Waktu dan Tempat Bah an dan Alat

3.4.13 Daya cerna protein in vitro Hsu et al. 1977

Penentuan daya cerna protein in vitro menggunakan larutan multienzim tripsin, kemotripsin dan peptidase yang dilarutkan dalam air destilat. Larutan multienzim tersebut kemudian diletakkan di dalam ice bath dan diatur pHnya hingga mencapai pH 8,0 dengan penambahan HCl atau NaOH 0,1 N. Sampel disuspensikan ke dalam air destilat hingga mencapai konsentrasi 6,25 mg proteinmL. Sebanyak 50 mL suspensi dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian diatur hingga mencapai pH 8 dengan menambahkan HCl atau NaOH 0,1 N. Sampel ditaruh dalam penangas air bersuhu 37 o C dan diaduk dengan magnetic stirer selama 5 menit, ditambahkan 5 mL larutan multienzim dicatat sebagai menit ke 0 ke dalam larutan suspensi protein sambil tetap diaduk, kemudian pH suspensi sampel dicatat pada menit ke-10. Daya cerna protein dihitung dengan rumus: Keterangan: Y = daya cerna protein X = pH sampel pada menit ke-10

3.4.14 Komposisi asam amino AOAC 1995

Sampel sebanyak 0,5 g dimasukkan ke dalam gelas piala 25 mL, kemudian ditambahkan HCl 6 N sebanyak 10 mL. Gelas piala dipanaskan selama 24 jam pada suhu 100 o C. Sampel disaring dan diambil filtratnya. Filtrat ditambahkan 5 mL larutan pengering metanol, picolotiocianat, trietilamin kemudian dikeringkan. Larutan derivatisasi metanol, Na-asetat, dan trietilamin ditambahkan dan sampel didiamkan selama 20 menit. Larutan asetat 1 M sebanyak 200 mL ditambahkan dan sampel siap diinjeksikan ke HPLC. Kondisi alat HPLC sebagai berikut, temperatur pada suhu ruang kolom yang digunakan adalah pico tag 3,9 x 150 mm, kecepatan aliran 1,5 mLmenit, batas tekanan 3000 psi, program gradien, fase gerak asetonitril 60 dan buffer natrium asetat 1 M, dan detektor sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm. ⁄ Keterangan FP = Faktor konversi BM = Berat molekul

3.4.15 Total kalsium Reitz et al. 1987

Pengukuran total kalsium dilakukan menggunakan alat atomic absortion spechtrophotometer AAS. Perlakuan pendahuluan dilakukan dengan pengabuan basah. Kurva standar dibuat dengan mengukur absorbansi dari larutan standar Ca dengan konsentrasi 0, 2, 4, 8 ppm sehingga akan didapatkan suatu persamaan regresi Y= ax + b selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi sampel. Sampel sebanyak 1 g ditimbang lalu dimasukkan ke dalam erlemenyer 100 mL dan ditambahkan 5 mL HNO 3 , didiamkan selama satu jam pada suhu ruang dan dalam ruang asam dibiarkan semalaman. Larutan sampel kemudian ditambahkan 2-3 tetes HClO 4 dan HNO 3 pekat dengan perbandingan 2:1 sambil terus dipanaskan sampai terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kuning muda dan larutan berwarna jernih. Sampel didinginkan lalu ditambah 2 mL akuades dan 0,6 mL HCl pekat, kemudian dipanaskan kembali selama 15 menit agar sampel larut lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL. Sampel hasil destruksi disaring dengan kertas saring Whatman nomor 42 kemudian diambil 1 mL dan diencerkan sampai 100 mL. Hasil pengenceran diambil 0,1 mL kemudian ditambahkan 4,9 mL akuades dan 0,05 mL larutan klorida. Sampel dicampur dengan alat vortex kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit dan dibaca nyala api atomasi AAS pada panjang gelombang 422,7 nm. Absorbansi yang terbaca kemudian dikonversi pada kurva standar sehingga didapatkan konsentrasi kalsium sampel. Kandungan kalsium dalam sampel dihitung dengan rumus: