2.2.2. Konsep Otonomi Daerah
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos = sendiri dan nomos =
Undang-undang, yang berarti perundangan sendiri Izelf Wetgeving. Ada beberapa ahli yang memberi pengertian tentang otonomi, diantaranya yaitu
Manan 1994 yang mendefinisikan otonomi sebagai kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah adalah
keleluasaan dalam bentuk hak dan wewenang serta tanggung jawab badan pemerintah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sebagai
manivestasi desentralisasi. Definisi lebih sederhana disampaikan oleh Mahwood dalam Sudantoko 2003
yaitu kebebasan dari pemerintah daerah dalam membuat dan mengimplementasikan keputusan.
Pemberian otonomi kepada daerah menurut Riyadi dan Bratakusumah 2003 merupakan upaya pemberdayaan dalam rangka mengelola pembangunan di
daerahnya. Kreativitas, inovasi dan kemandirian diharapkan akan dimiliki oleh setiap daerah, sehingga dapat mengurangi tingkat ketergantungannya
pada pemerintah pusat. Hal penting lain adalah dengan adanya otonomi daerah, kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah kepada
masyarakatnya akan meningkat. Dengan kata lain penyediann barang-barang publik public goods dan pelayanan publik public service dapat lebih terjamin.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa implementasi otonomi daerah harus lebih berorientasi pada upaya pemberdayaan daerah, bila dilihat dari
konteks kewilayahan teritorial, sedangkan bila dilihat dari struktur tata pemerintahan, berupa pemberdayaan pemerintah daerah dalam mengelola sumber-
sumber daya yang dimiliki dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip kesatuan bangsa dan negara. Kemudian dalam konteks kemasyarakatan,
pemberdayaan yang diupayakan harus lebih berorientasi pemberdayaan masyarakat di masing-masing daerah, sehingga lebih berpartisipasi dalam
pembangunan. Menurut Mustopadidjaja 1999 diacu Riyadi dan Bratakusumah 2003
a d a t i g a h a l y a n g p e r l u d i p e r h a t i k a n o l e h p e me r i n t a h d a l a m u p ay a memberdayakan masyarakatnya, yaitu 1 pengurangan hambatan dan kendala--
kendala bagi kreativitas dan partisipasi masyarakat, 2 perluasan akses pelayanan
untuk menunjang berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan 3 pengembangan program untuk lebih meningkatkan kemampuan dan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk aktif serta dalam mengembangkan sumberdaya produktif yang tersedia, sehingga memiliki nilai
tambah guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Dijelaskan pula oleh Mustopadidjaja 1999, bahwa dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang baik, ada tujuh prinsip yang harus dikembangkan dan
dimplementasikan dengan segala konsekuensi dan implikasinya, yaitu : -
Demokrasi dan pemberdayaan -
Pelayanan -
Desentralisasi -
Transparasi dan Akuntabilitas -
Partisipasi -
Konsistensi Kebijakan dan Kepastian Hukum Otonomi daerah di Indonesia bukan merupakan konsep baru, karena sejak
Republik ini berdiri, otonomi daerah sudah menjadi bahan pemikiran founding fathers
kita. Hal ini terbukti dengan dituangkannya masalah otonomi daerah dalam UUD 1945, yang ditindaklanjuti dengan berbagai UU sejak
Tahun 1958 hingga Tahun 1999 dengan UU No. 22 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004. Namun dalam
implementasinya selama ini kita tidak pernah mampu melaksanakan otonomi daerah secara nyata Riyadi dan Bratakusumah, 2003. Lebih jauh
diterangkan bahwa ada beberapa permasalahan yang perlu dipahami dalam penerapan otonomi, yaitu :
1. Kita harus me mahami bahwa otonomi daer ah adalah suat u
s is te m pemerintahan dalam sistem ketatanegaraan secara utuh. Ini berarti bahwa otonomi adalah subsistem dalam sistem ketatanegaraan dan
merupakan sistem yang utuh dalam pemerintahan. Artinya, seluas apapun otonomi daerah diterapkan tidak akan pernah lepas dari kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2.
Perlu dipahami pula bahwa untuk dapat melaksanakan otonomi secara baik dan benar diperlukan adanya political will kemauan politik dari semua
pihak, baik pemerintah pusat, masyarakat maupun pemerintah daerah. Keamanan politik ini sangat penting, karena diyakini dapat mempersatukan
berbagai kepentingan yang berbeda ke dalam suatu wadah pemahaman yang berorientasi pada satu tujuan. Dengan kemajuan politik ini diharapkan
pemikiran-pemikiran parsial, primordial, rasial etnosentris dan separatisme dapat terbendung, bahkan dapat diakomodasikan secara optimal menjadi suatu
kekuatan yang besar bagi proses pembangunan. 3.
Perlu adanya komitmen bersama untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan aturan yang berlaku guna mencapai tujuan yang diharapkan.
2.3. Perekonomian Wilayah