Analisis Location Quotient LQ Penentuan Sektor Unggulan dan Prioritas

52 Dimana : SD = Differential Share Eiro = NTB sektor i di Kabupaten Raja Ampat tahun awal Eino = NTB sektor i di Provinsi Papua Barat tahun awal Eirt = NTB sektor i di Kabupaten Raja Ampat tahun akhir Eint = NTB sektor i di Provinsi Papua Barat tahun akhir Selanjutnya hubungan dari ketiga komponen tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : G = R + S ....................................................................................... 9 Dimana : G = Pertumbuhan aktual Kabupaten Raja Ampat R = Provinsial Share S = Total Shift Share SP + SD

3.7.5.2. Analisis Location Quotient LQ

Analisis lain dari perekonomian wilayah adalah analisis Location Quotient LQ, tujuannya adalah untuk melihat dan dapat menentukan sektor basis atau sektor non basis dari suatu wilayah perencanaan serta dapat mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Raja Ampat, formulasinya adalah : ......................................................................... 10 Dimana : LQ = Location Quotient NTBik = NTB sektor i di Kabupaten Raja Ampat NTBip = NTB sektor i di Provinsi Papua Barat PDRBk = Total PDRB di Kabupaten Raja Ampat PDRBp = Total PDRB di Provinsi Papua Barat Untuk mengetahui kontribusi pariwisata bahari terhadap perekonomian wilayah sebelum dan sesudah pemekaran yaitu dengan menjumlahkan PDRB dari sub sektor hotel, restoran, sub sektor hiburan dan rekreasi.

3.7.5.3. Penentuan Sektor Unggulan dan Prioritas

Untuk menentukan sektor atau subsektor unggulan yang dijadikan prioritas di Kabupaten Raja Ampat, maka dibuat matrik gabungan dari beberapa pendekatan seperti pendekatan laju pertumbuhan ekonomi, pendekatan Location p ip k ik PDRB NTB PDRB NTB LQ = 53 Quatient , dan pendekatan Shift Share, dan masing-masing diberikan penilaian. Dengan adanya penggabungan akan membantu menentukan strategi yang tepat dalam menentukan strategi perekonomian Patria, 1999 disita Rompon, 2006. Dari ketiga analisis tersebut, kemudian disusun tiga macam tingkatan, yaitu menurut kelompok sektro lapangan usaha, menurut sektor lapangan, dan menurut sub sektor lapangan usaha. Tujuan adalah untuk melihat penekanan pengembangan perekonomian, karena perekonomian biasanya dikembangkan menurut prioritas yang dilihat dari tiga tingkatan di atas, sehingga jelas mana yang akan diprioritaskan jika penekanan perekonomian dilakukan terhadap tingkatan tersebut. Karena masing-masing pendekatan tersebut mempunyai pengaruh yang tidak sama dalam penentuan strategi pengembangan maka untuk memudahkan penafsiran, untuk itu diberikan bobot pada masing-masing pendekatan tersebut. Untuk pendekatan laju pertumbuhan diberikan empat macam kriteria yaitu laju pertumbuhan tinggi, laju pertumbuhan sedang dan laju pertumbuhan rendah dan laju pertumbuhan negatif. Masing-masing tingkatan tersebut diberikan nilai antara lain, laju pertumbuhan tinggi yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya di atas 8,50 diberikan bobot tiga, laju pertumbuhan sedang yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya antara 7 sampai 8,49 diberikan bobot dua, laju pertumbuhan rendah yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya antara 0,01 sampai 6,99 dan laju pertumbuhan negatif yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya negatif diberian bobot nol. Selanjutnya menurut pendekatan Location Quatient maka dibagi menjadi tiga kriteria. Kriteria pertama jika sektor basis yaitu sektor atau sub sektor yang nilai Location Quatient nya besar dari satu diberikan bobot dua 2, kriteria kedua yaitu sektor atau sub sektor non basis tetapi mendekati basis dengan nilai 0,80 sampai 0,99 diberikan bobot satu 1, dan kriteria ketiga yaitu sektor atau sub sektor non basis yang tidak mendekati basis yaitu nilai Location Quatient nya di bawah 0,80 berikan bobot nol 0. Kemudian melalui pendekatan Shift Share diberikan dua macam kriteria untuk masing-masingnya yaitu pendekatan Proportional Share atau Differential Share nilainya positif maka masing-masing akan diberikan bobot dua, sedangkan jika nilainya negatif maka masing-masing akan diberikan bobot nol. 54

3.7.5. Analisis Strategi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bahari