Perkembangan Kapasitas Fiskal Daerah

115 Di Kabupaten Raja Ampat, diawal pemekaran DAU merupakan proporsi dana yang paling besar diterima hingga mencapai 61,24 pada Tahun 2004, sama seperti Kabupaten Sorong. Pada tahun berikutnya ada kecenderungan penurunan proporsi DAU yang diterima Kabupaten Raja Ampat setiap tahunnya hingga mencapai 57,80 pada Tahun 2007. Untuk dana bagi hasil meningkat dari Tahun 2004 13,38 menjadi 15,68 di Tahun 2005, namun mengalami penurunan proporsinya hingga mencapai 1,43 pada Tahun 2007. Sedangkan DAK, proporsi yang diterima Raja Ampat menunjukkan ada peningkatan setiap tahunnya, dari 7,54 di Tahun 2004 hingga mencapai 11,82 di Tahun 2007.

5.3.2. Perkembangan Kapasitas Fiskal Daerah

Perhitungan Nilai Indeks Diversitas Entropi IDE Kapasitas Fiskal Daerah sebelum dan setelah pemekaran di Kabupaten Sorong dan Raja Ampat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17, 18 dan Tabel 23 serta dapat dilihat pada Gambar 25 di bawah ini, yang menggambarkan tingkat perkembangan sumber-sumber pendapatan daerah. Semakin tinggi nilai IDE pendapatan daerah menunjukkan semakin tinggi perkembangan sumber-sumber pendapatan daerah yaitu PAD, dana perimbangan dan lain-lain penerimaan yang sah. Tabel 23. Nilai Indeks Diversitas Entropi IDE Pendapatan Daerah Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran Kab. Nilai IDE Pendapatan Daerah Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sorong 0,20 0,24 0,15 0,11 0,57 0,54 0,28 0,25 0,10 0,29 Raja Ampat 0,31 0,36 0,13 0,10 Sumber : Data diolah 2008 Nilai IDE Kabupaten Sorong sebelum pemekaran berawal dari 0,20 pada Tahun 1998 dan meningkat menjadi 0,24 pada Tahun 1999, namun turun menjadi 0,15 pada Tahun 2000 dan 0,11 pada Tahun 2001 dan kembali naik menjadi 0,57 pada Tahun 2002. Setelah pemekaran nilai IDE pendapatan daerah semakin menurun dari nilai 0,54 pada Tahun 2003 menjadi 0,29 pada Tahun 2007, hal ini disebabkan karena unsur penyumbang penerimaan daerah yang didominasi oleh 116 dana perimbangan yang sangat besar dari Pemerintah Pusat, sedangkan unsur lainnya adalah masih kecilnya kontribusi PAD bagi pendapatan daerah. Gambar 25. Tingkat perkembangan nilai IDE Pendapatan Daerah Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran Nilai IDE penerimaan Kabupaten Raja Ampat diawali dari 0,15 pada Tahun 2004 dan meningkat menjadi 0,36 pada Tahun 2005 menjadi 0,36 dan kembali menurun hingga 0,10 pada Tahun 2007. Kabupaten Raja Ampat yang baru berusia 4 Tahun berdasar data anggaran memiliki proporsi tak berimbang diantara unsur-unsur penyusun pendapatan daerah. Penerimaan dari dana perimbangan merupakan penyumbang tertinggi yaitu 94,58 selama tahun anggaran 2004-2007, sementara sisanya diperoleh dari PAD dan lain-lain penerimaan yang sah. Kemampuan fiskal daerah diharapkan dapat dipenuhi sebagian besar dari potensi lokalasli daerah tersebut. Hal ini tercermin dari PAD yang bersumber dari pajak, retribusi, laba usaha daerah serta penerimaan lain yang sah. Kondisi setelah pemekaran ternyata tidak membuat potensi sumber pendapatan asli daerah membesar dari proporsi, tetapi sebaliknya semakin mengecil. Hal ini karena proporsi dana perimbangan yang semakin besar sejalan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah perimbangan keuangan pusat-daerah. Menurut Agusniar 2006, secara umum PAD suatu daerah otonom sebelum dan setelah diberlakukannya undang-undang otonomi daerah dimungkinkan tidak akan banyak berubah, jika daerah hanya mengandalkan pemasukkan dari pajak. Hal ini karena pajak-pajak potensial seperti PPh, PPn dan 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sebelum Setelah Tahun N ila i ID E P e n d a p a ta n D a e ra h Sorong Raja Ampat 117 pajak kendaraan bermotor masih dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah hanya memperoleh bagi hasil. PAD akan dapat meningkat nyata, jika daerah mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada melalui berbagai usaha riil dalam bentuk perusahaan daerah ataupun yang lainnya.

5.3.3. Pemanfaatan Penerimaan Daerah