10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
1x 2x
3x 4x
K ada
r pr
ot ei
n bk
Pengulangan tahapan ekstraksi
4.2.2  Kadar protein KPI lele dumbo afkir
Kadar  protein  merupakan  salah  satu  parameter  mutu  KPI.  Konsentrat protein  ikan  memiliki  mutu  yang  baik  bila  memiliki  kandungan  protein  yang
tinggi.  Jenis  KPI  berdasarkan  kadar  protein  menurut  FAO  1976  adalah  KPI Tipe A dengan  kadar protein  minimum  67,5,  KPI tipe  B dengan kadar protein
minimum 65 dan KPI tipe C dengan kadar protein minimum 60. Berdasarkan  analisis  ragam,  kadar  protein  KPI  lele  dumbo  afkir
dipengaruhi  secara  nyata  p0,05  oleh  faktor  pengulangan  tahapan  ekstraksi. Rerata kadar protein KPI lele dumbo afkir tertinggi dihasilkan oleh perlakuan dua
kali  pengulangan  tahapan  ekstraksi,  yaitu  85,85  yang  tidak  berbeda  nyata dengan  satu  dan  tiga  kali  tahapan  pengulangan,  sedangkan  rerata  kadar  protein
KPI  lele  dumbo  afkir  terendah  dihasilkan  oleh  perlakuan  empat  kali  tahapan pengulangan ekstraksi dengan kadar protein 79,54. Lama ekstraksi dan interaksi
antara  faktor  tahapan  pengulangan  ekstraksi  dan  lama  ekstraksi  tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata p0,05. Hasil analisis ragam dapat dilihat
pada  Lampiran  4,  sedangkan  histogram  rerata  kadar  protein  dapat  dilihat  pada Gambar 7.
Gambar 7  Histogram  pengaruh  lama  dan  pengulangan  ekstraksi  terhadap  kadar protein  KPI  lele  dumbo  afkir.  Lama  ekstraksi:
20  menit, 30
menit, 40  menit.  Angka-angka  yang  diikuti  huruf  superskrip
berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05. a
b b
b
Berdasarkan  persyaratan  kadar  protein  KPI  menurut  FAO  1976,    kadar protein  KPI  lele  dumbo  afkir  pada  semua  metode  tergolong  dalam  KPI  tipe  A,
yaitu  minimal  67,5.  Kadar  protein  yang  tinggi  pada  KPI  lele  dumbo  afkir dibandingkan  dengan  protein  pada  ikan  lele  dumbo  afkir  segar  dipengaruhi  oleh
adanya  penurunan  kandungan  lemak  dan  air  pada  saat  proses  ekstraksi  dan pengeringan Buckle et al. 1987.
Proses  ekstraksi  menggunakan  etanol  95  dengan  empat  kali  tahapan pengulangan menunjukkan penurunan kadar protein. Hal ini diduga karena etanol
95  tidak  hanya  melarutkan  lemak  dan  air  saja  pada  saat  ekstraksi,  akan  tetapi juga  dapat  melarutkan  sebagian  kecil  protein  karena  etanol  merupakan  pelarut
organik  yang  bersifat  polar.  Etanol  95  memiliki  gugus  hidroksil  yang  bersifat polar  dan  gugus  metil  yang  bersifat  non  polar  sehingga  juga  dapat  melarutkan
sebagian  kecil  protein  Winarno  2008.  Gugus  hidroksilnya  yang  bersifat  polar memungkinkan protein yang bersifat polar ikut terlarut pada pengulangan tahapan
ekstraksi yang lebih banyak.
4.2.3  Derajat putih KPI lele dumbo afkir
Derajat  putih  bukan  merupakan  salah  satu  kriteria  mutu  KPI,  namun merupakan karakteristik fisik, yaitu warna yang dapat mempengaruhi penerimaan
konsumen, sehingga derajat putih digunakan sebagai parameter untuk menentukan metode terbaik dalam pembuatan KPI lele dumbo afkir. Derajat putih merupakan
tingkat  keputihan  suatu  bahan  yang  erat  kaitannya  dengan  mutu  penerimaan. Bahan pangan yang memiliki warna cerah umumnya lebih disukai oleh konsumen.
Hasil  analisis  ragam  derajat  putih  KPI  lele  dumbo  afkir  dapat  dilihat  pada Lampiran 5, sedangkan histogram rerata derajat putih KPI lele dumbo afkir dapat
dilihat pada Gambar 8. Hasil  analisis  ragam  menunjukkan  bahwa  nilai  derajat  putih  KPI  lele
dumbo  afkir  dipengaruhi  secara  nyata  p0,05  oleh  faktor  pengulangan  tahapan ekstraksi,  sedangkan  lama  ekstraksi  dan  interaksi  antara  lama  dan  tahapan
pengulangan ekstraksi tidak menunjukkan pengaruh nyata p0,05. Nilai rata-rata derajat putih KPI lele dumbo  afkir  tertinggi diperoleh dari KPI lele dumbo afkir
yang  dihasilkan  dengan  perlakuan  empat  kali  pengulangan  tahapan  ekstraksi,