91 Gambar 7. Laju Pertumbuhan PDRB Migas Sorong dan Raja Ampat berdasar
harga konstan Tahun 1993 dan 2000 sebelum dan setelah pemekaran.
Gambar 8. Laju Pertumbuhan PDRB Nonmigas Sorong dan Raja Ampat berdasar harga konstan Tahun 1993 dan 2000 sebelum dan setelah pemekaran.
b. PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhannya
Angka PDRB per kapita merupakan cerminan kondisi perekonomian suatu daerahwilayah yang lebih riil dibandingkan angka PDRB saja. Hal ini karena
telah memperhitungkan jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan. PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhannya di Kabupaten Sorong dan Raja Ampat
sebelum dan setelah pemekaran dapat dilihat pada Tabel 15. Laju pertumbuhan PDRB jumlah penduduk di Kabupaten Sorong sebelum dimekarkan cenderung
tumbuh positif dengan rata-rata mencapai 27,62. Penurunan sempat terjadi pada Tahun 1999 karena masih pengaruh dari adanya krisis ekonomi pada Tahun 1998
hingga mencapai laju kontraksi sebesar -15,79 dan juga terjadi pada Tahun 2001 -4,01 dan 2002 2,28.
-20 20
40 60
80 100
120 140
160 180
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Ta hun L
a ju
Sorong Migas Raja Ampat Migas
-10 10
20 30
40 50
60 70
80
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Ta hun
L a
ju
Sorong Nonmigas Raja Ampat Nonmigas
92 Tabel 15. Perkembangan PDRB per Kapita Ribu Rptahunorang Daerah Induk
Kabupaten Sorong dan Daerah Otonom Baru Kabupaten Raja Ampat Sebelum dan Setelah Pembentukan
Tahun Sebelum Pembentukan
1997 1998
1999 2000
2001 2002
Rata2
Daerah Induk 4.462
10.687 8.998
10.865 10.429 10.190 9.272,
- Pertumbuhan 139,47 -15,79
20,74 -4,01
-2,28 27,62
Daerah Otonom
Baru - - - - - -
- Pertumbuhan
- - - - - - -
Tahun Setelah Pembentukan
2003 2004
2005 2006
2007 Rata2
Daerah Induk
21.893 23.365 20.055 19.494 19.739 20.909
- Pertumbuhan 114,83
6,73 -14,17
-2,79 1,25
21,17
Daerah Otonom Baru 6.268
6.44 16.444 16.013 15.316 12.097
- Pertumbuhan 2,80
155,19 -2,62
-4,35 37,75
Sumber : BPS Kabupaten Sorong dan Raja Ampat
Setelah pemekaran, laju PDRB per kapita di Kabupaten Sorong terus mengalami penurunan dari Rp.21.893.358,80 juta pada Tahun 2003 dan menjadi
Rp.19.739.556,17 juta pada Tahun 2007 dengan rata-rata laju pertumbuhan mencapai 21,17. Tingginya laju ini dipicu karena tidak dihitung lagi penduduk
yang ada di dua wilayah pemekaran baru yaitu Raja Ampat dan Sorong Selatan pada Tahun 2002, sehingga secara nominal pembaginya menjadi kecil.
Berbeda dengan di Raja Ampat, awal terbentuknya pemerintahan ini ditandai dengan angka PDRB perkapita relatif tinggi mencapai Rp.6.268.092,59
pada Tahun 2003 menjadi Rp.15.316,43 juta dan terus tumbuh dengan laju rata- rata mencapai 37,75. Rendahnya PDRB per kapita Kabupaten Raja Ampat bila
dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Sorong disebabkan karena Raja Ampat merupakan kabupaten yang baru, sehingga sektor-sektor ekonominya belum
berkembang secara maksimal. Secara umum ekonomi wilayah Kabupaten Sorong Daerah Induk rata-
rata menunjukkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang meningkat dibandingkan Daerah Otonom Baru Kabupaten Raja Ampat. Namun rata-rata
tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Raja Ampat setelah pemekaran umumnya mendekati daerah induknya Kabupaten Sorong. Akan tetapi
pertumbuhan PDRB perkapitanya semakin menurun, namun laju pertumbuhannya terus meningkat. Pada awal pemekaran laju pertumbuhannya positif dan
93 meningkat tajam pada Tahun 2005 melebihi pertumbuhan di Daerah Induk Sorong,
namun pada tahun 2006 dan 2007 pertumbuhannya negatif lebih menurun dari Kabupaten Sorong. Hal ini diperkuat dengan data perkembangan pertumbuhan
ekonomi di Daerah Induk Kabupaten Sorong dan di Daerah Otonom Baru DOB yang dapat dilihat pada Tabel 19. Dimana perkembangan struktur ekonomi
wilayah kedua kabupaten tersebut meningkat, namun Kabupaten Raja Ampat baru meningkat di Tahun 2006 dan 2007. Artinya perkembangan kinerja di Daerah
Otonom Baru relatif tidak lebih baik dibandingkan perkembangan kinerja di daerah induknya.
c. Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral