digunakan dalam mengambil keputusan yang terkait dengan persoalan-persoalan pedesaan. Keempat
, “kepuasan” enjoyment dimana dalam proses mengambil keputusan atau mengidentifikasi persoalan merupakan fokus utama bukan pada
“cepat atau lambat”-nya pengkajian dilakukan. Dalam konteks ini interaksi antar pemangku kepentingan dalam masyarakat menjadi sangat penting. Komunikasi-
komunikasi dengan menggunakan jargon-jargon lokal merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan dalam pendekatan pengkajian
pedesaan partisipatif ini. Karakteristik kelima adalah inklusivitas dimana segenap komponen masyarakat lokal terlihat sesuai asas-asas keterwakilan, tidak saling
membedakan Adrianto 2004. Beberapa keuntungan metode PRA adalah efektif biaya, mengurangi
sampling errors dan bias, meningkatkan keakraban diskusi dengan masyarakat
desa, dan terdapat fleksibilitas untuk membuat penyesuaian selama kerja lapang Pabla et al. 1993, hasil yang dijumpai berdasarkan spesifik realitas lokal,
meningkatkan sistem pemahaman dan kapasitas pengelolaan oleh masyarakat lokal dan dapat membuat pondasi untuk partisipasi lokal secara aktif di masa yang
akan datang Fontalvo-Herazo et al. 2007. Geoghegan et al. 1984 berpendapat PRA mungkin cara paling baik bagi perencana lingkungan untuk menemukan
trend, konflik dan masalah area yang tidak bisa dilihat dengan mudah, dengan informasi pemetaan.
Prinsip-prinsip PRA adalah terbuka, triangulasi, orientasi praktis, santai dan informal, mengoptimalkan hasil, belajar dari kesalahan, keberlanjutan dan selang
waktu, pemberdayaan penguatan masyarakat, saling belajar dan menghargai perbedaan, mengutamakan yang terabaikan keberpihakan, masyarakat sebagai
pelaku, orang luar sebagai fasilitator Chambers 1987. Informasi yang dikumpulkan dalam PRA menggunakan wawancara group
atau single terhadap nilai sosial, opini, dan sasaran dan pengetahuan lokal maupun hard data pada sosial, ekonomi, budaya dan parameter ekologi. Nilai dari
data yang dihasilkan sebagian besar dipercaya tergantung keterampilan dalam mengumpulkan dan memutuskan. Pendekatan partisipatif kemudian dibandingkan
antara hasil riset dan permasalahan, sehingga didapatkan tujuan yang diharapkan Salm et al. 2000.
Menurut Adrianto 2004 pendekatan partisipatif dalam melakukan pengkajian terhadap persoalan pedesaan pesisir memerlukan proses yang dimulai
dari identifikasi problem secara bersama-sama dan kemudian dilanjutkan dengan penyamaan visi terhadap problem tersebut. Pertemuan menjadi salah satu media
terpenting untuk menjembatani pendapat dan pengetahuan antar stakeholders atau anggota masyarakat. Tahap berikutnya adalah pertemuan untuk merancang
rencana terhadap penyelesaian persoalan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Adrianto 2004 menambahkan, tahap-tahap penting dalam pendekatan PRA
meliputi identifikasi pihak-pihak yang terkait stakeholders analysis, identifikasi dan akomodasi keinginan masyarakat, identifikasi kriteria yang masyarakat
inginkan, identifikasi indikator yang diperlukan untuk evaluasi, sepakati metode yang digunakan bersama masyarakat dan koleksi data bersama masyarakat.
Beberapa alat dan perlengkapan pendekatan PRA yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendekatan partisipatif dalam mengkaji persoalan desa pesisir
adalah peta, analisis stakeholders, diskusi partisipatif, kalender dan ranking. PRA memiliki 14 tools yang bisa digunakan, antara lain: 1 ranking
masalah, 2 ranking sosial-ekonomi, 3 analisis SWOT, 4 analisis stakeholder, 5 pohon masalah, 6 diagram venn, 7 kalender musim, 8 lintasan sejarah, 9
aktivitas harian, 10 transeklintasan sejarah, 11 garis kecenderungan, 12 pemetaan partisipatif, 13 transek dan 14 transek plotpenilaian kondisi
COREMAP II 2006. Pemetaan partisipatif sangat penting untuk PRA. Pemetaan bisa termasuk
banyak item, termasuk: 1 sosial: seperti layout desa, infrastruktur, populasi, rumah tangga, kasus kesehatan kronis, ukuran keluarga; 2 sumberdaya: seperti
perikanan, pemanfaatan lahan, pengelolaan darat dan air, batas air, penurunan sumberdaya, dan lain-lain; 3 transek: seperti berjalan dan mengendarai kapal
untuk melihat teknologi indegenous, sumberdaya dan praktek penangkapan Salm et al.
2000. Beberapa tujuan pembuatan peta partisipatif dalam PRA adalah 1
identifikasi, penentuan lokasi, klasifikasi dan analisis terhadap kondisi, pemanfaatan dan distribusi sumberdaya pada saat sekarang, jaman dulu dan
perkiraan masa depan; 2 penyediaan informasi visual tentang aktivitas
masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya pada saat sekarang, jaman dulu dan perkiraan masa depan; 3 ilustrasi pengetahuan lokal masyarakat; 4 ilustrasi
kondisi sosial ekonomi dari masyarakat lokal; dan 5 identifikasi lokasi-lokasi yang kritis terhadap pemanfaatan sumberdaya alam misalnya lokasi pencemaran,
pemanfaatan berlebih, dan lain-lain Adrianto 2004.
2.8. Citra Satelit
Citra adalah gambaran kenampakan permukaan dekat permukaan bumi, dan yang diperoleh melalui proses perekaman pantulan atau pancaran gelombang
elektromagnetik secara serentak dengan sensor pelarik yang terpasang pada suatu wahana, baik itu pesawat udara maupun wahana ruang angkasa sering disebut
dengan satelit. Citra digital merupakan citra yang diperoleh, disimpan,
dimanipulasi, dan ditampilkan dengan basis logika biner. Berbagai jenis citra seperti yang dimaksud di atas contohnya: citra SPOT, Landsat MSS, Landsat TM,
Landsat ETM, Citra Radar contoh: SIR-B, Radarsat, NOAA, GMS, MOS,1, NIMBUS, HCMM, SEASAT, IKONOS dan lain-lain Yales 2007.
Konsep-konsep resolusi yang perlu diketahui dalam pengolahan citra digital karena terkait dengan citra yang akan diolah adalah resolusi spektral, resolusi
radiometrik dan resolusi temporal. Resolusi spasial adalah ukuran terkecil objek yang masih dapat dideteksi oleh suatu sistem pencitraan. Sebagai contoh resolusi
spasial citra Landsat TM 30 m khusus saluran 6 resolusi spasialnya 120 m. Resolusi spectral
adalah kemampuan suatu sistem optik elektronik untuk membedakan informasi objek berdasarkan jumlah saluran spektralnya. Resolusi
radiometric adalah kemampuan sensor dalam mencatat respon spektral objek.
Resolusi temporal adalah kemampuan suatu sistem penginderaan jauh untuk
merekam ulang daerah yang sama. Pengolahan citra digital merupakan serangkaian perlakuan terhadap citra
menggunakan teknik-teknik yang dikenal dalam bidang penginderaan jauh digital image processing
, dimana didalamnya bisa saja terdapat proses restorasi citra koreksi atmosferik dan koreksi geometrik, penajaman citra dan pemfilteran
spasial, transformasi citra, klasifikasi citra, dan lain-lain serta output. Selain data spasial dan data atribut yang dikumpulkan dari berbagai sektor
terpadu, data penginderaan jauh dapat pula diintegrasikan dengan data SIG untuk
dianalisis maupun dimanipulasi lebih lanjut. Data inderaja yang berasal dari satelit mempunyai beberapa keuntungan, antara lain liputannya yang sinoptik luas dan
sistemik Sutrisno et al. 1994.
3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2011 yang meliputi pengambilan data lapang dan penelusuran data sekunder. Lokasi penelitian adalah
Pulau Sepanjang, Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Letak lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.
3.2. Metode dan Kerangka Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksploratif dengan objek penelitian Pulau Sepanjang. Variabel penelitian yang diteliti meliputi inventarisasi
sumberdaya, kesesuaian wisata, ketersediaan ruang, peluang wisata, daya dukung dan pengelolaan keberlanjutan wisata di Pulau Sepanjang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dengan alat analisis Recreation Opportunity Spectrum
ROS yang meliputi Invantory, Planning dan Managerial
Manning 1999 dan pendekatan ekologi dengan alat analisis Daya dukung baik kawasan DDK dan pemanfaatan DDP dan analisis ecological
footprint untuk wisata TEF yang nantinya juga akan dibandingkan dengan nilai
Biocapacity BCkapasitas lahan untuk mengetahui status produktivitas pulau dan
daya dukung pulau untuk memenuhi kebutuhan wisata yang dilakukan. Analisis ROS menggunakan 6 kriteria kelas spektrum urban, rural,
frontcountry, backcountry, remote dan wilderness Joyce dan Sutton 2009.
Sedangkan analisis kesesuaian wisata didasarkan pada keberadaan sumberdaya, meliputi pantai wisata rekreasi pantai, mangrove, lamun dan terumbu karang
wisata snorkeling dan selam. Analisis DDK dan DDP Pulau Sepanjang diukur dengan menggunakan analisis luas kawasan kesesuaian wisata dan analisis
Touristic Ecological Footprint TEF parameter yang diukur meliputi analisis
food and fibre, accommodation, transport, seight-seeing, purchase, entertainment dan solid waste.
Selain pendekatan tersebut, dilakukan juga analisis pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat dengan menggunakan metode Participatory Rural
Appraisal PRA dan analisis kesesuaian biofisik untuk wisata dengan
menggunakan indeks kesesuaian. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui jenis dan tingkat pemanfaatan agar tidak terjadi konflik pemanfaatan dan untuk
mengetahui jenis wisata yang bisa dilakukan inventarisasi. Data yang didapatkan secara partisipatif dikombinasikan dengan hasil analisis citra. Analisis citra juga
digunakan untuk mengetahui keberadaan dan luasan sumberdaya sehingga didapatkan poligon-poligon yang dibutuhkan dalam analisis kesesuaian wisata.
Perencanaan yang dihasilkan diinterpolasikan dengan zonasi yang dimiliki oleh Pulau Sepanjang agar bisa membuat model wisata berkelanjutan dengan
pedoman pengelolaan yang bisa direkomendasikan. Untuk pengelolaan kawasan, dilakukan mulai dari penentuan objek wisata atau service area, setting experience
dan pengaturan masing-masing aktivitas wisata. Detail dari kerangka penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 8.
3.3. Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara dan
observasi terencana dengan menggunakan alat survei dan kuesioner. Data primer yang dibutuhkan adalah data potensi sumberdaya biofisik yang meliputi terumbu
karang, lamun, mangrove, pantai dan habitat pesisir lainnya, dan sosial ekonomi yang meliputi aktivitas masyarakat, mata pencaharian, tempat tinggal, jenis
kelamin, umur, sumber pendapatan, pengalaman, pengeluaran, dan lain-lain. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka dari buku, jurnal dan
laporan yang berasal dari dinas-dinas terkait. Data sekunder merupakan pendukung didalam penentuan dan pengambilan keputusan dalam penelitian ini.
Sistem Sosial-Ekologi Pulau Sepanjang
Identifikasi Lahan dan Perairan
Identifikasi Kondisi dan Pemanfaatan SDA
Analisis Citra Landsat 7 ETM+
Interpretasi dan Cek Lapangan
Peta Penutupan Lahan
PRA Peta
Pemanfaatan SDA
Kondisi SDA Karakteristik Jasa
Ekosistem untuk Wisata Pesisir dan Laut
Ecological Importances
Economic Importances
Peluang, Jenis dan Kesesuaian Wisata Pulau-pulau Kecil
Analisis Kesesuaian
Kriteria Biofisik Lahan dan Perairan
Recreation Opportunity Spectrun
ROS Pantai
Mangrove Lamun
Terumbu Karang
Zonasi Wisata Pulau- pulau Kecil
Peta Kesesuaian Wisata Pantai
Peta Kesesuaian Wisata Mangrove
Peta Kesesuaian Wisata Selam
Peta Kesesuaian Wisata Snorkeling
Peta ROS untuk Pemanfaatan
Wisata
Zona Peluang Wisata
Zonasi Kesesuaian Wisata
Daya Dukung Wisata Analisis Touristic
Ecological Footprint TEF
Pengelolaan P. Sepanjang sebagai Kawasan Wisata Berkelanjutan
Pedoman Pengelolaan dan Rekomendasi Resource
Consumtion: Food and Fibre
Accommodation Transport
Sight-seeing Purchase
Entertainment Waste:
Solid Waste Analisis Spectrum:
Urban Rural
Frontcountry Backcountry
Remote Wilderness
Analisis Sistem Informasi Geografis
SIG Peluang dan Jenis
Kegiatan Pemanfaatan Wisata
Daya Dukung Kawasan dan Pulau
Gambar 8 Alur kerangka penelitian