117 pajak kendaraan bermotor masih dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah
hanya memperoleh bagi hasil. PAD akan dapat meningkat nyata, jika daerah mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada melalui berbagai usaha riil dalam
bentuk perusahaan daerah ataupun yang lainnya.
5.3.3. Pemanfaatan Penerimaan Daerah
Pengeluaranbelanja sebagai pemanfaatan penerimaan daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dibagi dalam 2 kelompok
yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan. Berdasarkan proporsinya, sebelum pemekaran 1998-2002 pengeluaran belanja rutin di Kabupaten Sorong terus
meningkat dari 65,73 hingga 82,91 dengan rata-rata 76,43 per tahun, sedangkan pengeluaran belanja pembangunan terus menurun dari 34,27 hingga
17,09 dengan rata-rata 23,57 per tahun Tabel 24. Hal ini diduga karena imbas dari krisis ekonomi serta adanya kebijakan pemerintah pusat saat itu
menaikkan gaji pegawai. Setelah pemekaran, proporsi belanja rutin mulai menurun dari 81,92
pada Tahun 2003 menjadi 59,02 pada Tahun 2007, namun proporsi rata-ratanya masih tinggi yaitu 60,18. Pada Tahun 2004 terjadi pergeseran yang signifikan
dimana proporsinya berbalik, pengeluaran rutin menurun sebesar 35,18 sedangkan pengeluaran pembangunan mencapai 64,81. Menurunnya belanja
rutin ini, disebabkan adanya pengurangan jumlah pegawai karena adanya pemekaran dua kabupaten baru yaitu Kabupaten Sorong Selatan dan Raja Ampat
Namun pada Tahun 2005 kembali meningkat yang tentunya akibat adanya penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh pemerintah setempat terutama
menyangkut penerimaan pegawai baru. Data menunjukkan bahwa belanja rutin di Kabupaten Raja Ampat
cenderung menurun dari 77,20 pada Tahun 2004 menjadi 28,53 pada Tahun 2007 dengan rata-rata pengeluaran rutin mencapai 40,70, sedangkan
pengeluaran pembangunan cenderung meningkat dari 22,80 pada Tahun 2004 menjadi 71,47 pada Tahun 2007 dengan rata-rata 59,30. Kondisi ini terjadi
karena masih sedikitnya jumlah pegawai sehingga kebutuhan untuk gaji yang biasanya mendominasi pengeluaran rutin suatu daerah menjadi relatif kecil.
118
Tabel 24. Proporsi Pengeluaranbelanja Rutin dan Pembangunan Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran
Tahun Kabupaten Sorong
Pengeluaran Kabupaten Raja Ampat
Pengeluaran Penerimaan
Penerimaan Belanja Rutin
Belanja Pembangunan Belanja Rutin
Belanja Pembangunan Rp
Rp Rp
Rp
1998 60.262.690.010 65,73
31.425.105.400 34,27
92.486.158.770 1999 53.034.063.000
67,13 25.971.933.000
32,87 80.694.754.000
2000 92.724.715.000 79,20
24.347.220.000 20,80
118.688.673.000 2001 223.798.147.000
87,20 32.850.860.000
12,80 256.649.007.000
2002 294.132.982.000 82,91
60.646.980.000 17,09
358.251.168.000
Total 723.952.597.010 382,16 175.242.098.400
117,84 906.769.760.770
Rata
2
144.790.519.402 76,43 35.048.419.680 23,57 181.353.952.154
2003 314.084.175.000 81,92
69.316.260.000 18,08
383.400.435.000 2004 82.427.282.000
35,18 151.820.368.000
64,81 236.543.626.000
46.883.940.058 77,20 13.845.950.229 22,80 59.834.710.008 2005 177.192.478.785
68,95 79.777.118.877
31,05 334.792.872.277
30.869.280.000 22,98
103.417.940.000 77,01 150.751.110.000
2006 251.324.776.705 55,84
198.779.296.425 44,16
544.885.990.702 121.287.477.568 34,06 234.792.152.506 65,94 389.245.366.193
2007 358.895.718.516 59,02
249.140.771.484 40,97
602.970.183.000 138.246.278.000
28,53 346.279.959.333
71,47 458.289.178.333
Total 1.183.924.431.006
300,92 748.833.814.786 199,07
2.102.593.106.979 337.286.975.626 162,78 698.336.002.068 237,22 1.058.120.364.534
Rata
2
236.784.886.201 60,18 149.766.762.957 39,81 288.304.159.907 84.321.743.907 40,70
174.584.000.517 59,30 264.530.091.134
Sumber : BPS dan Bagian Keuangan Bupati Sorong dan Raja Ampat
119 Dimana jumlah Pegawai Negeri Sipil PNS Kabupaten Raja Ampat pada
Tahun 2006 berjumlah 557 orang, ini lebih sedikit jumlahnya dari PNS di Kabupaten Sorong dimana pada Tahun 2006 berjumlah 3.444 orang. Rekrutmen
PNS di Kabupaten Raja Ampat maupun Sorong dilakukan atas Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan atas persetujuan Menteri Keuangan Republik
Indonesia. Dengan demikian wajar saja kalau belanja rutin di Kabupaten Sorong lebih meningkat dari Kabupaten Raja Ampat.
Sebagai kabupaten pemekaran yang baru berdiri dan sebelum pemekaran, pembangunan di wilayah Raja Ampat masih sangat rendah, sehingga banyak hal
yang harus dibangun. Oleh karena itu, prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat diarahkan pada penyediaan infrastruktur demi pelayanan
kepada masyarakat seperti pembangunan jalan dan jembatan, sarana air bersih, jaringan listrik, pembangkit listrik, bangunan gedung kantor, gedung sekolah,
puskesmasrumah sakit dan infrastruktur lainnya. Perbandingan proporsi belanja rutin dan pembangunan Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan
setelah pemekaran dapat dilihat pada Gambar 26.
Belanja Rutin Pembangunan Kabupaten Sorong Raja Ampat
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sebelum
Setelah
Tahun P
rop or
s i
Belanja Rutin Sorong
Belanja Rutin Raja Ampat
Belanja Pembangunan
Sorong
Belanja Pembangunan
Raja Ampat
Gambar 26. Perbandingan belanja rutin dan pembangunan Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran
120
5.3.4. Perbandingan Umum Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Wilayah dan Kapasisitas Fiskal Daerah Kabupaten Sorong
dan Raja Ampat Sebelum dan Setelah Pemekaran. Secara umum ekonomi wilayah dan kapasisitas fiskal daerah Kabupaten
Sorong Daerah Induk rata-rata menunjukkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang meningkat dibandingkan Daerah Otonom Baru Kabupaten
Raja Ampat. Namun rata-rata tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Raja Ampat setelah pemekaran umumnya mendekati daerah induknya Kabupaten
Sorong. Akan tetapi pertumbuhan PDRB perkapitanya semakin menurun, namun lajunya terus meningkat Tabel 25.
Tabel 25. Perbandingan Umum Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Wilayah dan Kapasisitas Fiskal Daerah Kabupaten Sorong
dan Raja Ampat Sebelum dan Setelah Pemekaran
FaktorIndikator Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ekonomi Wilayah dan Fiskal Daerah Daerah Induk
Kabupaten Sorong, 1997-2007
Daerah Otonom Baru Kabupaten Raja
Ampat, 2003-2007
y PDRB Migas Rp 1.054,03 Tinggi
387,71 Rendah y PDRB Nonmigas Rp
726,54 Tinggi 202,56 Rendah
y Pertumbuhan PDRB Migas 16,61 Rendah
42,98 Tinggi y Pertumbuhan PDRB Nonmigas
12,31 Tinggi 5,22 Rendah
y PDRB Perkapita Rp 15.091,09 Tinggi 12.097,35
Rendah y Laju PDRB Perkapita
24,39 Rendah 37,75 Tinggi
y Peranan Sektor PDRB 1 Pertambangan,
2 Pertanian, 3 Industri Pengolahan,
4 Jasa-jasa 1 Pertanian,
2 Pertambangan dan Penggalian,
3 Jasa-jasa y Perkembangan Ekonomi Wilayah
Indeks Diversitas Entropi Meningkat Meningkat
di Tahun
2006 dan 2007 y APBD Rp
Rp.290.915,15 Milyar Tinggi
Rp.264.477,71 Milyar Rendah
y PAD , y Laju Pertumbuhan PAD
3,07 Tinggi, 25,55 Tinggi
2,22 Rendah, 13,77 Rendah
y Dana Perimbangan , y Laju Pertumbuhannya
92,55 Rendah 30,95 Rendah
94,58 Tinggi 114,85 Tinggi
y Penerimaan Lain , y Laju Pertumbuhannya
4,36 Tinggi 383,84 Rendah
3,19 Rendah 395,77 Tinggi
y Perkembangan Kapasitas Fiskal Daerah Indeks Diversitas Entropi
Meningkat Menurun y Belanja Rutin
68,30 Meningkat 40,70 Menurun
y Belanja Pembangunan 31,69 Menurun
59,30 Meningkat Sumber : Data diolah, 2008
Keterangan : Rata-rata
121 Sedangkan perkembangan struktur ekonomi wilayah kedua kabupaten
tersebut meningkat, namun Kabupaten Raja Ampat baru meningkat di Tahun 2006 dan 2007. Hal ini diperkuat juga dengan data kapasitas fiskal daerah di daerah
induk Sorong perkembangannya meningkat sedangkan kapasitas fiskal di daerah hasil pemekaran Raja Ampat menurun. Selanjutnya belanja rutin untuk Kabupaten
Sorong meningkat sedangkan belanja rutin Kabupaten Raja Ampat menurun. Sebaliknya belanja pembangunan untuk Kabupaten Sorong menurun sedangkan
belanja pembangunan untuk Kabupaten Raja Ampat meningkat. 5.4. Identifikasi Sektor Basis dalam Perekonomian Wilayah
Untuk mendorong perkembangan ekonomi suatu daerah salah satunya disebabkan oleh adanya kegiatan produksi di daerah tersebut. Hasil dari kegiatan
produksi ini nantinya diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut serta daerah sekitarnya. Setiap daerah tentu mempunyai kondisi dan sumber daya
yang berbeda, baik sumberdaya alam, sumber daya manusia serta sumberdaya lainnya. Pada perekonomian suatu wilayah perbedaan tersebut akan sangat jelas
terlihat pada struktur perekonomian daerah yang bersangkutan bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Pengertian sektor basis adalah sektor yang dapat dieksport
ke daerah lain, karena dianggap telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, dan sebaliknya sektor non basis adalah yang masih belum mampu
memenuhi kebutuhan daerah yang bersangkutan, bahkan masih harus mendatangkan dari daerah atau wilayah lain.
5.4.1. Analisis Location Quotient