Bau KPI lele dumbo afkir

protein, interaksi protein-protein dan susunan ruang dari interaksi lemak dengan lemak. Densitas kamba merupakan sifat fisik bahan pangan yang dipengaruhi oleh ukuran bahan dan kadar air. Hasil analisis densitas kamba tepung tulang ikan lele dumbo afkir yang dihasilkan adalah 1,02 gmL. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada volume 1 mL, berat tepung adalah 1,02 g. Nilai densitas kamba tepung tulang ikan lele dumbo afkir lebih besar jika dibandingkan dengan nilai densitas kamba tepung tulang ikan patin Kaya 2008, yaitu sebesar 0,80 gmL. perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh ukuran partikel dan kekerasan permukaan tepung tulang ikan. Nilai kadar abu tepung tulang lele dumbo afkir yang dihasilkan adalah 72,77 dan lebih tinggi dari nilai kadar abu tepung tulang patin hasil penelitian Kaya 2008, yaitu sebesar 58,15 dan nilai standar kadar abu yang dikeluarkan oleh ISA 2002, yaitu sebesar 33,1. Menurut Martinez et al. 1998 Perbedaan kadar abu tersebut dikarenakan kandungan mineral yang ada pada tulang ikan dipengaruhi oleh jenis ikan serta faktor ekologis seperti musim, tempat pembesaran, jumlah ketersediaan nutrisi, suhu dan salinitas yang berbeda. Nilai kadar protein tepung tulang lele dumbo afkir yang dihasilkan adalah 26,41. Protein yang banyak terdapat dalam tulang ikan adalah protein kolagen. Kolagen adalah protein fibrilar yang banyak terdapat pada kulit dan tulang pada ikan dan mamalia Glicksman 1969. Kadar protein tepung ikan lele dumbo afkir hasil penelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar protein tepung tulang ikan patin penelitian Kaya 2008, yaitu sebesar 22,23, tetapi lebih rendah dari standar kadar protein menurut ISA 2002, yaitu 34,2. Hal ini diduga karena perbedaan metode penepungan serta jenis tulang ikan yang digunakan. Nilai kadar lemak tepung tulang ikan lele dumbo afkir hasil penelitian adalah 5,53. Nilai kadar lemak ikan dumbo afkir tersebut hampir sama dengan nilai kadar lemak yang dikeluarkan oleh ISA 2002, yaitu 5,6; dan lebih tinggi dari kadar lemak tepung tulang ikan patin hasil penelitian Kaya 2008, yaitu 2,73. Lemak tulang ikan berada dalam bentuk lemak sederhana, yaitu trigliserida dari asam lemak. Lemak sederhana ini diklasifikasikan ke dalam lemak netral yang mengandung unsur-unsur organik karbon, hidrogen dan oksigen yang terikat dalam ikatan gliserida Suhardjo dan Kusharto 1999. Nilai kadar air tepung tulang ikan lele dumbo afkir yang dihasilkan adalah 8,79. Hasil yang diperoleh tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tepung tulang ikan patin hasil penelitian Kaya 2008, yaitu sebesar 4,95 dan kadar air standar yang ditetapkan oleh ISA 2002, yaitu 3,6. Kaya et al. 2008 menduga bahwa perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis tulang ikan, metode pembuatan serta proses pengeringan yang dilakukan. Air merupakan komponen utama bahan makanan sehingga dapat mempengaruhi rupa, tekstur maupun rasa bahan makanan. Air juga merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap daya awet suatu bahan olahan Winarno 2008. Menurut Ibrahim 2010 keberadaan air erat kaitannya dengan kemampuan mikoroorganisme untuk hidup dan berkembang biak dan mengurai bahan pangan. Tepung tulang ikan lele dumbo afkir memiliki pH 8. Nilai pH tepung tulang hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Kaya 2008 yang menghasilkan tepung tulang ikan patin dengan pH 7,88. Informasi nilai pH suatu bahan pangan diperlukan karena akan mempengaruhi proses penanganan dan pengolahan bahan pangan tersebut selanjutnya. Nilai pH sangat memegang peranan penting dalam proses penyerapan zat gizi dalam tubuh khususnya kalsium. Kalsium membutuhkan pH asam agar dapat berada dalam keadaan terlarut karena kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air Almatsier 2003.

4.4 Penelitian lanjutan

Penelitian lanjutan bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi KPI lele dumbo afkir dengan konsentrasi yang berbeda dan penambahan tepung tulang ikan lele dumbo afkir terhadap mutu organoleptik MP-ASI yang dihasilkan. Pengujian organoleptik dilakukan oleh 30 orang ibu yang mempunyai anak bayi. Hasil uji organoleptik akan dijadikan parameter penentu untuk menentukan formula terpilih dari 30 formula MP-ASI yang diteliti. Formula terpilih kemudian dikarakterisasi lebih lanjut untuk dibandingkan dengan formula kontrol dan produk MP-ASI komersial.

4.4.1 Uji organoleptik skoring

Pengujian organoleptik skoring meliputi 6 jenis parameter uji, yaitu kehalusan dalam mulut, kemudahan ditelan, kelengketan dalam mulut, bau, rasa dan kesukaan keseluruhan. Menurut Mirdhayanti 2004, sifat kehalusan dalam mulut, kemudahan ditelan, dan kelengketan dalam mulut merupakan syarat utama untuk makanan bayi pendamping ASI berbentuk bubur. Pengujian bau, rasa dan kesukaan keseluruhan bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan substitusi KPI lele dumbo afkir serta penambahan tepung tulang ikan lele dumbo afkir terhadap kualitas organoleptik produk MP-ASI yang dihasilkan. Pada pengujian ini, nilai 5 dianggap sebagai nilai tertinggi dan nilai 1 dianggap sebagai nilai terendah. 1 Kehalusan dalam mulut Kehalusan dalam mulut merupakan parameter yang menentukan sifat kehalusan formula MP-ASI apabila telah dilarutkan dengan air. Sifat kehalusan dalam mulut MP-ASI yang berbentuk bubur merupakan hal yang harus diperhatikan karena berhubungan dengan kenyamanan bayi dalam mencicipinya. bubur MP-ASI yang mempunyai tekstur yang kasar, apabila di konsumsi bayi dikhawatirkan bayi tidak menyukai dan akan disemburkan. Skor organoleptik yang tinggi menunjukkan bubur MP-ASI terasa halus dalam mulut, sedangkan skor yang rendah menunjukkan bubur terasa berpasir di dalam mulut. Hasil analisis Kruskal Wallis untuk parameter kehalusan dalam mulut dapat dilihat pada Lampiran 11, dan histogram rerata kehalusan dalam mulut dapat dilihat pada Gambar 13. Hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan jenis formula MP-ASI berpengaruh secara nyata terhadap nilai organoleptik kehalusan dalam mulut. Skor organoleptik tertinggi terdapat pada formula A0 kontrol dan nilai skor terendah pada formulasi E0 substitusi KPI 45 dan penambahan tepung tulang 5 g. Nilai kehalusan formula yang paling disukai serta tidak berbeda nyata dengan MP-ASI formula kontrol adalah formula B1 substitusi KPI 25 dan penambahan tepung tulang 1 g. Secara umum, semakin besar substitusi KPI lele dumbo afkir dan semakin banyak penambahan tepung tulang ikan lele