4.4.1 Uji organoleptik skoring
Pengujian organoleptik skoring meliputi 6 jenis parameter uji, yaitu kehalusan dalam mulut, kemudahan ditelan, kelengketan dalam mulut, bau, rasa
dan kesukaan keseluruhan. Menurut Mirdhayanti 2004, sifat kehalusan dalam mulut, kemudahan ditelan, dan kelengketan dalam mulut merupakan syarat utama
untuk makanan bayi pendamping ASI berbentuk bubur. Pengujian bau, rasa dan kesukaan keseluruhan bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan substitusi
KPI lele dumbo afkir serta penambahan tepung tulang ikan lele dumbo afkir terhadap kualitas organoleptik produk MP-ASI yang dihasilkan. Pada pengujian
ini, nilai 5 dianggap sebagai nilai tertinggi dan nilai 1 dianggap sebagai nilai terendah.
1 Kehalusan dalam mulut
Kehalusan dalam mulut merupakan parameter yang menentukan sifat kehalusan formula MP-ASI
apabila telah dilarutkan dengan air. Sifat kehalusan dalam mulut MP-ASI
yang berbentuk bubur merupakan hal yang harus diperhatikan karena berhubungan dengan kenyamanan bayi dalam mencicipinya.
bubur MP-ASI yang mempunyai tekstur yang kasar, apabila di konsumsi bayi dikhawatirkan bayi tidak menyukai dan akan disemburkan. Skor organoleptik
yang tinggi menunjukkan bubur MP-ASI terasa halus dalam mulut, sedangkan skor yang rendah menunjukkan bubur terasa berpasir di dalam mulut. Hasil
analisis Kruskal Wallis untuk parameter kehalusan dalam mulut dapat dilihat pada Lampiran 11, dan histogram rerata kehalusan dalam mulut dapat dilihat pada
Gambar 13. Hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan jenis
formula MP-ASI berpengaruh secara nyata terhadap nilai organoleptik kehalusan dalam mulut. Skor organoleptik tertinggi terdapat pada formula A0 kontrol dan
nilai skor terendah pada formulasi E0 substitusi KPI 45 dan penambahan tepung tulang 5 g. Nilai kehalusan formula yang paling disukai serta tidak
berbeda nyata dengan MP-ASI formula kontrol adalah formula B1 substitusi KPI 25 dan penambahan tepung tulang 1 g. Secara umum, semakin besar substitusi
KPI lele dumbo afkir dan semakin banyak penambahan tepung tulang ikan lele
cd c
c
ab
c cd
c c
c
a bc
bc
c
c
a
bc ab
ab ab
a c
a ab
a a
bc a
a a
a
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
3,00 3,50
4,00 4,50
A B
C D
E
Sk or
ing k
eha lusa
n
Jenis Formula dumbo afkir maka skor organoleptik kehalusan dalam mulut menunjukkan nilai
skor semakin kecil 1 dengan deskripsi berpasir. Hal ini diduga karena pada saat pembuatan bubur MP-ASI, KPI dan tepung tulang ikan lele dumbo afkir tidak
larut secara sempurna dengan air sehingga menyebabkan tekstur bubur berpasir. Marta 2011 mengemukakan bahwa sifat kehalusan bubur dalam mulut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bahan penyusun, proses penyerapan air dan proses pengolahan MP-ASI.
Gambar 13 Histogram pengaruh perbedaan jenis formula MP-ASI terhadap skor kehalusan dalam mulut. Substitusi KPI : susu skim; A 0:100,
B 25:75, C 50:50, D 75:25, E 100:0. Konsentrasi tepung tulang;
0 g, 1 g,
2 g, 3 g,
4 g, 5 g. Angka-
angka yang diikuti huruf superskrip berbeda a,b,c menunjukkan berbeda nyata.
2 Kelengketan dalam mulut
Kelengketan dalam mulut menentukan sifat lengket bubur bayi setelah dilarutkan dengan air dan termasuk salah satu syarat utama untuk MP-ASI. Hasil
analisis Kruskal wallis dapat dilihat pada Lampiran 12, dan histogram rerata skor kelengketan dalam mulut dapat dilihat pada Gambar 14.
Berdasarkan analisis Kruskal Wallis, perbedaan formula MP-ASI berpengaruh nyata terhadap skor organoleptik kelengketan dalam mulut yang
diamati. Nilai organoleptik tertinggi pada formula A5, yaitu 4 dengan deskripsi agak lengket, sedangkan nilai organoleptik terendah pada A4, yaitu 2 dengan