147
5.6.2. Pelayanan Pemerintah
Secara umum pendapat responden menyatakan bahwa adanya pemekaran Kabupaten Raja Ampat masyarakat dapat merasakan pelayanan pemerintah yang
lebih baik dalam hal layanan administrasi kependudukan pembuatan KTP, Kartu Keluarga, Surat Kelahiran dan lain-lain dan administrasi usaha surat ijin terkait
pendirian usaha. Indikator layanan pemerintah dalam hal layanan administrasi kependudukan, semua responden dengan karakteristik umur, jenis pekerjaan dan
status pendidikan berpendapat 100 sangat meningkat Gambar 31. Sedangkan layanan pemerintah dalam hal administrasi usaha, responden
yang berpendapat bahwa setelah pemekaran Kabupaten Raja Ampat tidak ada perubahan adalah responden yang berusia 60 tahun ke atas, status pendidikan SD
dan SMP serta berprofesi swasta masyarakat umum. Kemungkinan persepsi ini muncul karena rata-rata petani dan nelayan dan lulusan SD atau tidak sekolah
sehingga jarang sekali berurusan dengan masalah perijinan usaha.
Gambar 31. Pola hubungan karakteristik responden dengan layanan administrasi
kependudukan sebagai dampak pemekaran wilayah Selanjutnya responden yang berpendidikan SMA dan PT, berprofesi PNS,
anggota DPRD, mahasiswa dan tokoh masyarakat berpendapat bahwa setelah pemekaran layanan pemerintah dalam hal administrasi usaha meningkat atau lebih
baik Gambar 32. Persepsi ini muncul terutama bagi PNS dan anggota DPRD Kabupaten Raja Ampat dengan status pendidikan SMA dan PT ternyata
cenderung berpersepsi bahwa dengan adanya pemekaran kabupaten ini pelayanan
148 pemerintah lebih baik dari sebelumnya. Menurut Lumbessy 2005, bahwa
sebagai PNS tentunya wajar mereka mempunyai persepsi demikian karena hal ini berkaitan dengan tugas dan fungsi pemerintahan yang mereka jalankan.
Stakeholder PNS ini merasa telah melaksanakan tugasnya secara maksimal. Namun sayangnya persepsi ini kurang sesuai dengan persepsi masyarakat sebagai
pihak yang membutuhkan perijinan.
Gambar 32. Pola hubungan karakteristik responden dengan layanan administrasi usaha sebagai dampak pemekaran wilayah
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam dampak pemekaran wilayah didekati melalui realisasi usulan program dari masyarakat, kesempatan mengkritik pemerintah,
keterlibatan masyarakat dalam program pendidikan, kesehatan dan pengetasan kemiskinan. Secara umum responden menyatakan adanya peningkatan dalam
realisasi usulan program dari masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam program pendidikan dan kesehatan, namun kesempatan mengkritik pemerintah dan
program pengetasan kemiskinan di Kabupaten Raja Ampat tidak ada perubahaan atau sama saja tetap.
Terkait usulan realisasi program pembangunan kampung, masyarakat yang berpendidikan SD dan SMP, berprofesi swasta dan berusia 60 tahun ke atas
mengatakan bahwa setelah pemekaran usulan program membangun kampung semakin menurun atau makin susah untuk direalisasikan. Kemudian bagi
mahasiswa dan berpendidikan SMA mengatakan bahwa setelah pemekaran tidak
149 ada perubahan atau sama saja. Sedangkan bagi pihak pemerintah PNS dan
DPRD dengan status pendidikan PT berpersepsi bahwa dengan adanya pemekaran Kabupaten Raja Ampat program pembangunan kampung lebih mudah
untuk direaliasasikan Gambar 33. Persepsi ini menurut Lumbessy 2005 yang menyatakan bahwa kinerja pemerintah daerah Pemda yang menurut pemda
sendiri baik, ternyata sampai sejauh ini tidak mendapat penilaian yang sama dari masyarakat. Untuk itu perbaikan kinerja Pemerintah Dearah Kabupaten Raja
Ampat harus terus diperbaiki. Gambar 33. Pola hubungan karakteristik responden dengan ketersediaan tingkat
partisipasi masyarakat usulan program pembangunan kampung sebagai dampak pemekaran wilayah
Terkait dengan kemudahan untuk mengkritisi kinerja pemerintah, masyarakat petani dan nelayan swasta dengan pendidikan SD dan SMP serta
berusia 60 tahun berpendapat bahwa setelah pemekaran makin susah menurun
untuk mengkritisi kinerja pemerintah. Sedangkan sebagian masyarakat dan mahasiswa dengan berpendidikan SMA berpendapat bahwa setelah pemekaran
Kabupaten Raja Ampat kesempatan untuk mengkritisi pemerintah tidak banyak berubah. Namun sebaliknya bagi PNS, DPRD dan tokoh masyarakat dengan
status pendidikan PT berpersepsi bahwa setelah pemekaran Kabupaten Raja Ampat masyarakat dengan mudah untuk mengkritisi pemerintah Gambar 34.
Selanjutnya dampak pemekaran terhadap keterlibatan masyarakat pada penentuan program pendidikan, masyarakat petani dan nelayan dengan status
150 pendidikan SD dan SMP berpendapat bahwa makin susah bahkan tidak ada
perubahan untuk merasakan manfaat dari program pemerintah di bidang pendidikan. Persepsi ini berbeda dengan pihak mahasiswa, PNS dan DPRD
dengan status pendidikan SMA dan PT dimana mereka berpendapat bahwa dengan adanya pemekaran Kabupaten Raja Ampat program pemerintah di bidang
pendidikan jauh lebih baik dari sebelumnya Gambar 35. Gambar 34. Pola hubungan karakteristik responden dengan partisipasi masyarakat
kesempatan mengkritik pemerintah sebagai dampak pemekaran. Gambar 35. Pola hubungan karakteristik responden dengan partisipasi masyarakat
penentuan program pendidikan sebagai dampak pemekaran wilayah Program pemerintah di bidang kesehatan, misalnya pengobatan gratis dan
lain-lain, persepsi dari masyarakat umum dengan status pendidikan SD dan SMP menunjukkan bahwa setelah pemekaran tidak ada perubahan dari program
pemerintah di bidang kesehatan misalnya pengobatan gratis dan lain-lain Gambar 36. Hal ini berbalik dengan persepsi PNS, DPRD, mahasiswa, tokoh masyarakat
151 dengan status pendidikan SMA dan PT bahwa dengan adanya pemekaran
Kabupaten Raja Ampat program pemerintah di bidang kesehatan lebih baik dari sebelumnya dan banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat misalnya
pengobatan gratis, obat murah dan lain-lain. Dengan demikian nampak bahwa persepsi PNS dan DPRD selaku pengelola program ternyata berbeda dengan
persepsi masyarakatnya. Gambar 36. Pola hubungan karakteristik responden dengan partisipasi masyarakat
penentuan program layanan kesehatan sebagai dampak pemekaran Berbeda dengan pendapat responden terkait keterkaitannya dalam program
pengentasan kemiskinan yang oleh responden petani dan nelayan dengan status pendidikan SD berpendapat bahwa selama ini mereka tidak dapat merasakan
manfaat dari program pemberantasan kemiskinan. Sedangkan sebagian masyarakat dengan status pendidikan SMP berpendapat bahwa setelah pemekaran
tidak ada perubahan dalam program pengentasan kemiskinan atau bisa dikatakan tetap seperti sebelumnya. Tetapi bagi mahasiswa, PNS dan DPRD dengan status
pendidikan SMA dan PT berpersepsi bahwa dengan adanya pemekaran, program pengentasan kemiskinan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hasil
correspondence analysis hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 37.
Persepsi PNS dan DPRD cukup mengherankan dan justru bertolak belakang dengan persepsi masyarakat, dimana secara umum mereka menyatakan
bahwa kondisi masyarakat menjadi lebih baik atau meningkat dengan adanya berbagai program pemerintah. Sedangkan masyarakat kecil seperti petani, nelayan,
buruh dan pedagang dengan rata-rata lulusan SDtidak sekolah sebagai pihak yang
152 menjadi target atau sasaran pemberian bantuan justru merasa tidak banyak
mendapat manfaat dari program yang ada. Informasi ini diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah Kabupaten Raja Ampat untuk mengkaji kembali
program-program yang telah dilaksanakan, agar bisa melakukan evaluasi apakah program-program tersebut sudah tepat sasaran atau tidak.
Gambar 37. Pola hubungan karakteristik responden dengan ketersediaan tingkat partisipasi masyarakat penentuan program pengentasan kemiskinan
sebagai dampak pemekaran wilayah
5.6.4. Fasilitas Umum