3.4.3 Daya serap air Beuchat 1977
Sampel sebanyak 1 g dimasukkan kedalam tabung sentrifus lalu ditambah dengan 10 mL akuades, kemudian diaduk dengan spatula dan didiamkan pada
suhu kamar selama 30 menit. Setelah itu disentrifus pada 3.000 rpm selama 30 menit. Volume air bebas atau yang tidak terserap oleh sampel diukur dengan
gelas ukur.
3.4.4 Daya serap minyak Beuchat 1977
Sebanyak 1 g sampel dan 10 mL minyak nabati dimasukkan ke dalam tabung sentrifus, lalu diaduk dengan spatula selama 1 menit. Setelah didiamkan
selama 30 menit, tabung disentrifus pada 3000 rpm selama 30 menit. Volume minyak yang bebas atau tidak terserap oleh sampel diukur dengan gelas ukur.
3.4.5 Densitas kamba Wirakartakusumah et al. 1992
Sebanyak 10 g sampel diukur volumenya dengan gelas ukur 50 mL. Densitas kamba dinyatakan dalam gmL.
⁄
3.4.6 Derajat putih Faridah et al. 2006
Nilai derajat putih diukur dengan menggunakan Whitenessmeter. Prinsip kerja alat ini, yaitu melalui pengukuran indeks refleksi dari permukaan sampel
dengan sensor fotodioda. Semakin putih sampel, maka cahaya yang dipantulkan semakin banyak, begitu pula sebaliknya semakin jelek sampel maka cahaya yang
dipantulkan juga semakin sedikit. Sampel sebanyak ± 10 g dimasukkan ke dalam
tabung pada tempat yang telah disediakan. Nilai derajat putih dapat dilihat pada monitor alat dan nilai yang tertera akan meningkat seiring dengan semakin tinggi
derajat putih sampel. Sebagai standar digunakan bubuk BaSO
4
. Derajat putih dihitung menggunakan rumus:
3.4.7 Kadar air AOAC 1995
Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama satu jam dengan suhu 105
o
C lalu didinginkan didalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga berat konstan. Sampel sebanyak 2 g ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam
cawan porselin dan dikeringkan dalam oven 105
o
C selama 5 jam. Cawan yang berisi sampel setelah dikeringkan kemudian didinginkan di dalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang hingga berat kostan. Apabila belum didapatkan berat konstan, cawan porselin dipanaskan lagi ke dalam oven 105
o
C selama 30 menit. Penentuan kadar air menggunakan rumus:
3.4.8 Kadar abu AOAC 1995
Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama satu jam dengan suhu 105
o
C, lalu didinginkan selama 30 menit dalam desikator dan ditimbang hingga berat konstan. Sampel ditimbang sebanyak 2 g kemudian dimasukkan ke dalam
cawan porselin dan dipijarkan di atas kompor listrik hingga menjadi arang. Cawan porselin berisi sampel yang telah menjadi arang dimasukkan ke dalam muffle
dengan suhu 600
o
C selama 6 jam sampai menjadi abu berwarna keputih-putihan, muffle dibiarkan sampai menunjukkan suhu kamar, kemudian baru dibuka
tutupnya. Cawan porselen didinginkan dengan cara dimasukkan ke dalam oven suhu 105
o
C selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam desikator hingga
dingin. Cawan porselen yang telah dingin selanjutnya ditimbang. Kadar abu dihitung dengan rumus:
3.4.9 Kadar lemak AOAC 1995
Labu lemak dikeringkan didalam oven 105
o
C kemudian ditimbang hingga berat konstan. Sampel sebanyak 2 g dibungkus dengan kertas saring bebas
lemak kemudian dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selongsong tersebut dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Sebanyak 150 mL kloroform dimasukkan
ke dalam labu lemak. Sampel direfluks selama delapan jam, apabila pelarut sudah terlihat jernih menandakan lemak telah terekstrak semua. Pelarut yang ada pada
labu lemak kemudian dievaporasi untuk memisahkan pelarut dan lemak setelah itu dikeringkan dalam oven 105
o
C selama 30 menit. Labu lemak kemudian ditimbang hingga didapatkan berat konstan. Penentuan kadar lemak menggunakan
rumus:
3.4.10 Kadar protein AOAC 1995
Pengujian kadar protein dilakukan melalui tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Tahapan pengujian kadar protein adalah sebagai berikut :
a. Destruksi Sampel ditimbang sebanyak 1-5 g kemudian dimasukkan ke dalam labu
kjeldahl dan ditambah dengan kjeldahl tab selenium dan 10 mL H
2
SO
4
. Labu diletakkan pada alat pemanas dengan suhu 400
o
C di dalam ruang asam. Destruksi dilakukan hingga larutan menjadi bening 1-1,5 jam. Hasil
destruksi kemudian didinginkan dan diencerkan dengan akuades secara perlahan hingga mencapai 100 mL.
b. Destilasi Hasil dekstruksi dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu destilasi.
Erlenmeyer 125 mL berisi 25 mL larutan H
3
BO
3
asam borat dan 2-4 tetes indikator campuran 2 bagian metil red 0,1 dalam alkohol dan 1 bagian
brown cresol green BCG 0,1 dalam alkohol diletakkan sesaat sebelum destilasi dimulai. Ujung kondensor harus terendam di bawah larutan asam
borat. sampel hasil destruksi ditambahkan ke dalam larutan NaOH 8-10 mL kemudian dilakukan destilasi sampai berwarna hijau kebiruan.
c. Titrasi Titrasi hasil destilasi menggunakan larutan HCl 0,01 N hingga larutan
berwarna merah muda. Kadar protein dihitung dengan rumus :
3.4.11 Kadar karbohidrat by difference
Kandungan karbohidrat dihitung dengan metode by difference dengan rumus:
3.4.12 Pengukuran nilai pH AOAC 1995
Pengukuran pH menggunakan alat pH meter yang dinyalakan terlebih dahulu selama 15-30 menit. Elektroda dibilas dengan akuades dan dikeringkan
dengan tissue. pH meter selanjutnya dikalibrasi dengan mencelupkan batang probe pada buffer pH 4 lalu dicelupkan kembali pada buffer 7 dan dibiarkan
beberapa saat hingga stabil. Sampel sebanyak 5 g ditambahkan akuades 45 mL, kemudian dihomogenkan dengan stirrer selama 2 menit. Elektroda dicelupkan ke
dalam sampel selama beberapa menit, dan nilai pH dibaca setelah menunjukkan angka stabil.
3.4.13 Daya cerna protein in vitro Hsu et al. 1977
Penentuan daya cerna protein in vitro menggunakan larutan multienzim tripsin, kemotripsin dan peptidase yang dilarutkan dalam air destilat. Larutan
multienzim tersebut kemudian diletakkan di dalam ice bath dan diatur pHnya hingga mencapai pH 8,0 dengan penambahan HCl atau NaOH 0,1 N.
Sampel disuspensikan ke dalam air destilat hingga mencapai konsentrasi 6,25 mg proteinmL. Sebanyak 50 mL suspensi dimasukkan ke dalam gelas piala,
kemudian diatur hingga mencapai pH 8 dengan menambahkan HCl atau NaOH 0,1 N. Sampel ditaruh dalam penangas air bersuhu 37
o
C dan diaduk dengan magnetic stirer selama 5 menit, ditambahkan 5 mL larutan multienzim dicatat
sebagai menit ke 0 ke dalam larutan suspensi protein sambil tetap diaduk, kemudian pH suspensi sampel dicatat pada menit ke-10. Daya cerna protein
dihitung dengan rumus: Keterangan:
Y = daya cerna protein X = pH sampel pada menit ke-10
3.4.14 Komposisi asam amino AOAC 1995
Sampel sebanyak 0,5 g dimasukkan ke dalam gelas piala 25 mL, kemudian ditambahkan HCl 6 N sebanyak 10 mL. Gelas piala dipanaskan selama 24 jam
pada suhu 100
o
C. Sampel disaring dan diambil filtratnya. Filtrat ditambahkan 5 mL larutan pengering metanol, picolotiocianat, trietilamin kemudian
dikeringkan. Larutan derivatisasi metanol, Na-asetat, dan trietilamin ditambahkan dan sampel didiamkan selama 20 menit. Larutan asetat 1 M
sebanyak 200 mL ditambahkan dan sampel siap diinjeksikan ke HPLC. Kondisi alat HPLC sebagai berikut, temperatur pada suhu ruang kolom
yang digunakan adalah pico tag 3,9 x 150 mm, kecepatan aliran 1,5 mLmenit, batas tekanan 3000 psi, program gradien, fase gerak asetonitril 60 dan buffer
natrium asetat 1 M, dan detektor sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm.