampling , yaitu contoh yang diambil dari siapa saja yang kebetulan
beradaditemui dan atau yang pernah ke Pulau Sepanjang yang bersedia menjadi responden. Hal ini dilakukan karena tidak adanya catatan tentang kedatangan
wisatawan di Pulau Sepanjang dan belum diketahuinya waktu-waktu kunjungan wisatawan.
56
Gambar 12 Stasiun pengamatan sosial ekonomi masyarakat Pulau Sepanjang
Jumlah contoh wisatawan yang didapatkan dalam penelitian ini sebanyak 12 orang yang berasal dari berbagai wilayah. Kelompok responden yang didapatkan
adalah peneliti, akademisi, mahasiswapelajar dan masyarakat lokal. Untuk wisatawan yang tidak bisa ditemui langsung, data dikumpulkan dengan
komunikasi email.
3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis Spasial Citra Satelit
3.4.1.1. Analisis Citra Satelit
Data citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah Landsat 7 ETM+, karena hanya untuk mengetahui keberadaan dan luasan dari sumberdaya.
Analisis citra satelit menggunakan software ER Mapper 7.0. Data citra kemudian dilakukan dilakukan pemotongan, koreksi radiometrik, koreksi geometrik,
penajaman citra, klasifikasi citra, editing dan reclass. Penggabungan kelas dan perapian hasil klasifikasi dengan digitation on
screen. Adapun kombinasi band yang digunakan pada saat penafsiran citra satelit
secara manualvisual yaitu 4-5-3 dan 5-4-2 untuk kenampakan vegetasi, 3-2-1 true color untuk kenampakan sebaran terumbu karang, pasir, sedimen dan lamun
dan 4-5-3 untuk mangrove dengan warna coklat tua. Hasil analisis citra berupa luasan ekosistem pesisir dan tutupan lahan.
Upaya mengurangi kesalahan dalam interpretasi dilakukan dengan cara eliminasi. Kunci eliminasi tersebut pada prinsipnya disusun agar interpretasi
berlanjut langkah demi langkah dari yang umum ke yang khusus, dan kemudian menyisihkan semua kenampakan atau kondisi kecuali satu yang diidentifikasi.
Kunci eliminasi sering tampil dalam bentuk kunci dua pilihan dichotomous key dimana penafsir dapat melakukan serangkaian pilihan antara dua alternatif dan
menghilangkan secara langsung semuanya, kecuali satu jawaban yang mungkin Lillesand dan Kiefer 1990.
Pengkelasan sumberdaya perairan dangkal untuk ekosistem terumbu karang dan lamun setelah dilakukan klasifikasi band, digunakan juga algoritma Lyzenga
1978 Persamaan 1 Arsjad et al. 2005b. Sedangkan untuk ekosistem mangrove digunakan metode NVDI Normalized Difference Vegetation Index
dan dikelaskan menggunakan Unsupervised Classification sehingga nanti