Sarana Kesehatan Sarana dan Prasarana Daerah 1. Sarana Pendidikan

75 SLTP, 3 unit Sekolah Menengah Lanjutan Atas SMU, 8.410 murid dan 352 guru SD, 1.546 murid dan 131 guru SLTP, 276 murid dan 37 guru SMU. Sarana fisik bangunan sekolah tersedia hampir di semua distrik mulai dari tingkat SD sampai dengan SLTP, sedangkan SLTA hanya terdapat di Waisai Distrik Waigeo Selatan, Waigama Misool, dan Falanlap Misool Timur Selatan. Karena kondisi ini maka banyak anak usia sekolah SMP dan SMA yang bersekolah ke Kota Sorong. Beberapa kondisi bangunan sekolah, khususnya SD sangat memprihatinkan. Banyak bangunan yang rusak sehingga tidak layak lagi sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Selain kondisi fisik sekolah, hal lain yang mengganggu proses belajar mengajar adalah kehadiran tenaga pengajar. Banyak tenaga pengajar yang tidak menetap di tempat tugasnya dan terkadang sekolah diliburkan. Lemahnya komitemen tenaga pengajar untuk mengajar di daerah terpencil menyebabkan mereka seringkali ke kota dan meninggalkan tugasnya dalam waktu yang lama. Bahkan ada kasus dimana tenaga pengajar sama sekali tidak ada di tempat pada murid-murid seharusnya dipersiapkan untuk ujian akhir. Karena kejadian ini, maka akhirnya mereka tidak dapat mengikuti ujian tersebut.

4.7.2. Sarana Kesehatan

Pada umumnya kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Raja Ampat masih tergolong rendah. Kondisi lingkungan pemukiman yang kurang sehat dan cara hidup masyarakat menjadi penyebabnya, selain keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan. Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat berupa Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes Poliklinik DesaKampung, dan Polmaldes Pos Malaria Desa. Rumah sakit belum ada dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat sedang berusaha untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit di Waisai. Puskesmas sudah terdapat hampir di setiap distrik, yaitu 3 buah puskesmas rawat inap dan 5 puskesmas rawat jalan. Puskesmas rawat inap terdapat di Distrik Waigeo Selatan, Waigeo Utara, dan Distrik Misool, sedangkan puskesmas rawat jalan terdapat di 5 distrik lainnya. Puskesmas-puskesmas ini berada di ibukota distrik. Selain puskesmas, di beberapa kampung juga terdapat Puskesmas Pembantu yang berjumlah 23 dan tersebar di 8 distrik. Poliklinik 76 belum tersedia di setiap kampung. Dari 86 kampung yang terdapat di Raja Ampat, baru 39 kampung yang memiliki polindes. Polindes hanya terdapat pada beberapa kampung yang kasus malarianya tergolong tinggi. Kabupaten Raja Ampat juga memiliki sarana puskesmas keliling yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang kesulitan untuk pergi ke puskesmas di ibukota distrik. Puskesmas keliling ini berjumlah 4 unit untuk melayani masyarakat di Distrik Waigeo Selatan, Waigeo Utara, Misool dan Distrik Samate. Tenaga medis di Kabupaten Raja Ampat hanya terdapat 9 dokter, dengan status 4 dokter PNS dan 5 dokter Pegawai Tidak Tetap PTT. Tenaga medis lainnya adalah bidan sebanyak 51 orang dan mantriperawat sebanyak 78 orang. Bila melihat data tersebut, maka Raja Ampat masih sangat kekurangan dokter dan bidan. Idealnya di setiap Puskesmas tersedia dokter dan di setiap kampung tersedia bidan Anonimous, 2006. Bila melihat keberadaan wilayah yang sangat luas dan perkampungan atau pemukiman tersebar secara berjauhan, maka sebaran dokter dan tenaga medis lainnya tidak merata. Masih banyak puskesmas belum memiliki dokter, begitu pula kampung-kampung belum memiliki mantriperawat atau bidan. Dengan kondisi seperti ini, ketersediaan dokter maupun tenaga medis lainnya tidak dapat melayani secara maksimal sehingga sebagian masyarakat memilih cara-cara pengobatan tradisional untuk mengobati penyakitnya atau bila memungkinkan mereka berobat ke Kota Sorong Bappeda Raja Ampat, 2004.

4.7.3. Sarana Peribadatan