Kesejahteraan Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA

publik 3. Proses anggaran yang terbuka mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. 4. Adanya tim independen yang selalu memantau dan mengevaluasi pengelolaan keuangan 5. Anggaran daerah disusun oleh pemda dan harus mendapat persetujuan DPRD peraturan pemerintah tentang keuangan daerah perlu disusun 6. Perlu disusun Standar Akutansi Keuangan Daerah 7. Harus ada pemisahan fungsi yang jelas antara eksekutif pelaksana dan legislatif pengawas agar fungsi kontrol DPRD dapat berjalan dengan baik.

2.6. Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan menurut Tim Perumus Penyempurnaan Indikator Sosial 1995 diacu Lumbessy 2006 diartikan sebagai ringkasan dari serangkaian data statistik sosial yang diturunkan dan disusun untuk menggambarkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan-keadaan sosial yang menjadi atau akan menjadi pokok perhatian atau usaha pengembangan masyarakat. Keadaan sosial mencakup aspek yang sangat luas, baik aspek yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Pada umumnya untuk mengukur kesejahteraan rakyat terbatas pada indikator-indikator ekonomi. Indikator-indikator sosial dapat digunakan untuk melihat kesejahteraan tidak hanya dari segi ekonomi, namun lebih luas dari itu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada umumnya dihubungkan dengan pengurangan tingkat kemiskinan dan perbaikan pemerataan equity. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dianggap secara otomatis akan menghilangkan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan baik antar kelompok masyarakat maupun antar wilayah. Namun demikian banyak bukti menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tidak bisa memecahkan permasalahan pembangunan yang mendasar seperti kemiskinan dan taraf hidup masyarakat secara luas Arsyad, 1999. Pertumbuhan ekonomi memang benar meningkatkan kesejahteraan nasional dan juga memiliki potensi untuk mengurangi kesenjangan dan mengatasi permasalahan sosial lainnya, namun pengalaman sejarah menunjukkan banyak contoh dimana pertumbuhan ekonomi tidak diikuti dengan pembangunan manusia, yang justru menimbulkan permasalahan sosial ekonomi semakin besar seperti semakin tingginya tingkat kesenjangan, pengangguran yang tinggi, kedudukan politik yang tidak seimbang dan sebagainya Saefudin, 2005. Masyarakat yang sejahtera mengandung arti bahwa setiap anggota masyarakat dapat memperoleh kebahagian, tetapi kesejahteraan salah satu individu belum menjamin adanya kesejahteraan seluruh masyarakat. Usaha mensejahterakan masyarakat berarti usaha untuk menjadikan semua anggota masyarakat dapat hidup bahagia Su’ud 1991. Menurut Budiman 1995 diacu Lumbessy 2006 ada lima macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan, yaitu 1 kekayaan rata-rata, yang biasa dinyatakan dalam Produk Nasional Bruto PNB per kapita per tahun atau Produk Domestik Bruto PDB per kapita per tahun, semakin tinggi angka PNB berarti semakin berhasil; 2 pemerataan, yang umumnya dinyatakan dalam indeks gini. Bila indeks gini lebih besar dari 0,5 dikatakan terjadi kesenjangan pemerataan yang tinggi, kesenjangan moderat ditunjukan dengan angka kisaran antara 0,4-0,5 dan indeks gini kurang dari 0,4 dianggap kesenjangan pemerataannya kecil; 3 kualitas kehidupan, diukur dengan menggunakan PQLI Physical Quality of Life Index; 4 kerusakan lingkungan, diukur dari kerusakan sumber daya alam, polusi dari kegiatan industri dan sebagainya dan 5 keadilan sosial dan kesinambungan. Dua hal penting menurut Su’ud 1991 mengenai kesejahteraan adalah : 1 kesejahteraan menuntut adanya kekayaan yang meningkat yaitu mengukur kesejahteraan dengan keluaran fisik dan 2 kesejahteraan tercapai bila ada distribusi dari pendapatan yang dirasa adil oleh masyarakat. Sementara Badan Pusat Statistik BPS melalui Inkesra 1995 mencatat ada tujuh kelompok indikator sektoral, yaitu : 1. Kependudukan, meliputi laju pertumbuhan, persebaran penduduk, struktur umur, jenis kelamin, perkawinan dan fertilitas, keluarga berencana. 2. Kesehatan, terdiri dari harapan hidup, kematian bayi, kelahiran, sarana dan prasarana kesehatan, pemanfaatan sarana kesehatan, imunisasi. 3. Gizi, meliputi status gizi balita, penyediaan kalori, penggunaan air susu ibu. 4. Pendidikan, terdiri dan keadaan sarana pendidikan, partisipasi sekolah, tingkat buta huruf, pendidikan yang ditamatkan. 5. Kemiskinan dan distribusi pendapatan serta pengeluaran rumah tangga yang meliputi penduduk miskin, distribusi pendapatan, pengeluaran rumah tangga.

2.7. Pengembangan Sektor Pariwisata Sebagai Kebijakan Pembangunan