Terestrial Kondisi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pulau Sepanjang

359.94 ha, dengan rincian S seluar 3 319.75 ha dan SB seluas 40.19 ha, sedangkan untuk kelas TS mencapai luas 14.31 ha. Pada kawasan mangrove yang sesuai, dihitung juga panjang potensi ekologis untuk pemanfaatan wisata dari lebar dan panjang potensial yang ada daerah terlebar dan terpanjang. Panjang potensial ini didapatkan dari analisis SIG. Adapun nilai yang didapatkan yaitu lebar 5 580.24 m dan panjang 25 345.59 m, sehingga jumlah panjang potensi ekologisnya adalah 30 925.83 m. Dari potensi ekologis pemanfaatan wisata tersebut dapat dihitung nilai DDP untuk wisata yaitu 247 orang per hari. Pengembangan wisata mangrove ini cukup berpotensi, selain dari biofisiknya, terdapat juga rencana wana wisata yang akan dikembangkan oleh PT. Perum Perhutani sebagai pihak pengelola kawasan hutan di Pulau Sepanjang. Peluang ini bukan hanya untuk wisatawan penikmat alam saja, tetapi juga untuk akademisipeneliti karena kawasan mangrovenya masih belum banyak terjamah dan ditengarai ada hal-hal yang belum ditemui keberadaannya. Aktivitas wisata yang bisa dilakukan dalam wisata mangrove adalah menjelajah, melihat pemandangan, melihat hewan, rekreasi dan berperahu menyusuri mangrove. Pengalaman yang berbeda bisa ditawarkan dari suasana ekosistem mangrove di Pulau Sepanjang adalah adanya daerah yang masih tergolong remote. Sumber: Survei Lapang 2011 Gambar 31 Ekosistem mangrove Pulau Sepanjang 108 Gambar 32 Peta kesesuaian kawasan wisata pantai kategori mangrove Salah satu contoh pemanfaatan wisata mangrove adalah di Bali, tepatnya di sepanjang jalan by pass Ngurah Rai, Denpasar Selatan. Salah satu fasilitas yang ada adalah jembatan kayu yang melintas di kawasan mangrove dengan panjang 1 850 m dan dilengkapi dengan floating deck dan menara. Selain aktivitas menjelajah untuk menikmati pemandangan, aktivitas yang dinikmati wisatawan adalah melihat burung, berfotopemotretan dan penelitian dengan biaya tiket masuk Rp5.000,-. Meskipun karakteristik mangrove Bali cukup berbeda dengan di Pulau Sepanjang yang merupakan mangrove pulau kecil, tetapi mangrove di Pulau Sepanjang lebih menarik dan berpotensi karena keanekaragaman yang tinggi dan masih sangat alami, tidak seperti di Bali yang jenisnya cenderung homogen karena banyak yang merupakan hasil penanaman. Untuk itu, ini bisa menjadi peluang wisata mangrove pulau kecil, hanya saja harus ada fasilitas yang mendukung untuk wisata seperti yang telah ada di Bali, lebih-lebih aksesibilitas menuju ke Pulau Sepanjang.

4.5.3. Kesesuaian Wisata Lamun

Lamun merupakan ekosistem yang masih belum banyak dikembangkan untuk pemanfaatan wisata karena dianggap kurang diminati oleh wisatawan. Tetapi ekosistem lamun mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki keindahan dan keunikan tersendiri, sehingga mampu memberikan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan. Lamun di Pulau Sepanjang mayoritas menyebar di wilayah utara pulau dengan luas sekitar 4 002.37 ha analisis citra, tetapi dalam penelitian ini, luas wilayah studi yang diamati hanya 97.96 ha, diambil berdasarkan kemudahan akses. Ini erat kaitannya dengan daya dukung ekologi lamun seperti pasokan nutrien, kedalaman dan kondisi oseanografi seperti arus dan gelombang. Setelah ekosistem lamun biasanya terdapat hamparan terumbu karang. Beberapa aktivitas wisata yang bisa dilakukan di ekosistem lamun adalah snorkeling, pemandangan air dengan berperahu, melihat ikan dan bersantai di perairan lamun yang bisa dilakukan di atas air dengan perahu atau rumah panggung. Hal ini sangat memungkinkan dilakukan walaupun bentuk aktivitasnya terbatas. 110 Gambar 33 Peta kesesuaian kawasan wisata bahari kategori lamun