111 semakin besar. Dari Tabel 21, terlihat bahwa kontribusi PAD terhadap total
Pendapatan Daerah Raja Ampat selama periode 2004-2007 hanya sebesar 2,22 dan penerimaan lainnya hanya sebesar 3,19.
Kontribusi terhadap pendapatan daerah terbesar berasal dari transfer Pemerintah Pusat, yaitu untuk Dana Perimbangan memberikan kontribusi sebesar
94,58. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transfer Pemerintah Pusat yang memberikan andil besar terhadap pendapatan daerah selama tahun anggaran
2004 hingga 2007. Kondisi di atas terjadi karena, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat baru
terbentuk pada tahun 2003 dan perangkat hukum dan perangkat daerah untuk meningkatkan PAD seperti Peraturan Daerah tentang pungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah belum sepenuhnya tersedia dengan optimal. Selain itu, kondisi sarana dan prasarana agar berfungsinya pungutan atas pajak daerah dan retribusi
daerah juga belum tersedia secara optimal, seperti pasar, tempat parkir kendaraan, tempat pelelangan ikan, hotel, restoran, reklame, jasa kebersihan, jasa penerangan
jalan umum dan lainnya.
a. Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan Asli Daerah PAD diperoleh melalui pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba dari perusahaan daerah dan penerimaan lain-lain. Angka-
angka ini merupakan cerminan atas kemampuan pemerintah daerah Sorong dan Raja Ampat dalam memanfaatkan potensi di daerahnya. Data PAD Sorong
sebelum dimekarkan mengalami pertumbuhan yang positif dari Rp.4.514.714.850; milyar pada Tahun 1998 menjadi Rp.11.971.780.000; milyar pada Tahun 2002
Gambar 22. Setelah pemekaran, PAD Kabupaten Sorong mengalami penurunan dari
Rp.11.971.780.000; milyar pada Tahun 2002 menjadi Rp.6.721.783.000; milyar pada Tahun 2003, namun kembali meningkat menjadi Rp.15.625.792.000; milyar
pada Tahun 2004. Selanjutnya menurun lagi hingga Rp.8.669.530.000; milyar pada Tahun 2007. Tidak jauh berbeda dengan PAD Kabupaten Raja Ampat yang
pada awal dimekarkan mencapai Rp.3.571.511.573; milyar menurun tajam menjadi Rp.1.874.500.000; milyar pada Tahun 2005, namun kembali meningkat
hingga mencapai Rp.3.678.260.000; milyar pada Tahun 2007.
112
Kabupate n Sor ong
1.000.000.000 2.000.000.000
3.000.000.000 4.000.000.000
5.000.000.000 6.000.000.000
7.000.000.000 8.000.000.000
9.000.000.000 10.000.000.000
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun R
p J
ut a
Pajak daerah Retribusi daerah
Bagi laba BUMD Penerimaan lain-lain
Gambar 22. PAD Kabupaten Sorong sebelum dan setelah pemekaran Kontribusi terbesar bagi PAD Kabupaten Raja Ampat adalah lain-lain
pendapatan yang sah mencapai rata-rata 1,19 per tahun, diikuti retribusi daerah dengan rata-rata mencapai 0,97 kemudian disusul pajak daerah dengan rata-rata
0,05 setiap tahunnya. Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten yang baru dimekarkan sehingga belum memiliki badan usaha milik daerah BUMD,
sehingga kontribusi dari sumber pendapatan ini bagi PAD masih kosong Gambar 23. Menurut laporan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan
Manokwari, 2007 bahwa pendapatan retribusi dari sektor perikanan mempunyai porsi yang cukup besar dari seluruh penerimaan retribusi Tahun Anggaran 2006,
yaitu sebesar 77,26 sehingga sektor perikanan akan menjadi sumber penerimaan yang signifikan bagi PAD Pemerintah Kabupaten Raja Ampat di masa mendatang.
Kabupaten Raja Ampat
250.000.000 500.000.000
750.000.000 1.000.000.000
1.250.000.000 1.500.000.000
1.750.000.000 2.000.000.000
2.250.000.000 2.500.000.000
2004 2005 2006 2007
Tahun R
p 000
Pajak Daerah Retribus i Daerah
Lain-lain PAD yang Sah
Gambar 23. PAD Kabupaten Raja Ampat setelah pemekaran
113 Menurut Agusniar 2006, kondisi yang diharapkan setelah adanya
pemekaran wilayah adalah penerimaan dari PAD yang mendominasi penerimaan daerah karena semakin meningkatnya pendapatan yang bisa dikelola oleh
pemerintah daerah. Otonomi daerah mengharapkan adanya kemandirian dari daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat,
termasuk juga kemampuan mengelola keuangannya sendiri, sehingga akan mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat. Namun kenyataannya
belum seperti yang diharapkan dan tidak sesuai dengan tujuan dari Undang- undang Otonomi Daerah.
b. Dana Perimbangan